25. Ikan Air Tawar

10 7 1
                                    

🌆

Seusai Hara dan Ananta yang meninggalkan rumah Priya. Kami memutuskan untuk mencari Hara, takutnya dia akan melakukan sesuatu di luar dugaan. Untuk Ananta, kalian pasti sudah paham kenapa kami tidak mencarinya.

Kak Altas memutuskan untuk ikut dalam pencarian Hara. Tempat pertama yang kami tuju adalah rumah Hara. Nihil, tidak ada seorangpun di sana.

Aku mencari kontak dengan nama Haraan, segera memencet tombol telepon. Tapi nyatanya hanya operator yang menjawab. Ditelepon via WhatsApp-pun hanya ada tulisan memanggil, tidak ada tanda-tanda akan berubah menjadi berdering.

"Gimana ini? Kita cari Hara kemana lagi?" tanya Priya sambil mengacak rambutnya pelan. Aku menggeleng tidak tahu. Setahu kami Hara tidak pernah punya tempat favorit. Jadi kemungkinan terbesar adalah rumahnya, tapi nyatanya dia tidak ada di sini.

Ada notifikasi yang membuat perhatianku teralihkan. Ah, Mommy.

Mommy
Sayang, Mom udah pulang. Kamu kalau bisa pulang sekarang, ya. Dad mau bicara sama kamu.

Aruna Utari
Okey Mom.

Aku memberitahukan perintah dari mama kepada kak Rania. Dia mengintruksikan agar mobil kak Altas berputar balik dan kembali ke rumah Priya.

Hara ... Sebenarnya kamu di mana? Sebesar apa masalah kamu dengan Ananta?

"Udah, Run. Jangan terlalu dipikir. Nanti malah pusing sendiri." Priya menaruh tangannya di atas pahaku. "Sabar, ya."

Aku mengangguk. "Tapi Aruna bingung, Hara sebenarnya kemana ya? Enggak biasanya dia pergi begitu aja."

"Iya juga sih. Setahuku kalau dia marah ya makan snack banyak-banyak." Kak Altas menimpali argumen dariku.

"Kamu merhatiin dia?" tanya kak Rania menginterogasi.

"Ya enggak lah sayang. Eh maaf, keceplosan. Ya enggak lah, lagipula aku juga tahu gara-gara curhatan Priya yang snacknya ilang diambil Hara pas lagi marah."

"Ah, yang bener?"

Kak Altas menghela napas dan menjawab, "Iya. Apa untungnya aku bohong sama kamu?"

MTM, mantan tapi mesra. Wey, mereka enggak kasihan apa ya sama kami berdua, mulai dari Priya yang jarang ketemu sama pacarnya. Juga aku yang sekarang tidak jelas statusnya.

🌆

"Kakak bantu beresin baju kamu, ya?"

Aku menoleh saat kak Rania masuk ke dalam kamar Priya. "Udah selesai kok Kak, makasih ya."

Kak Rania duduk di atas kasur Priya. Aku ikut duduk di sebelahnya. Kami diam sejenak dan kak Rania mulai membuka percakapan.

"Kamu masih kepikiran mereka?"

Mereka. Ananta dan Hara. Dua orang yang selalu bertengkar apabila bertemu. Iya, aku masih terpikirkan mereka. Bahkan sangat jelas jika pikiranku sedang teralih kemana-mana.

"Hmm ... Iya sih Kak. Gimana ya caranya biar mereka enggak bertengkar terus? Aruna capek. Aruna enggak bisa memihak salah satu dari mereka. Aruna cinta Ananta, tapi juga sayang sama Hara," ungkapku untuk melegakan diri sendiri. Tapi yang ada kenapa hatiku makin sesak.

"Kamu tidak perlu memihak, Aruna. Cinta akan menemukan jalannya sendiri, yakinkan dirimu jika Ananta memang jawaban bukan pilihan. Keraguanmu soal Hara ... Ah, anggap saja dia kakak ya. Seorang kakak tidak ingin melihat adiknya terluka. Memang, ini semua sulit, tapi Kakak yakin jika kamu pasti bisa. Karena ikan air tawar tidak akan sanggup hidup dilaut kecuali dia memang benar-benar tangguh dan ya, dia telah diuji coba sebelumnya."

Aku termenung sendiri, soal Ananta dan Hara mungkin aku masih sedikit paham. Tapi untuk ikan air tawar yang hidup dilaut, hei, bukankah itu suatu ketidakmungkinan untuk terjadi? Uji coba, uji coba apa maksudnya? Ah, semua terasa membingungkan. Kenapa kak Rania tidak membeberkan semua ini dengan gamblang?

"Maksud dari ikan air tawar, itu gimana Kak?"

"Jawaban terbaik, itu bukan dari kita, tapi waktu. Udah ya, ayo Kakak bantu bawain tas kamu. Kasihan kalo Altas harus menunggu lama."

Aku membawa tas sekolah juga menenteng sepatu yang sudah kumasukkan ke dalam kantong plastik. Tapi tunggu, ada sesuatu yang tertinggal. Jam tanganku. Aku berbalik arah, mencari loker yang biasanya kami gunakan untuk menyimpan jam juga gelang.

Itu. Akhirnya terlihat juga. Saat aku mengambilnya, satu stickynote berwarna kuning cerah terlihat. Tanpa ba-bi-bu kumasukkan juga kedalam saku. Maaf, untuk siapapun pemiliknya, Aruna izin mengambilnya ya. Nanti kalau sudah selesai terbaca pasti Aruna kembaliin kok.

Di depan teras, Priya bersidekap dan mulai membeo, "Aruna, lemot banget deh. Sayang banget ya sama kamar Priya? Ish, lagipula kalau mama papa kamu ke luar kota lagi kan pasti juga tidur di sini."

Aku cengengesan sendiri. Segera masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh kak Altas. Kak Rania di sebelahnya, sedangkan Priya sendiri tidak ikut karena harus menjaga rumah.

Sekelebat bayangan Hara dan Ananta bertengkar terputar jelas. Hara ... Kamu di mana? Ananta ....

Kalimat untuk Ananta mendadak sirna. Hanya kalut yang berebut saling menghasut.

🌆

Lagi suka update malam+part pendek. Ehe.

Manuskrip Jeda [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang