Tujuh

63 10 9
                                    

"Kau boleh menggandengku dari pada mencengkeram lengan jasku seperti ini Ann," ucap Taehyung ketika kami menuruni anak tangga menuju lantai satu.

Aku memakai high heels Ivory Dior putih sialan yang membuatku harus melangkah hati-hati.  Berpegangan pada Taehyung, aku memastikan agar tidak tepeleset karena lantai yang cukup licin.

"Apa kau mau kugendong?" tanya Taehyung menawarkan diri. Ia mengulum senyuman manis penuh intrik.

"Tidak, aku punya kaki," sahutku menjawab malas dan mengeratkan cengkeraman pada lengan tuxedo Kiton-nya.

"Semua wanita rela memohon dan berlutut untuk kugendong, Ann." Taehyung mengingatkan kepopulerannya.

Mencibir, aku membalas kalimat Taehyung, "Aku tidak termasuk golongan itu, V. Aku bukan wanita yang akan memohon dengan nada manja padamu. Jangan bermimpi."

"Ya, tentu bukan. Kau berbeda dan sulit ditaklukkan. Aku bahkan berjuang mengejar-ngejarmu dulu, kau ingat?" tanyanya membuatku seketika teringat akan masa-masa lucu dan menggelikan ketika kami masih kelas 1.

Dulu Taehyung mengataiku Nenek Sihir karena sangat galak dan selalu mengusirnya jika datang ke kelas dan membawakanku bekal —pinwheel sandwich buatannya sendiri.

Ia bahkan membeli Wings High School hanya agar bisa berpindah sesuka hati ke ruang kelasku.

Naik ke kelas 2, ia mengambil kelas yang sama denganku dan membuatkanku lagu manis menggunakan lirik bahasa Korea—bahasa ibunya.

"Ya, aku ingat. Kau adalah pria bodoh yang tidak pernah lelah dengan penolakanku."

"Well, semua orang yang jatuh cinta memang akan menjadi bodoh dan rela melakukan hal-hal gila, Ann. Love is crazy."

"Jadi itu sebabnya dulu kau memaksa agar aku mau menjadi pacarmu?" tanyaku sedikit sinis, mendongak untuk menatap mata Taehyung.

"Aku tidak memaksamu, Bae. Di hari kita jadian, kau juga mengakui perasaanmu padaku," ucapnya mengusap rambutku pelan dan mengecup puncak kepalaku.

"Kenapa kita tiba-tiba nostalgia dengan masa lalu?" tanyaku menaikkan alis. "Membahas hal itu tidak ada gunanya. Membuatku sedih dengan fakta bahwa kau kini bertunangan dengan Celine dan kita sudah putus," ucapku spontan.

Oh, tidak. Apa aku kedengaran seperti mantan yang cemburuan dan belum rela melepaskan Taehyung? Kuharap tidak.

Seberkas senyum manis terbit di bibirnya yang selalu dipuja semua siswi di sekolah. "Apa kau sedang terang-terangan mengatakan bahwa kau cemburu?" tanyanya menggodaku.

"Ti-tidak," sangkalku tergagap. Panas, aku lekas memalingkan wajah dan terburu-buru melangkah mendahuluinya.

"Awh shit," ringisku kesakitan.

"Be careful Ann!" Taehyung berseru panik. "God! Apa kau ingin mematahkan kakimu?" tanyanya marah, ia menahan lenganku saat di undakan tangga paling bawah aku hampir saja jatuh karena melangkahi dua anak tangga sekaligus.

"Maaf," ucapku pelan.

"Kau sangat ceroboh."

"Maaf."

"Berjanjilah padaku untuk tidak ceroboh, Ann. Kau membuatku selalu panik setiap saat," rutuknya menarikku, dan memutar kepalaku menghadap ke wajahnya.

"Kenapa aku harus berjanji?  Bukan kewajibanmu untuk menjaga dan memastikan aku baik-baik saja," balasku.

"Kewajibanku, Ann. I'm your man."

"Sudah bukan lagi, V," kataku berusaha tenang meskipun agak takut dengan pancaran mata tajam Taehyung.

"Sekali lagi kau mengatakannya, aku bersumpah akan menghukum bibirmu dan membuatmu tidak bisa tidur malam ini," ancamnya mendekatkan wajah.

Chasing You | KTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang