26. Dilema

80 10 0
                                    

Atika memarkirkan mobil kuning lemon kesayangannya di parkiran manajemen. Setelah pikirannya sibuk merenung semalaman, kini saatnya membiarkan hati untuk memilih. Senin pagi ini, Atika sudah siap memberi kepastian pada Shandy. Ia mengecek ponsel, memastikan pesannya sudah dibaca, sebuah pesan dengan dua centang biru, Atika tersenyum.

“Penguntit!”

Mata Atika terbuka lebar menyaksikan Marc mengintip dari kaca mobilnya yang tidak tertutup rapat. Adik Kevin, cengengesan tidak jelas, menaik- naikkan alisnya. Atika memaki, mendapat kejutan seperti Marc di pagi hari dapat merusak mood sepanjang hari. Tanpa sungkan Marc malah masuk ke dalam mobil Atika.

“Lo apa- apaan sih?” ujar Atika seraya menjewer telinga Marc.

Marc meringis. “Lo jahat banget sih sama adik ipar sendiri.”

Atika melirik Marc membawa ransel ukuran besar. “Lo mau kemana, minggat?”

“Gue mau muncak, ke Bromo. Berangkatnya sih ntar malam, tapi gue nggak mau balik ke rumah lagi, habis bimbingan gue langsung ke rumah Rivaldo, berangkat dari sana.”

Atika meraih kotak bekal di kursi belakang. Ada dua potong brownies bakar di dalamnya. Tanpa ditawari, Marc merebutnya, lalu secepat kilat menghabiskannya tanpa tersisa, Atika hanya geleng- geleng.

“Bagus deh, sekalian aja nggak usah pulang, lo tinggal aja di Bromo,” cibir Atika.

“Gue tadinya mau ke rumah lo buat pamit, titip Kevin ya, jangan macam- macam lo sama Shandy selama gue pergi,” perintah Marc.

Atika terdiam sesaat tidak ingin membahas Shandy dengan Marc, ia memilih mengganti topik. “Markum gue mau nanya dong,”

Marc mendengus mendengar permintaan Atika. “Sok minta ijin, biasanya juga langsung nyerocos. Nanya apaan?”

“Lo kenal sama Seruni?” selidik Atika.

Alis Marc bertaut ketika Atika menyebut nama Seruni. “Seruni itu sahabat Kevin dari SMP, mereka juga kerja di perusahaanyang sama.”

“Kevin terjebak Friendzone kan?” tembak Atika.

Marc Menatap Atika serba salah. “Sebenarnya Kevin suka sama Seruni, cinta pertamanya,  tapi lo tenang aja, Seruni udah nikah, dan dia sama abang gue nggak pernah ada apa- apa.”

Setelah kotak bekal Atika kosong tanpa meninggalkan remahan, Marc keluar dari mobil Atika, lalu melambaikan tangannya pamit. Atika hanya menggeleng dengan kelakuan Marc yang mirip seperti jelangkung, datang tidak diundang, pergi sesuka hatinya.

Atika melirik Shandy dari spion, ia berjalan menghampiri Atika lalu  masuk,  duduk di kursi penumpang.

“Ada apa, kok tiba- tiba ngajak ketemuan?” tanya Shandy.

Pandangan Atika menatap lekat mata Shandy. Ia berusaha mengusir rasa cemas dan dilemanya kuat- kuat. Atika memaksakan seulas senyum di wajahnya, sudah saatnya ia memberi keputusan pada Shandy.

“Shandy, setelah gue pikir- pikir, gue terima lo. Maaf udah nunggu lama, sebenarnya gue udah lama suka sama lo, cuma gue pengen memastikan perasaan gue aja.”

Shandy tersenyum, memajukan tubuhnya untuk memeluk Atika. Penantiannya menunggu jawaban Atika berbuah manis.
“Terimakasih Atika. Aku sayang kamu.”

***
Sebuah mobil terparkir di halaman keluarga Juan Laksono. Mata Atika menyipit mencari sang pemilik mobil. Pertanyaannya segera terjawab, mendapati Kevin duduk di teras bersama papanya.

Barusan Shandy menghantar Atika, hanya perempatan jalan, perasaan Atika masih bahagia, namun melihat sosok produk gagal move on Atika mendadak malas. Tetapi mau tudak mau harus masuk ke dalam rumah, Pak Juan sudah menyadari kedatangannya.

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang