4. Ananta dan kalimatnya

94 29 32
                                    

Kenapa harus rahasia? Lebih baik saling terbuka dan apa adanya. Karena rahasia terkadang membuat kita salah paham. Sedangkan terbuka dan apa adanya membuat kita tentram.

🌆

——————————————————

Untuk kak Arjuna yang paling ganteng di SMA Deukalion.

Kakak itu ibarat malam yang tenang. Waktu di mana semua orang berlomba mengirim rindu, juga rasa yang berharap akan ada balasannya. Melalui kakak, banyak orang yang berharap banyak. Entah itu soal kehidupan, percintaan, atau semacamnya.

Untuk jadi bagian dari pengirim rindu mungkin pikiranku terlalu rancu. Untuk rasa, aku tidak terbiasa. Jadi aku hanyalah sang pengagum yang hanya berani melangitkan nama kakak ke yang Maha Kuasa.

Dari Aruna yang paling cantik dan imut di SMA Deukalion.

——————————————————

Hara dan Rania sedikit tergelak dengan surat yang di buat oleh Priya untuk Aruna. Itu bukan karangan Priya sepenuhnya, malah dia hanya menganti beberapa kata saja. Dia mengambil kutipan tersebut di buku Aruna yang bersampul merah. Buku untuk pangeran berkuda merah.

"Lihat aja reaksi kak Arjuna waktu dapat surat ini." Priya memasukkan surat tersebut ke dalam amplop merah. Supaya surat ini semakin terlihat seperti buatan Aruna sungguhan.

"Apa ini enggak keterlaluan?" tanya Rania yang sedang memasukkan suratnya sendiri ke dalam amplop warna biru laut.

"Santai aja. Aruna mana bisa marah. Paling ngambek aja, lima detik juga udah selesai." Ucapan Priya nampak meyakinkan. Hara sendiri tidak terlalu perduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Priya. Karena pikirannya sekarang sedang terbagi-bagi.

"Tapi. Kenapa Hara ngerasa takut ya."

"Mungkin kamu terlalu lelah Hara. Ayo kita tidur supaya besok tidak terlambat."

Perkataan Rania memang ada benarnya. Dia harus istirahat supaya besok tidak terlambat.

🌆

"Aruna ... Bangun."

Aku mendengar suara kak Rania kali ini cukup keras. Tidak biasanya dia seperti itu.

"Sekarang jam berapa?" tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Jam enam, Aruna."

Mendengar kata enam membuat mataku terbuka lebar. Berarti. Tiga puluh menit lagi bel akan berbunyi.

Aku segera mengambil handuk dan peralatan mandi yang ada di dalam tas. Kenapa mereka tidak membangunkanku dari tadi sih?

Mandi hanya dengan waktu tujuh menit. Ini rekor terbaru untuk mandi cepat tapi bersih versi Aruna. Segera aku memakai seragam yang sudah di tentukan.

"Aruna. Ayo sarapan dulu!" teriak Hara dari meja makan.

Aku berlari menghampiri mereka. "Bukannya udah telat ya?"

"Masih ada waktu. Ayo sarapan dulu. Kasihan perutmu kalo enggak di isi."

Hara menyodorkan piring berisi roti dan segelas susu. "Enggak makan nasi ini?"

"Nanti siang aja, ya? Kamu kan lama kalo makan nasi. Nanti malah telat." Aku mengangguk, setuju dengan tawaran dari Hara.

Priya menyuruhku untuk segera minum susu. Sedangkan rotinya bisa di makan di mobil. Aku menurutinya, karena aku tahu Priya pasti memberikan perintah yang bertujuan untuk kebaikan kita semua.

Manuskrip Jeda [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang