27. Fisrt Date

82 9 0
                                    

Setelah banyak drama yang dilewati, akhirnya Atika menemukan kebahagiaannya. Jika beberapa bulan yang lalu, ia hanya bisa memandang lelaki yang sudah menjadi kekasihnya itu dari kejuahan, kini situasi sudah berbeda. Tangan hangat milik Shandy bisa ia gandeng dengan nyaman. Seminggu semenjak resmi pacaran, sebuah kencan pertama mereka pilih untuk menyusuri BTM  Mall.

“Shand, kita ke gerai es krim mochi ya, aku pengen,” ajak Atika seraya berjalan menuju gerai es krim kesukaanya dan Kayna.

“Oke, Atika sayang.”

Atika tersenyum miris, teringat seseorang yang sering menggodanya dengan kata sayang. Kevin apa kabar ya, tanya Atika dalam hati.

“Kamu kenapa?” tanya Shandy.

Atika menggeleng, mengeratkan genggamannya. Sudah saatnya Atika bertanggung jawab atas pilihannya, keinginannya untuk memiki Shandy sudah tercapai, Atika harus bahagia.

“Shand, es krimnya nanti aja deh, tadi aku lihat ada tumbler cantik warna abu- abu di sana,” ujar Atika sambil menunjuk toko yang baru mereka lewati.

Shandy mengiyaan keinginannya. Mereka tetap bergandengan menuju tempat yang dimaksud Atika.

PLAKKK!!!

Sebuah tamparan keras melesat ke wajah mulus Atika. Ia tertunduk, bibirnya bergetar menahan tangis, namun sekuat apapun pertahannya, tetap saja cairan bening menetes dari sudut matanya.

“DASAR PELAKOR!!!”

Sontak banyak pasang mata pengunjung mall terarah pada mereka, persis seperti sinetron yang sering diputar mama Atika. Perlahan wajah Atika terangkat, netranya menangkap sosok gadis belia, mungkin lebih muda darinya. Jantung Atika berdebar kencang, keringat dingin memenuhi pelipisnya.

Atika terdiam, batinnya masih terkejut, ia terbiasa hidup penuh dengan kasih sayang, tidak pernah ada yang berlaku kasar padanya. Kejadian ini benar- benar memalukan, Atika terus mengucap doa agar dari semua pengunjung mall tidak ada yang mengenalinya.

“Maaf saya enggak tau apa- apa, kamu siapa?” tanya Atika.

“Kamu tanya saya siapa? Kamu enggak tau lelaki yang di sampingmu itu suami saya!”

“Cukup Mei!” ujar Shandy sambil menarik lengan perempuan yang menampar Atika.

“Cukup kamu bilang? Kamu udah merusak masa depan aku, dan setelah setuju kamu mau tanggung jawab, kamu malah jalan sama cewek lain.”

Atika melirik Shandy dan Mei bergantian. Melihat wajah pucat Shandy, Atika paham jika ia sudah dibohongi.

“Shandy, kamu jahat. Aku harap ini adalah pertemuan terakhir kita. Aku nyasal pernah suka bahkan ngejar- ngejar kamu. Mbak, maaf ya, aku nggak bermaksud menyakiti kamu.”

“Atika!”

Atika tidak mengacuhkan panggilan Shandy, ia sedang marah, terlebih pada dirinya sendiri. Dengan bodohnya Atika masuk dalam jerat yang dibuat Shandy, ia percaya ketika lelaki itu mengucap cinta dalam pelukannya. Shandy, brengsek, maki Atika.
***

“Jadi Shandy yang lo puja- puja itu suami orang?” tanya Nirma.

Atika mengangguk. Ia masih sesunggukan di tempat tidurnya. Sepanjang malam sejak insiden memalukan di mall, Atika hanya menangis tanpa member keterangan apa- apa.

Untung saja Rivan dan Pak Juan sedang ke Bekasi, mencari lokasi cabang baru gerai martabak. Jika kedua lelaki itu tahu ada orang yang tega berdusta pada Atika, bisa tamat riwayat Shandy.

Atika mengusap air matanya. “Bodoh banget sih gue, ngakunya intel, tapi bisa kecolongan pacaran sama penipu.”

Nirma terkekeh, bukannya tidak kasihan pada Atika, hanya saja kisah percintaan adiknya bikin Nirma tidak habis pikir. Baru seminggu pacaran, pulang ngedate, udah nangis sampai kamar hampir banjir, ditambah tengah malam tepat pukul dua belas malah teriak- teriak seperti orang kesurupan. Nirma dan Bu Ratna harus tidur di kamar Atika demi mencegah terjadi hal- hal aneh lainnya.

“Makanya cari info itu yang bener, jangan cuma distalk dari sosmed, gitu kan jadinya.”

Atika tertawa di sela- sela tangisnya, menatap Nirma dengan kesal seraya memeluknya. Ia merasa sedikit lebih lega sudah berbagi cerita dengan kakaknya. Kedua bersaudara itu saling mengeratkan pelukan.

“Tapi gue enggak sakit hati banget sih, Kak. Gue itu lebih tepatnya malu, IP gue tinggi, tapi bodoh banget sampe harus jadian sama manusia nggak jelas.”

“Gue rasa lo hanya terobsesi aja sama pesona Shandy, ambisi lo ngalahin logika yang lo punya,” tutur Nirma.

“Mungkin sih. Tapi gue juga ,malu banget sama Kevin, dia pasti ngejek gue tuh.”
“Lebih baik lo fokus sama S2 aja deh,” timpal Nirma.

“Tika,” panggil Bu Ratna.

“Kenapa, Ma?”

Bu Ratna melenggang masuk, mengahampiri kedua putrinya. “Jangan sedih lagi. Mama enggak suka kamu nangis karena orang yang enggak pantas buat kamu.”

Atika tertunduk dan mengangguk. “Tapi jangan cerita ke papa ya, Ma. Kak Nirma juga. Nanti papa malah nembak kepala Shandy lagian Tika juga malu.”

“Udah lah, enggak usah dipikirkan. Eh di bawah ada Marc, samperin gih,” ujar Bu Ratna.

***
“Ini ada apel buat lo, kemaren sebelum balik ke Bogor, gue singgah ke Batu,” Marc meletakkan plastik berisi apel hijau di meja. “Itu mata bengak habis nangis?”

Atika mendengus namun tetap meraih sebuah apel. “Lo kenapa enggak bilang Shandy punya istri?”

“Jadi lo udah tahu?” Marc melirik Atika kini tengan mengupas kulit buah khas Malang itu.

Baru gigitan pertama, Atika meletakkan apelnya, mengganti dengan yang lain, rasanya asam, sama asamnya dengan perlakuan Shandy padanya.

“Gue ditampar sama istrinya,” ucap Atika santai.

Marc mengalihkan pandangannya dari Atika. Hal yang dengan susah payah ia cegah kini sudah terjadi. Bahkan di luar dugaan, Atika bertemu langsung dengan istri Shandy.

“Gue kenal Shandy dari kita masih SMP, dia korban broken home, mamanya pergi dengan lelaki yang lebih kaya dari papanya. Hal itu mengukir luka di hatinya, makanya dia jadi playboy dan suka banget mainin cewek.”

Atika belum berkomentar, mulutnya komat kamit mengunyah apel, masih sabar mendengar kelanjutan penuturan Marc.

“Gonta- ganti pacar itu sih gampang dengan tampang dan ketajirannya. Tapi sepandai- pandainya tupai lompat pasti jatuh juga, ada cewek namanya Mei, kebobolan. Keluarga papa Shandy yang sangat beradat dan taat agama ngamuk, nyuruh Shandy tanggung jawab, tapi semua itu harus ditutup rapat, keluarga mereka malu banget.”

Atika memaksakan seulas senyum, sekesal- kesalnya ia, tetap saja ia kasihan mendengar kisah hidup Shandy. Hanya sebatas prihatin, bukan berarti Atika ingin berurusan lagi dengannya. Kisah mereka sudah selesai. Tamat dan tidak bersambung, apalagi ada season dua.

“Makanya lo enggak cerita ke gue?” tanya Atika.

“Sebagai sahabat gue janji engak mau mengumbar aib dia tapi waktu gue liat lo tertarik sama dia, gue cegah, walaupun bawel gue yakin lo cewek baik.”

“Ternyata walaupun super ngeselin, lo temen yang baik juga ya,” tukas Atika disambut cengiran Marc. 

“Ada yang kangen sama lo.”

“Siapa?”

“Abang gue,” desis Marc.
.
.
.
.
Happy reading...
Udah mau tamat nih ceritanya 😍

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang