Enam Belas

59 12 37
                                    

Unknown: Kenapa lama sekali? Kau sudah dimana?

Aku mengerutkan kening melihat nomor baru mengirim pesan menanyakan keberadaanku.

Meminggirkan mobil agak ke kiri dan memelankan laju, aku mencoba membalas pesan tersebut dengan satu tangan, sementara tanganku yang lain menyetir.

Aku: Ini siapa?

Unknown: Jimin handsome and sweet (゚3゚) 

Aku: Sebentar lagi aku akan sampai di apartemenmu

Unknown: Cepatlah, aku sudah berlumut menunggumu di lobby

Unknown: Btw save nomorku ya Cantik (ノ>ω<)ノ

Cih, aku memutar bola mata dan menaruh ponsel di dashboard. Menaikkan kecepatan mobil dan berbelok ke jalan North Garfield Ave.

Lima belas menit kemudian aku sampai di lokasi apartemen Jimin— High Hill Midtown.

Setelah memarkirkan mobil di basement, aku langsung berjalan menuju lobby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memarkirkan mobil di basement, aku langsung berjalan menuju lobby.

Jimin menghampiriku sambil melempar-lemparkan iPhonenya ke udara dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya memegang paper bag hitam.

Pria itu menyerahkan paper bag-nya, mengundang rasa penasaranku. “Apa ini?” tanyaku mengerutkan kening.

“Ganja,” jawab Jimin enteng.

Aku melotot kesal padanya. “Apa kau tidak bisa serius sekali saja?”

“Bercanda Sayang,” balasnya nyengir sampai mata sipitnya seolah hilang. “Itu obat untuk Taehyung. Bawa ke atas ya, nomor kamarku 1809, lantai 25.”

“Taehyung sakit?” tanyaku cemas, melihat sekilas isi paper bag tersebut, ada Kool Fever, obat beraneka warna, dan vitamin.

“Dia demam dan tidak nafsu makan sejak tadi pagi. Aku ingin keluar sebentar. Sebaiknya kau langsung naik ke atas,” katanya cepat sambil sesekali melirik jam tangan Patek Phillippe-nya.

“Apa sakitnya parah? Aku akan menelepon dokter kenalan ibu kalau begitu,” kataku gemetar menekan ponsel untuk mencari kontak dokter Eunwo.

“Jangan!” seru Jimin menahan tanganku ketika aku hampir menekan tombol panggil. “Taehyung tidak ingin keberadaannya dilacak Isabella. Untuk sementara ini, dia butuh ketenangan. Memanggil dokter adalah ide yang buruk,” ujar Jimin menjelaskan situasi pelik ini.

“Baiklah. Kalau begitu akan akan segera ke atas,” ucapku panik, berlari terlalu buru-buru lalu kemudian berbalik memanggil Jimin karena aku lupa menanyakan PIN apartemennya.

“Bagaimana caraku masuk?” tanyaku.

Mengingat Taehyung sedang sakit, ia mungkin sedang tidur atau terlalu lemah membukakan pintu untukku. Jadi lebih baik aku menanyakan PIN pada Jimin untuk jaga-jaga.

Chasing You | KTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang