Sembilan

53 11 43
                                        

Moscow, Rusia 1:12 PM (GMT+3)

“Berengsek! Pria tolol! Idiot! Berani sekali dia tidak membalas pesanku,” Celine mengumpat seraya mengepalkan tangannya kuat.

Ia sangat marah karena rentetan pesannya pada Taehyung sejak dua hari yang lalu masih centang satu.

“Sial! Tidak tahu diri! Seharusnya dia berterima kasih karena memiliki tunangan secantik aku! Dasar pria bodoh tidak tahu terima kasih!” umpatnya lagi-lagi berteriak kesal.

“Apa dia akan terus mengabaikan aku sampai kami menikah nanti? Robot kaku dingin sialan, dia menguras kesabaranku! Shit! Shit!” Celine terus mengutuk sampai tekanan darah tingginya meningkat.

Wanita itu melempar kasar Falcon Supernova iPhone 6 Pink Diamond-nya ke tembok kamar.

Ia marah, kecewa, merasa tidak dihargai, dan dendam. Taehyung membuatnya merasakan segala emosi negative bercampur aduk menjadi satu.

“Lihat saja Kim Fucking Taehyung, aku akan membuatmu jadi milikku! Kau harus tunduk dan berlutut di bawah kakiku,” katanya geram.

Wanita itu membanting kosmetik mahalnya yang tersusun rapi di atas meja rias. Semua kosmetik branded-nya mulai dari Chanel, Estee Lauder, Dior, Mary Kay, Clarins, Artistry, dan yang lainnya terhempas begitu saja ke lantai seolah tidak berharga.

Celine menjambak rambutnya sendiri dan mulai berteriak kesetanan. Tubuhnya keringat dingin dan gemetar hebat. Dadanya terasa sesak seperti ditekan dari segala sisi. Api kemarahan berkobar mengotori hatinya dan membuat pikirannya seketika kacau.

Segalanya tampak gelap dan suram. Tanpa pikir panjang, Celine mengambil serpihan kaca dari botol parfum yang pecah di lantai.

Jika dengan menyakiti dirinya sendiri akan membuat Taehyung peduli dan merasa bersalah padanya, maka Celine akan melakukan itu walaupun nyawanya sebagai taruhan.

Ia akan melakukan segalanya untuk membuat Taehyung menjadi miliknya.

Darah memancar dari pergelangan tangan Celine ketika serpihan kaca tajam itu menggoresnya perlahan.

Celine tersenyum puas layaknya iblis Lucifer. “Tae, I know you’ll come here seeing me. You always come if I’m hurt,” bisiknya parau.

"Aku harus melukai diriku dulu agar kau peduli, Honey. Baiklah, sekarang datanglah. Aku sedang terluka," ucapnya menatap bayangan wajah kacaunya di cermin.

Lalu ia tertawa seperti orang gila. Menarik napas. Tertawa lagi. Menarik napas. Tertawa lagi. Dan lagi. Sampai ia mulai lemas karena rasa sakit di pergelangan tangannya.

Tae, if I can’t have you, then no one would have you too,” gumamnya parau, seperti orang sakau yang sedang fly.

Sepersekon kemudian kegelapan menyelimutinya. Ia jatuh lemas dan tersungkur ke lantai. Kepalanya membentur kaki tempat tidurnya, pingsan tak sadarkan diri.

***

Cameron Luce Ivanov menjatuhkan ponselnya ketika mendapat telepon dari Irina – pelayan pribadi Celine.

Irina mengatakan bahwa Celine, adik tersayangnya sedang dirawat di HSCT Centre Moscow.

Detik itu juga Cameron yang menjabat sebagai CEO Luce Group membatalkan janji pentingnya dengan Derek Chang. Ia tak peduli bahwa Derek Chang adalah pebisnis ulung yang ingin berinvestasi besar-besaran pada proyek —real estate Luce Group di Miami, Florida.

Cameron menyambar jasnya dan menelepon sekretarisnya untuk mengundur rapat siang ini menjadi besok.

Rasa takut yang teramat besar merongrong ketenangan pria bermata hijau itu. Biasanya Cameron selalu bisa berpikir jernis dalam berbagai situasi. Hanya Celine yang mampu membuatnya sepanik ini.

Chasing You | KTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang