Biurrr!
Seember air mengguyur tubuhku. Tumpukan buku latihan di pelukanku jatuh berserak di lantai. Kepalaku terangkat, melihat siapa gerangan yang telah berjasa membuat tubuhku basah kuyup.
“Ups, maaf ya, aku sengaja,” ucap Mina menutup mulutnya seraya menahan tawa puas karena siramannya tepat sasaran.
“Ya ampun, kasihan sekali. Kau harus masuk kelas dalam keadaan basah,” timpal Hanah berpura-pura prihatin.
Sial. Kapan kedua jelmaan ular betina itu punah?
Seragamku menjadi kusut, air dingin merembes hingga ke perut, dingin.
Aku memandang lemas buku-buku yang berserak di lantai, lalu berjongkok untuk mulai memunguti satu-satu.
Tadi Hoseok memintaku mengumpul buku latihan kelas kami ke ruang guru karena dia ada urusan dengan OSIS.
Menyadari beberapa sampul buku menjadi rusak karena air, aku mengepalkan tangan marah.
“Kalian seperti anak TK,” desiku geram, aku bangkit berdiri setelah menumpuk semua buku menjadi satu di tanganku.
Menyorot tajam ke arah mereka, aku tidak takut dan terintimidasi sekalipun mereka adalah senior dan merupakan Queen Bee di Wings High School karena suka mencari sensasi.
“Apa? Kau ingin menantangku huh? Ayo sini maju!” tantang Mina memainkan alis Sinchan-nya. Bibirnya yang dipoles lipstick merah darah tersenyum sinis melihatku.
Hanah maju dua langkah dan menarik keras rambutku sambil berbisik, “Ini area kekuasaan kelas tiga. Jika kau melawan, maka habislah kau dibantai oleh senior,” ancamnya tajam.
Aku cukup sering mendapat perlakukan semacam ini sejak kelas 1—tepatnya ketika namaku mulai dikenal luas ketika menang mewakili WHS dalam English Debate di Toronto.
Mereka yang iri sering kali mengganggu dan merundungku untuk menjatuhkan mental. Aku benci senioritas dan penindasan. Salah satu caraku mengatasinya adalah dengan menampar mereka lewat prestasi yang lebih gemilang agar mereka semakin gigit jari.
Tapi, jika mereka sudah main fisik begini, aku tidak bisa tinggal diam begitu saja membiarkan mereka meraja lela menginjak harga diriku.
“Lepaskan tanganmu dari rambutku atau kau akan menyesal,” desisku kepada Hanah.
Hanah menampar wajahku. “Jangan sok jagoan!” bentaknya.
Baiklah. Dia sudah keterlaluan. Aku tidak suka terlibat perkelahian di sekolah. Tapi jika terpaksa, apa boleh buat. Aku tidak akan mengizinkan satu orang pun menginjak harga diriku.
Karena satu tanganku memeluk buku, aku menggunakan tangan satunya yang bebas untuk menyentak dan memiting tangan Hana. Membuat jambakannya pada rambutku lepas.
Aku menginjak kakinya dan mendorong cewek bergigi kawat itu sekuat tenaga. Ketika ia hampir kehilangan keseimbangan, aku mengambil kuda-kuda dan menendangnya dengan teknik Twieo Dwi Chagi—salah satu teknik tendangan yang kupelajari selama aku ikut ekskul Taekwondo saat SMP dulu.
Hanah jatuh dan terkapar di lantai. Ia meringis kesakitan karena tendanganku di punggungnya.
Persetan jika setelah ini aku akan masuk ke ruang BK. Tukang bully seperti mereka harus dilawan.
Mina yang melihat kondisi Hanah tampak tidak terima. “Kau bisa bela diri?” tanyanya padaku tak percaya.
“Ya,” jawabku singkat. Tidak berminat pamer pada mereka kalau aku sudah sabuk biru.
Perempuan dengan rambut ungu itu berdesis kesal dan hendak maju menyerangku dengan pot bunga yang ia ambil secara acak dari depan kelas.
“Rasakan ini jalang,” hardik Mina melemparku dengan pot.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | KTH
FanfictionTaehyung berjuang mengejar mantannya. Namun tunangannya yang abusif menghalalkan segala cara untuk memiliki Taehyung seutuhnya. ----- "Aku putus dengan Ann dan memiliki tunangan sakit jiwa. Kurang drama apa lagi hidupku?" -Taehyung ----- "Jangan be...