“Ehm….” Kevin dan Atika menoleh saat dehaman Marc membubarkan pelukan dua insan itu.
Marc menarik nafas pelan menatap adegan live steaming drama di hadapannya. Ia memandang Kevin dan Atika dengan tatapan penuh selidik, mungkinkah perempuan yang sering ia juluki pengungtit itu sudah beralih dari Shandy, jika memang benar, Marc akan merasa lebih lega.
“Udah deh dramanya, ntar dilanjut lagi, dipanggil tuh, urusan penting”, ujar Marc.
Kevin mengerutkan keningnya memandang Marc, “Mau bahas apa sih?”“Masa depan yang lebih cerah”.
Marc kembali masuk, kali ini Kevin dan Atika mengekor di belakangnya. Sesampainya di ruang tamu, Atika memilih duduk di samping Nirma, sedangkan Kevin mengambil tempat duduk di samping Tante Rima, tepat behadapan dengan Atika, sehingga Kevin dapat melihat rona merah di pipi Atika.
“Atika, selamat ya atas kelulusan kamu. Om bangga, kamu bisa dapat nilai tinggi”.
Atika mengangguk pelan, “Terima kasih, Om.”
“Tika, kamu mau hadiah apa dari tante?”, tanya Tante Rima.
Atika menggeleng, “Enggak usah repot- repot, Tan.”
Tante Rima menoleh pada Pak Juan dan Bu Ratna lalu kembali fokus pada Atika, “Tadi om sama tante sudah bicara sama orangtua kamu.”
Atika menoleh pada Pak Juan meminta penjelasan, “Tentang apa paps?”
“Tante Rima dan Om Surya mau melamar kamu untuk Kevin.”
Sontak, dua orang terbatuk bersamaan. Atika dan Kevin saling menatap. Kevin mengedikkan bahu seraya menggeleng. Atika mengerti isyarat Kevin, bahwa ia juga terkejut dengan rencana itu. Hanya mereka berduakah di ruangan itu yang tidak tahu apa- apa. Selama ini, Atika berpikir bahwa perjodohan mereka tidak akan secepat ini, jadi masih bisa saling mengenal dan dipertimbangkan ulang.
“Gimana, Atika mau kan?”, tanya Tante Rima.Tubuh Atika masih kaku di tempat duduknya. Atika mengigit bibirnya gelisah, ia benar- benar butuh pertolongan.
“Maaf, Ma. Sepertinya ini terlalu cepat untuk aku dan Atika. Lagipula Atika pasti punya rencana setelah wisuda”, ujar Kevin berusaha berkilah.
“Memangnya rencana kamu apa, nak Tika?” tanya Om Surya seraya meneguk teh.
Atika mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, menatap wajah-wajah yang sedang menantikan jawabannya. Atika meremas jari- jarinya, kebiasaannya saat sedang cemas atau gerogi. Ia juga menoleh sekilas pada Kevin, sepertinya lelaki itu juga menunggu Atika untuk angkat bicara.
“Sebenarnya, Tika lulus full beasiswa pascasarjana ke Manchester, Om. Tika juga udah cerita kok sama Paps kalau Atika akan ambil beasiswa itu,” ujar Atika.
Om Surya menaikkan sebelah alisnya. “Jadi masalahnya dimana?”
Atika tersenyum kikuk pada Om Surya. “Jadi bulan depan aku wisuda, Om. Seminggu setelahnya, aku akan berangkat ke Eropa, dan aku akan menetap di sana, mungkin untuk dua tahun, sampai aku lulus, Om, Tante.”
Mata Atika melebar menyaksikan Om Surya, Tante Rima, dan kedua orangtuanya malah tertawa mendengar penjelasannya. Sejenak Atika menoleh pada Nirma, mencoba meminta penjelasan, namun gadis itu hanya mengedikkan bahu.
“Ya ampun Tika, kan lamarannya bisa sebelum kamu berangkat, nikahnya setelah kamu lulus, atau kamu mau dilamarnya besok aja, gimana?” tanya tante Rima disambut oleh anggukan mama Atika.
“Iya, saya sih setuju lamarannya sebelum ke Eropa, mbak. Kevin gimana, setuju kan?” Bu Ratna melirik pada Kevin yang mendadak pucat.
“Tan, sebenarnya saya….”
Tante Rima menghela nafas, lalu memotong ucapan Kevin. “Kevin pasti setuju. Di rumah saja ceritanya Atika terus.”
Atika memijit pelipisnya, topik pembicaraan ini benar- benar memancing emosinya. Atika memutar bola matanya, tidak ingin memancing perdebatan, ia memandang Rivan mencoba meminta bantuan.
Rivan paham adik kecilnya itu sedang dalam situasi terjepit. “Maaf sebelumnya Om Surya, tante Rima. Saya rasa kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada Tika dan Kevin, mungkin mereka masih butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain.”
***Sepanjang pagi hingga siang, Atika tidak bisa konsentrasi dengan berkkas- berkas yang harus ia serahkan pada Pak Bambang untuk syarat pendaftaran wisuda. Bahkan ada beberapa lembar persetujuan yang tertinggal di rumah karena sepanjang hari pikirannya terus mengingat percakapan kemarin malam. Atika mengacak kasar rambutnya, lalu meraih ponsel, memesan taksi online. Atika ingin menjemput file yang tertinggal.
“Atika!” panggil Shandy.
Atika menghela nafas. “Ada apa Shand?”
“Aku minta waktu kamu sebentar.”
“Emangnya buat apa?” tanya Atika.
Tidak ada jawaban dari Shandy, ia hanya meraih tangan Atika, lalu menuntun gadis itu masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka. Atika membatalkan taksi online yang terlanjur dipesan.
“Kita mau kemana, Shandy? tanya Atika lagi.
Untuk kedua kalinya Shandy tidak menjawab. Lelaki itu tetap fokus menyetir, hingga mereka sampai di sebuah taman dekat Fakultas Kedokteran. Shandy turun dari mobil, disusul oleh Atika. Suasana taman masih sepi, mungkin karena jam kuliah, jadi belum banyak mahasiwa berkeliaran, paling hanya mereka yang semester akhir, atau yang sedang tidak ada jadwal.
Shandy meraih tangan Atika seraya tersenyum, masih dengan senyum yang selalu memancing jantung Atika berdetak lebih kencang, senyum yang Atika lihat saat pertemuan pertama mereka. Melihat gelagat Shandy, Atika berdiri salah tingkah, ia pun menaikkan alisnya, menanti Shandy bicara.
“Atika aku suka sama kamu, aku suka kamu sejak aku lihat kamu di bawah pohon, bawa cermin, sambil ngintip seseorang di parkiran anak Manajemen.”
Atika tercengang mendengar pernyataan Shandy, setitik perasaan aneh muncul di dadanya, Atika tidak mampu menafsikan rasa itu, bukankah seharusnya Atika senang. Atika menutup mata, mencoba bertanya pada dirinya sendiri, hingga tiba- tiba ucapan Marc terngiang di kepalanya. Atika mendadak cemas.
“Atika, are you okay?” tanya Shandy karena merasakan telapak tangan Atika terasa dingin.
Halo apa kabar hari ini? Giman nih masih sabar kan nungguin cerita Atika kelar? Mudah mudahan lah ya. Kalo suka boleh vote ya ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
INTEL??? [TAMAT]
Romansa[Follow mumpung gratis] [TAMAT] Ketika seorang gadis manja si pencinta Martabak bernama Atika mengikuti pilihan hatinya untuk mengintel seorang lelaki tampan di kampusnya, ia selalu dihalangi seorang lelaki yang sangat menyebalkan. "Heh, pengunti...