Lima hari tanpa Taehyung dan tidak mendengar suaranya membuatku lesu dan teramat merindukannya. Ia tak pernah menghubungiku. Padahal ia yang menyuruhku berjanji untuk selalu mengangkat jika ia menelepon.
Pria itu belum kembali dari Rusia. Kurasa ia dan Celine mulai menemukan kecocokan satu sama lain.
Seharusnya aku berbahagia untuk itu karena artinya akan mempermudah aku untuk melupakannya. Tapi tetap saja rasanya sesak.
“Pokoknya coklat yang ini untukku. Ann, aku ambil semua ya? Terima kasih,” ucap Yoora memenuhi plastik kreseknya dengan berbagai makanan yang menumpuk di atas mejaku.
“Ewh, kau rakus sekali, Yoo. Semua makanan ini hadiah untuk Ann tahu,” ketus Sohe menyentil jidat Yoora. Kedua temanku itu sangat rusuh dari tadi.
Hoseok menempelkan botol cola dingin ke pipiku dan menyikut lenganku. Dagunya menunjuk ke arah mejaku dimana ada banyak bunga, makanan, coklat, dan hadiah-hadiah lainnya. “Itu hadiahnya sudah dijajah oleh Sohe dan Yoora,” ucap Hoseok memberi tahu.
“Biarkan saja,” sahutku tidak bersemangat.
Hoseok menarik kepang Yoora gemas. Ia kewalahan menengahi Yoora dan Sohee yang gaduh berebutan makanan. “Astaga, kalian berdua lebih rakus dari babi,” decaknya geleng-geleng kepala.
Kemarin, Essay-ku meraih peringkat dua dalam rangka International Youth Day di Berlin, Jerman. Karena itu, teman-teman sekolah mulai dari adik kelas sampai kakak kelas memberiku berbagai macam hadiah sejak tadi pagi dan mengucapkan selamat.
Tentu saja tidak semuanya tulus. Kau paham maksudku kan? Selalu ada orang yang iri atas pencapaianmu. Begitu juga yang kurasakan.
Di samping mendapat pujian, aku juga memanen caci maki dari cewek-cewek jamet sekolah yang tidak terima karena pusat perhatian tertuju padaku.
“Ann, aku mau strawberry cake yang ini juga,” pinta Sohe mengangkat kue itu, meminta izin padaku untuk memakannya.
“Ambil saja semuanya,” kataku gemas karena mereka dari tadi terus mengajakku bicara sementara aku sedang ingin di mode silent.
Aku menyembunyikan kepalaku di lipatan lengan yang bertumpu di atas meja. Mencari posisi yang aman untuk tidur. Sebelum Miss Irene datang ke kelas, aku ingin istirahat sejenak.
Hoseok menepuk-nepuk kepalaku. Ketua kelas kami yang juga teman dekat Taehyung dan Jimin itu berkata padaku dengan bijak, “Kalau rindu pada Tae, tulis lagu saja. Ungkapkan perasaanmu lewat lagu. Dari pada kau stress menunggu kabarnya? Aku juga tidak tahu pasti kapan alien itu pulang.”
“Kurasa dia tidak akan pulang. Lagi pula apa hakku menunggunya kembali? Dia mungkin bersenang-senang dengan Celine di sana,” ucapku menyadari betapa egoisnya aku yang masih mengharapkan Taehyung.
“Hush, jangan bicara begitu. Taehyung tidak menyukai Celine. Dia hanya sayang padamu dari dulu.”
Tersenyum miris, aku mengangkat kepala untuk menatap Hoseok. “Aku sangat egois ya? Aku masih belum merelakan Taehyung padahal aku sudah berjanji pada Isabella untuk tidak mendekati cucunya.”
Hoseok tersenyum hangat dan memegang dadanya sendiri. “Hati tidak bisa berbohong, Ann. Menahan perasaan sendiri hanya untuk mengikuti aturan orang lain sangat pedih dan menyiksa. Jangan menyakiti dirimu sendiri dan cobalah jujur dengan perasaanmu. Kalau Taehyung adalah alasanmu berbahagia, maka pertahankan dia.”
Aku terdiam cukup lama mendengar kata-kata mutiara Hoseok.
“Hope, aku sudah putus dengan dia dan statusnya sekarang adalah tunangan Celine. Bagaimana mungkin aku sangat egois mengharapkan dia kembali seperti di film-film roman? Ini dunia nyata. Kau, aku, dan kita semua tahu bagaimana akhirnya, aku dan dia tidak mungkin bisa bersama.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | KTH
FanfictionTaehyung berjuang mengejar mantannya. Namun tunangannya yang abusif menghalalkan segala cara untuk memiliki Taehyung seutuhnya. ----- "Aku putus dengan Ann dan memiliki tunangan sakit jiwa. Kurang drama apa lagi hidupku?" -Taehyung ----- "Jangan be...