Dua Puluh Tiga

59 7 63
                                    

Bugh!

Jungkook tidak mau kalah. Dia memberikan pukulan keras tepat di rahang Taehyung. Lalu keduanya saling melayangkan tinju mematikan.

Tidak ada yang mau mengalah. Suara pukulan, tenndangan, dan rintihan terdengar seperti nyanyian kematian.

Mereka tidak berhenti meskipun pita suaraku hampir putus meneriaki keduanya. Aku kewalahan memisahkan mereka yang sama-sama diliputi emosi yang meledak-ledak.

“Hentikan, V! Sudah! Kau bukan pembunuh,” seruku gemetar dan berusaha menarik kemeja Taehyung.

Ini adalah pergulatan yang sangat serius. Aku harus melerai mereka jika tidak ingin ada pertumpahan darah.

Taehyung menatapku sebentar, seolah berbicara lewat tatapan matanya agar aku tidak menghentikannya untuk memberi pelajaran pada Jungkook. Taehyung melepaskan cengkeraman tanganku dengan mudah dan kembali maju menendang Jungkook sampai pria itu berguling di lantai.

Keduanya adu otot dan ketangkasan. Jungkook menyikut hidung Taehyung dan mengerahkan tenaganya untuk berada di posisi atas. Lalu dengan leluasa ia memberikan pukulan bertubi-tubi pada wajah Taehyung. Membuat Taehyung mengerang kesakitan. Wajahnya dipenuhi bercak darah.

Penampilan Jungkook juga sudah awut-awutan. Ada luka serius pada sudut bibirnya yang robek. Lebam biru tedapat pada dahinya. Matanya bengkak akibat hantaman keras Taehyung tadi.

Wajah mereka berdua terlihat mengerikan sekarang. Tidak ada lagi sisa-sisa ketampanan. Mereka lebih mirip dua tahanan yang sedang dihajar habis-habisan oleh algojo karena membuat keributan di penjara.

Taehyung menyudutkan Jungkook hingga punggung pria itu menubruk ban belakang mobil Audi R8.

Aku berteriak minta tolong agar ada yang membantuku melerai mereka. Tapi beberapa siswa di parkiran terlihat takut dan tidak mau mendekat sama sekali. Mereka tidak ingin terlibat dengan dua pangeran sekolah.

“Ya Tuhan, Taehyung, Jungkook! Hentikan!!!” teriakku mencoba menggapai kerah belakang kemeja Jungkook lalu menariknya sampai ia mundur dan mendongak.

Jungkook menghentikan tangannya di udara. Tidak jadi memukul Taehyung. Taehyung menggunakan kesempatan itu untuk meninju bahu Jungkook, mendorong keras, lalu melompat berdiri dengan gesit.

Mereka berdua berdiri berhadapan. Napas keduanya sama-sama terengah. Keringat mengucur sampai ke leher dan punggung. Baju kusut di sana-sini. Debu menempel mengotori seragam, membuat mereka terlihat seperti gembel kumal.

"V, wajahmu. Astaga, ini luka serius," ucapku melihat khawatir darah segar di sana.

“Aishh, kalian berdua benar-benar bodoh dan payah!” Seru seserang, suara familiar orang itu membuat kami bertiga serentak menoleh ke arahnya.

Jimin melangkah mendekat sambil menghisap rokoknya dengan pandangan tajam tertuju pada Taehyung dan Jungkook. Tidak ada keramahan sedikitpun di wajah bengisnya.

“Kalau mau berantam jangan di sini bajingan! Di lapangan sana dong, disaksikan semua orang! Dasar cupu kalian,” umpatnya sinis.

Jungkook menyeka wajah kotornya menggunakan lengan baju. “Jangan memberitahu ibuku apapun tentang perkelahian bodoh ini, Jim,” katanya memperingatkan Jimin untuk tutup mulut.

“Jangan ikut campur dan melapor macam-macam pada Grandma, Jim. Katakan saja pada Grandma kalau aku terjatuh,” timpal Taehyung terdengar begitu konyol di telingaku.

Jimin terkekeh sinis, menghembuskan asap rokoknya ke udara. Lalu menginjak puntung rokok itu sampai mati.

Dia tertawa remeh mendengar kalimat kedua sahabat di hadapannya. “Kalian adalah dua temanku yang paling tolol dan jarang memakai otak,” decaknya memaki sekali lagi.

Chasing You | KTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang