Tiga

129 18 32
                                    

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

“Apa bedanya yang ini dengan ini? Kupikir semua pembalut sama saja,” komentar suara husky yang begitu dekat di belakang punggungku.

Nafas hangatnya berhembus, menggelitik belakang leherku. Tangannya terulur melewati bahuku dan meraih sebungkus pembalut.

Aku berbalik, mendapati Taehyung memegangi benda khusus untuk perempuan itu. Ia menatap benda tersebut penasaran. Memperhatikan mereknya lebih teliti.

Kening Taehyung berkerut tampan. “Bukannya kau biasanya menyuruhku membeli yang warna pink?” tanyanya mengambil pembalut merek lain dari rak yang berdekatan.

Aku tidak menjawab pertanyaannya dan malah menginterogasinya.

“Apa yang kau lakukan di sini?” kataku mundur karena posisi kami cukup berbahaya. Wajahnya terlalu dekat dan itu tidak baik untuk kesehatan jantungku.

Pria bersurai hitam itu menaikkan alis. “Masih bertanya? Tentu saja menemani pacarku belanja. Harusnya tadi kau meneleponku, aku bisa menemanimu, Bae.”

Aku mendengkus sebal dan merotasikan bola mata. “V, kau bukan pacarku,” bantahku mengingatkannya.

“Jadi kalau begitu siapamu? Suami?” tanya Taehyung tersenyum miring. “Baiklah, calon istriku. Bersabarlah, aku akan menikahimu setelah aku mapan dan menjadi pelukis terhebat di dunia,” tandasnya.

“Tidak lucu!” cetusku berjalan meninggalkannya.

“Memangnya siapa yang bercanda?” balas Taehyung mengikuti langkahku. Dasar menyebalkan!

Berjalan menuju ke rak makanan, aneka macam bisukit dengan varian rasa macam-macam membuatku merasa lapar tiba-tiba. Ditambah berbagai macam ciki-ciki, rasanya aku ingin memborong semuanya.

“Bagaimana kau bisa tahu aku ada di sini?” tanyaku menoleh ke arahnya sejenak.

“Dari radar. Hati kita kan selalu terhubung,” jawabnya santai.

Taehyung tidak berubah. Sebelum kami pacaran pun dia sudah seperti ini. Selalu saja suka menguntit dan tiba-tiba muncul di hadapanku.

Serius, terkadang aku menyesal tinggal di komplek perumahan yang sama dengannya.

Aku mendorong troli, memasukkan banyak makanan sampai wadah angkut itu nyaris penuh.

“Heh, tidak boleh! Kau tidak bisa makan ciki-ciki, banyak micinnya. Nanti otak geniusmu jadi tercemar,” larang Taehyung saat aku berjinjit meraih produk keripik pedas favoritku.

Chasing You | KTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang