20. Heboh

103 28 38
                                    

Atika memandang secarik kertas di tangannya dengan perasaan berbunga- bunga, sebuah undangan sidang skripsi sudah jelas di depan matanya. Tiga undangan lainnya sudah ia serahkan kepada Pak Bambang dan dua orang dosen pengujinya. Atika menarikk nafas lega seraya bergegas dari ruangan dosen pembimbingnya itu, hari ini ia akan pulang cepat, memberi kabar kepada seluruh anggota keluarga, mengabari semua teman- tamannya dan yang pasti mengabari pujaan hati, Shandy.

Tepat saat ingin menuruni tangga, langkah Atika terhenti saat  berpapasan dengan tiga orang lelaki tampan.

“Eh, Shandy, kebetulan banget aku pengen ngomong sama kamu”, Atika melirik kedua teman Shandy, siapa lagi kalau bukan Marc dan Rivaldo.

Paham bahwa kehadiran mereka tidak diharapkan Rivaldo dan Marc pamit meninggalkan mereka berdua agar lebih leluasa untuk bicara. Namun Atika jelas melihat tatapan sinis Marc, tatapan itu seakan memperingatkan Atika semua ucapan Marc untuk menjauh dari Shandy.

“Ada apa nih?”, tanya Shandy.

Atika meremas jari- jarinya, menyiapkan nyalinya untuk mengutarakan sesuatu pada lelaki itu, ia mendesah pelan, “Shand, besok gue sidang skripsi, kalau enggak merepotkan datang ya”, ujar Atika dengan nada semanis mungkin.

Shandy mengangguk kemudian mengulurkan tangannya mengusap puncak kepala Atika, “Aku pasti datang buat kamu, semangat buat persiapannya, jaga staminna, jangan begadang”.

Atika mengerjab kaget, kemarin moodnya buruk akibat kencannya gagal karena Kevin, kini semuanya kembali membaik, ingin sekali rasanya ia menjerit- jerit sambil menari, tapi harus tetap jaga sikap.

“Makasih ya”.
***

Setelah selesai makan malam Atika tidak langsung kembali ke kamar. Setelah membantu Bik Sur membereskan dapur, gadis itu begegas menuju teras, dimana mams, paps, Nirma, dan Rivan sedang berbincang santai. Kebetulan sekali malam ini Rivan absen ke gerai martabak, jadi pengusaha martabak itu bisa menghabiskan malam di rumah.

“Mohon perhatiannya sebentar ya, ada pengumuman penting”.

Sontak saja, keempat orang yang tengah asyik mengobrol itu memandang Atika yang berdiri di pintu dengan gulungan kertas di tangan kanannya seolah- olah sedang memegang mikrofon.

“Besok pagi, Atika Sari putri dari Bapak Juan Laksono akan menjalani sidang skripsi, jadi mohon doa dan dukungannya”, ujar Atika seraya nyengir seperti kuda.

“Astaga besok anak paps sah nih jadi sarjana?” tanya Pak Juan.

Atika tersenyum, menyerahkan kertas udangan sidangnya pada papanya. Setelah itu ia mengambil tempat duduk di sebelah Rivan .

“Jadi kado bang Rivan udah disiapin kan?” Atika merangkul pundak abangnya itu.
Rivan mengangguk disusul cibiran Bu Ratna, “Manjain aja terus adik kamu itu”.

“Enggak apa- apa dong mams, sekali- sekali aja kok. Nirma juga kemarin sidang sarjana dokternya, Rivan kasih apa yang dia minta”, ujar Rivan seraya mengusap punggung Bu Ratna.

“Sebagai orang tua, paps bangga melihat ketiga anak paps bisa tamat kuliahnya”, Pak Juan mencolek Bu Ratna, “Iya kan, ma”.

“Jadi besok ada acara makan- makan dong”, Nirma yang sedari tadi hanya diam mengamati adiknya itu kini angkat bicara.

“Mams buat syukuran aja deh, kamu undang tuh temen- temen kamu, acaranya di rumah, mama mau nelfon calon besan dulu”, Bu Ratna terkekeh, meraih ponselnya di meja.

Pak Juan beserta ketiga anak- anaknya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kehebohan mamanya itu. Kadang Atika juga bingung sebenarnya yang dijohkan itu dia atai mamanya sih, kenapa jadi Bu Ratna yang rempong.

Tutttt…

Mereka semua mendengar jelas nada panggilan masuk karena panggilannya dalam mode speaker.

“Halo”, jawab Tante Rima diikuti suara berisik, sepertinya suara Marc sedang mengomel.

“Halo, Mbak Rima. Saya mau ngundang besok di rumah ada syukuran. Si Atikas idang skripsi”, Bu Ratna melirik Atika sedang cemberut melihat kehebohannya.

“Wah saya sama keluarga pasti datang, nanti saya kabari Kevin deh, Rat. Calon menantu saya minta apa nih, saya beliin”.

“Enggak usah repot- repot, mbak beliin hadiah buat Tika. Ditunggu loh kehadirannya, mbak. Terimakasih”.

Setelah telfon diputus Atika pamit ke kamar lebih dulu dengan alasan mengulas kembali skripsinya agar besok pagi semuanya berjalan dengan lancar.
***

Sesampainya di kamar, gadis itu meraih buku- buku dan catatannya yang penting. Sesekali ia menulis sesuatu di kertas kosong, mencari beberapa hal yang mungkin ditanya dari skripsinya lalu mempersiapkan jawaban yang akan ia sampaikan.

Drrtttt…

Sebuah panggilan masuk. Atika melirik nama yang tertera di layar ponselnya, ‘suami idaman Atik’. Kening Atika berkerut melihat panggilan Kevin, ada sedikit dilema, harus diangkat atau tidak. Atika tidak ingin moodnya malam ini rusak karena dikerjai oleh Kevin. Atika memutuskan mengabaikannnya lalu kembali fokus dengan bukunya.

Drrrtttt…

Kevin kembali menelfon. Kali ini panggilan video, tanpa berpikir panjang lagi  Atika menggser layar untuk menerima panggilan, karena Atika sadar Kevin akan terus mengganggunya jika mengabaikan telfonnya.

“Ada apa?”, tanya Atika malas seraya meletakkan ponselnya sembarang di meja.

“Aku maunya liat muka kamu, bukan lampu”.

Atika mendengus kesal seraya meraih kembali ponselnya, mengarahkan ke wajahnya, sehingga Kevin dapat melihatnya denga jelas, “Ini muka gue, kenapa si, heboh banget?”, tanya Atika ketus.

“Besok sidang ya?”

“Hmmm”, gumam Atika seraya melirik bukunya.

“Maaf ya aku tidak bisa ke kampus kamu, soalnya aku kerja”.

“Hmmm”, Atika bergumam kembali.

“Atika”.

Atika menoleh menatap Kevin, “Hmmm?”.

"Atika sayang?"

Mata Atika terbelalak ia tahu Kevin sedang bercanda, tapi tetap saja gadis itu terpancing emosi, "Apaan sih?"

“Jadi harus dipanggil sayang baru nyahut? Kalau gitu semangat ya buat besok, sayang, aku doakan yang terbaik buat kamu, besok jangan lupa sarapan, jangan lupa kamu ada hutang nasi gurih dan lonting sayur”. 

Atika memasang raut pura-pura  jijik mendengar ocehan Kevin. Namun mengingat niat baik Kevin gadis itu luluh juga, “Makasih ya, lo juga kalo kerja tetap jaga kesehatan”, tiba tiba Atika menggeleng, merasa aneh dengan dirinya, sejak kapan ia peduli pada Kevin yang sedang  menjahilinya.

“Udah siap mesra mesraannya?”

Atika melotot seketika melihat wajah Marc di ponselnya, “Bisa nggak sih sekali aja di dalam hidup gue, lo nggak muncul tiba- tiba?”

“Enggak bisa”, Marc tertawa, “Kali ini gue cuma mau bilang kok, semoga sukses buat sidang besok”.

“Thanks ya. Kevin mana?”, tanya Atika.

“Katanya enggak suka sama abang gue, baru ngilang bentar aja udah mau keluar aja mata lo nyariin”, goda Marc, “Vin, ini kakak ipar kangen sama lo”, tampang Kevin kembali memenuhi layar ponsel Atika.

“Kenapa?”.

Atika jadi salah tingkah sendiri, ia merutuki dirinya mencari Kevin padahal ia sudah tidak tahu ingin berkata apa.

“Enggak ada, gue tutup telfonnya ya”, Atika tidak menunggu jawaban lelaki itu, langsung mengakhiri percakapan mereka sebelum Atika kembali bertindak aneh.

Halo selamat malam...
Apa kabar hari ini?
Aku cuma mau bilang makasih buat kamu, iya kamu yang udah baca, makasih ya. ❤

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang