“Apa yang kau katakan pada Agust? Tadi malam dia datang ke sini dan memarahiku habis-habisan,” ucap Taehyung membuka suara.
"Maafkan aku. Agust sudah mengetahui semuanya tadi malam," ucapku pelan, sedikit takut bila Taehyung marah karena aku ikut campur terlalu jauh.
Kami berdua sedang belajar di kamar paling ujung untuk menghindari kebisingan. Anak-anak Bangtan sangat berisik dan heboh bermain game Doom Eternal di ruang tengah. Kami tidak bisa fokus belajar di sana.
"It's ok. I'm just a little shocked," ujar Taehyung.
Aku menatap lengannya, ia memakai kaus abu-abu lengan pendek. “Agust sudah mengobatinya?” tanyaku yang dijawab Taehyung dengan anggukan.
“Kurasa dia akan menjadi dokter paling cerewet. Bayangkan saja, dia memaksa memeriksa seluruh bagian tubuhku untuk memastikan tidak ada luka sayatan yang kusembunyikan,” kata Taehyung membalik halaman buku ringkasan yang kuberikan padanya.
"Itu karena dia khawatir," kataku memberikan buku lain pada Taehyung.
Ia sudah tidak masuk sekolah selama satu minggu. Karena itu aku merangkum semua pelajaran selama dia absen dan membuat latihan soal untuknya. Dia tidak boleh ketinggalan pelajaran.
Ada perasaan lega mendengar Agust sudah mengobati Taehyung.
Aku berharap dia menceritakan alasan dibalik ia melukai dirinya. Kapan pun ia siap bercerita, aku akan mendengarkannya.
"Sudah selesai, coba periksa," pinta Taehyung mendorong buku tulisnya padaku. Aku memeriksa dengan teliti.
"Hmm, salah dua soal. Ini sudah bagus, kau ada kemajuan," pujiku menepuk bahunya bangga.
Lelaki itu meletakkan pulpen dan menarik bangku yang kududuki menghadap ke arahnya. Jarinya mengusap kelopak mataku. “Kau kelihatan kurang tidur Ann,” ucapnya memperhatikanku lebih dekat.
Oh shit, dia menyadari mata pandaku. Harusnya aku memakai lebih banyak concealer.
Aku memang tidak tidur sama sekali tadi malam karena gelisah memikirkan kesehatan Taehyung. Aku bahkan sudah menelan obat tidur dan memaksa mata menutup untuk tidur, tapi tetap saja tidak bisa.
Aku spontan mundur dan menutup mata karena wajahnya terlalu dekat.
“Kau pasti kecapekan,” ujarnya lagi mengusap halus wajahku.
Aku mendorong tangan Taehyung pelan dan berkata kaku, “Hmm, aku terlalu asik belajar akhir-akhir ini sampai lupa waktu.”
“Jangan sampai sakit, Ann,” ujarnya kini menangkup kedua pipiku dengan tangan hangat besarnya.
Ucapan Taehyung memang terdengar sederhana, tapi hal seperti itu justru sangat manis dan membuat jantungku berdebar tidak karuan.
Caranya peduli sanggup meruntuhkan dinding yang aku bangun untuk tidak salah tingkah di hadapannya.
“Sudah biasa, aku tidak akan sakit, V,” elakku menurunkan tangan Taehyung dari pipiku sebelum dia mendengar irama jantungku yang tidak tahu diri ini. Bisa-bisanya aku masih berdebar sekeras ini.
“Maaf ya, sudah merepotkanmu. Kau pasti sibuk untuk olimpiade berikutnya. Tapi masih menyempatkan diri untuk menjadi tutorku,” ucapnya tersenyum getir, memasang tampang rasa bersalah yang membuatku kurang nyaman.
“Jangan minta maaf, V. Aku senang mengajarimu. Ayo lanjut belajar lagi.”
Taehyung tersenyum mengusap puncak kepalaku.
Rambut yang diusap, tapi hati yang berantakan. Hmmm.
***
“Kita mau kemana sih?” tanyaku berjalan menyamai langkah Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | KTH
FanfictionTaehyung berjuang mengejar mantannya. Namun tunangannya yang abusif menghalalkan segala cara untuk memiliki Taehyung seutuhnya. ----- "Aku putus dengan Ann dan memiliki tunangan sakit jiwa. Kurang drama apa lagi hidupku?" -Taehyung ----- "Jangan be...