Chapter 7

867 81 3
                                    

Hari ini hari melelahkan bagi Plan . Bahkan ia merasa sangat lelah , lebih lelah dari menghadapi pekerjaan nya pikir Plan . Seharian menjadi supir pribadi dan bodyguard Neena yang menemani nya kesana kemari berkeliling mencari barang yang Neena inginkan .

Plan masih di parkiran Cafe nya enggan untuk keluar setelah ia mengantarkan Neena pulang kerumah nya .

Jam ditangan nya masih menunjukan pukul 08.20 pm masih ada dua setengah jam lagi untuk Cafe nya tutup .

Hingga terdengar suara ketukan dari kaca mobilnya , membuat Plan membuka mata nya yang terpejam .

#

#

-:-:-:-

#

#

"Plan", panggil orang itu dan Plan menurunkan kaca mobil nya .

"sedang apa kau disini , Mean", ucap Plan . Dan Mean masuk begitu saja kedalam mobil Plan duduk disamping laki-laki manis itu .

"tentu menemui mu , Plan", sahutnya .

"kau merepotkan ku , Mean" .

"aku tidak mau menemani Neena belanja lagi . dia bahkan menghabiskan waktu bekerja ku seharian ini hanya untuk mengelilingi tempat ini dan itu", desis Plan .

"maafkan aku Plan , aku benar-benar sudah merepotkan mu . meeting hari ini sangat penting dan aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ku begitu saja" .

"Bagaimana kalau aku memasakan sesuatu untuk mu", lanjut Mean .

"apa kau sedang menyogok ku", cibir Plan membuat Mean terkekeh sendiri .

Akhirnya Mean dan Plan keluar dari mobil itu , melangkah masuk ke R’Cafe dengan Mean yang mengekori Plan .

Sedangkan Blue yang melihat Mean dan Plan melangkah ke lantai atas hanya menatap nya dengan decakan kesal .

.

.

Disinilah sekarang Mean dan Plan , diruangan pribadi milik laki-laki mungil itu . Dengan Mean yang sibuk mempersiapkan bahan makanan untuk dimasaknya , sedangkan Plan hanya sibuk memandangi laki-laki tinggi dan tampan itu dari kursi minibar nya .

Saking sibuknya Mean bahkan tidak sadar seseorang tengah memandangi nya sedari tadi . Plan terus memandangi nya hingga sudut bibir nya terangkat keatas .

.

.

Setelah beberapa menit ...

"ta da ...", pekik Mean memecahkan lamunan Plan . Dan Mean meletakan masakan nya diatas meja .

"pad thai ..", pekik Plan . membuat Mean terkekeh mendengar pekikan dari laki-laki manis itu .

mata Plan langsung berbinar menatap makanan yang Mean masak . Dan Plan mulai membawa makanan itu masuk kedalam mulut nya dengan penuh . Sedangkan Mean menggeleng melihat bagaimana pipi Plan tampak mengembung oleh makanan itu .

Hanya butuh waktu beberapa menit untuk mereka menghabiskan makanan nya .

"perut ku penuh", ucap Plan dan menepuk-nepuk perut nya sendiri .

"Bagaimana perut mu tidak penuh , kau bahkan hampir menghabiskan semuanya sendiri", cibir Mean dan Plan mengangguk mengiyakan dengan di barengi kekehan nya .

"setengah jam lagi Cafe akan tutup , aku harus kebawah dan akan aku bawakan kopi untuk mu", Mean hanya mengangguk . Dan Plan keluar dari ruangan pribadinya menuju lantai satu .

Mata nya menelusuri isi cafe itu yang masih ramai oleh beberapa orang . Hingga seseorang menepuk bahu Plan , orang itu Blue .

"kau membawa Mean", ucap Blue begitu pelan .

"Hum", sahut Plan .

"semuanya tidak akan baik-baik saja Plan", ucap Blue kembali dan menatap wajah Plan dari samping .

"Kau tidak perlu khawatir Blue , aku masih bisa mengatasi perasaan ku", dan Plan menatap manik Blue .

.

.

Plan kembali melangkahkan kaki mungilnya kelantai atas dengan dua cup kopi yang berada di tangan nya .

Namun saat pintu itu Plan buka tidak ada kehidupan sama sekali yang menyambutnya , tampak sunyi .

kaki mungil itu terus melangkah hingga membawa nya ke ruang kamar tidurnya . Dan disana lah lagi-lagi pria tinggi dan tampan itu berbaring tengah terlelap dengan nyaman dan tampan . Plan hanya menggelengkan kepala nya , malam ini Mean akan menginap di kamar miliknya .

Saat Plan tengah dikamar mandi terdengar suara ketukan dari arah pintu , membuat Mean terusik dari tidurnya . Mean bangun dan keluar dari kamar itu dengan jalan terhuyung , membuka pintu dan nampaklah sosok Blue disana .

"apa kalian akan pulang atau menginap", tanya Blue .

"menginap", sahut Mean .

"Baiklah", final Blue dan berlalu meninggalkan Mean yang tengah berdecak .

Saat pintu itu Mean tutup kembali , ia melangkah ke ruangan kamar itu lagi . namun langkah nya terhenti saat Plan keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk dipinggang nya .

tubuh Plan yang mungil , mulus dan putih sontak menjadi pemandangan yang indah .

"yahh ... kenapa kau melihatku seperti itu Mean", teriak Plan dan dilempari bantal oleh si mungil .

tapi sayang lemparan itu gagal mengenai sasaran nya saat tangan Mean dengan cekatan menangkap lemparan bantal itu .

"kenapa kau selalu berteriak seperti gadis yang hendak diperkosa , memang nya apa yang ku lihat" .

"ingatlah Plan aku bukan Blue", lanjut Mean . membuat Plan hanya diam dan tidak menyahut lontaran Mean . Plan hanya sibuk dengan tangan yang tengah memilah baju yang tergantung dengan rapih .

Sedangkan Mean kini duduk ditepi ranjang tengah memandangi punggung Plan yang sibuk memakai pakaian nya . Hingga Plan berbalik dan menyambar kunci mobilnya yang berada di meja nakas .

"mau kemana", tanya Mean .

"tentu pulang Mean . kau sudah bangun dan Blue pasti belum menutup cafe nya", ucap Plan dan melangkahkan kaki nya . namun langkah itu terhenti saat Mean berucap kembali .

"Blue tadi kesini dan bertanya lalu aku mengatakan kalau kita akan menginap malam ini", membuat Plan menghela nafas nya .

Plan menjatuhkan tubuhnya begitu saja diatas ranjang nya , dan menarik selimut hangatnya hingga kebatas lehernya .

"aku mau tidur , hari ini sangat lelah" .

"lalu bagaimana dengan ku , Plan . aku akan susah tidur kembali saat sudah terbangun seperti ini" .

"salahkan saja telinga mu itu", cibir Plan .

"yahh...", teriak Mean dengan suara nya yang nyaring sontak Plan tertawa dengan teriakan Mean .

tawa Plan membuat Mean terus memandangi nya .

"sembilan", gumam Mean .

"huh", membuat Plan menghentikan tawa nya saat mendengar gumaman Mean . Mean hanya menggelengkan kepala nya .

.

.

.

Pagi telah menjelang ...

Plan masih tertidur dengan pulas . Sedangkan Mean tengah berdiri dekat jendela dengan handphone yang menempel di telinga nya . Mean tengah sibuk berbicara dengan seseorang hingga berkali-kali helaan nafas pelan nya keluar .

"Baiklah mae" .

Pippp ...

Sambungan itu terputus dan Mean kembali menghela nafasnya .

laki-laki tinggi itu masih berdiri di tempat yang sama dengan tangan yang ia lipat di dada nya . tapi manik sipit nya tengah menatap Plan yang tertidur dengan damai dan cantik .

Hingga mata sipit itu melihat gerakan Plan ditempat tidurnya . membuat Mean beranjak dari tempat itu .

.

.

Plan tampak mengerjapkan mata nya kesetiap sudut kamar nya . namun mata nya tidak melihat siapa pun dikamar itu . tapi telinga nya mendengar sayup-sayup suara gemiricik air didalam kamar mandi miliknya .

kaki mungil itu turun dari ranjang nya , menapaki setiap lantai dengan menguap lebar .

Plan mengambil botol mineral dari lemari es nya dan menenggak nya dengan rakus . Namun saat Mean keluar dari kamar mandi itu dengan lilitan handuk di pinggang nya membuat Plan tersedak begitu saja .

uhukk...uhukk...

Plan tengah berdiri diambang pintu kamar tidurnya dengan terbatuk-batuk .

"kau tidak apa-apa Plan", tanya Mean yang mulai mendekat kearah Plan . Plan hanya menggelengkan kepala nya dengan gugup . Bagaimana mata itu tampak tak nyaman saat melihat tubuh Mean dengan otot perut yang sempurna membuat Plan menelan ludahnya berkali-kali .

Mean kini berdiri tepat dihadapan Plan . membuat Plan tampak seperti patung yang diam tak bergerak .

"Bagaimana perut ku bagus bukan", tanya Mean dengan menepuk-nepuk perut nya .

"kau tidak punya yang seperti ini kan", lanjut Mean menunjuk otot perutnya sendiri , sedangkan Plan yang mendengar nya hanya berdecak .

"pakai pakaian mu Mean dan pulanglah . aku harus bekerja", ucap Plan .

"Plan temani aku hari ini" .

"tidak lagi", cibir Plan .

"mae yang meminta ku agar kau menemani ku Plan" .

"jangan menggunakan mae sebagai alat bujukan mu Mean", cibir Plan .

"Baiklah aku akan memberitahu mae kalau kau tidak bisa menemaniku dan mae akan datang kesini untuk mengintrogasi mu , Plan", ucapan Mean benar-benar membuat Plan mendengus kesal .

Plan tidak melontarkan apa-apa lagi , ia langsung berlalu ke kamar mandi dengan gerutuan jengkel nya . membuat Mean yang menyaksikan nya hanya terkekeh sendiri .

.

.

.

.

.

Setelah perdebatan Plan dan Mean di sepanjang jalan . Akhirnya dua laki-laki berbeda tinggi badan itu sampai di toko perhiasan .

"Untuk apa kita kesini" .

"tentu membeli cincin untuk tunangan ku Plan", sahut Mean .

"ah kau benar", kekeh Plan .

"lalu kenapa kau bukan nya mengajak Neena", lanjut Plan .

"mae ingin aku memberikan kejutan untuk Neena", Plan hanya menanggapi nya dengan anggukan .

Mean dan Plan keluar dari mobilnya dan melangkah masuk ketoko perhiasan itu . Begitu banyak perhiasan yang terpajang dengan rapih dan indah .

Sudut mata mereka terus memandangi ukiran cincin yang tampak berkilau dan mewah .

membuat siapapun yang melihatnya tampak terkagum-kagum .

"Cincin apa yang cocok untuk Neena", tanya Mean .

"Bagaimana dengan cincin berlian biru itu", sahut Plan dan menunjuk salah satu cincin dengan berlian biru dengan ukiran yang indah . Mean mengangguk mengiyakan .

"apa ukuran nya akan pas", tanya Mean kembali . Sedangkan Plan hanya mengedik kan bahu nya tanda ia tak tahu .

"Plan aku pinjam jari manis mu", ucap Mean begitu saja membuat Plan hanya melongo mendengarnya . Karena Mean tidak mendapat jawaban , akhirnya laki-laki tinggi itu menarik jari lentik Plan begitu saja .

"jari Neena pasti sama dengan mu Plan", ucap Mean sambil menyematkan cincin dijari manis Plan . Plan merasakan desiran di dada nya , tanpa sadar sudut bibirnya terangkat keatas . tapi seperkian detik senyuman itu lenyap kembali .

"karena jari mu sama seperti jari perempuan", lanjut Mean .

"yahh...", Plan langsung memukul lengan Mean dengan keras , sedangkan yang di pukul hanya terkekeh .

.

.

.

Saat semua nya telah selesai Mean dan Plan kembali ke rumah yang mereka tinggali .

Plan langsung menjatuhkan tubuh nya begitu saja keatas sofa .

Tapi bersyukurlah hari ini tidak melelahkan seperti hari saat bersama Neena .

"kemana semalem kau dan Mean", tanya Perth .

"Mean menginap di tempatku", sahut Plan yang masih betah berbaring di tempatnya .

"waktu itu kau yang tidur di kamar Mean dan kemarin malam Mean yang tidur ditempat mu", ucap Perth kembali .

"apa kalian melakukan sesuatu", lanjut Perth dengan bolamata yang tampak besar .

"Bisakah singkirkan otak mesum mu , Perth", cibir Mean yang baru tiba di ruangan itu . Sedangkan Perth hanya memutar bolamata nya dan Plan hanya menghela nafasnya dengan pelan .

"Plan , kalian tidak melakukan apa-apa bukan", itu Perth yang masih kekeuh dengan pertanyaan nya . membuat Plan berdecak kesal .

"Perth", panggil Plan dan mengisyaratkan Perth untuk menghampiri nya , Perth pun menuruti nya .

Plakkk...

"yahh...Plan ini sakit", desis Perth memegang kepala nya sendiri yang jadi korban pukulan tangan mungilnya Plan .

"berhentilah bertanya itu membuatku kesal . aku dan Mean tidak melakukan apapun , dan cepat pijiti punggung ku . aku lelah", ucap Plan dan bangkit dari berbaringnya yang kini membelakangi Perth dan menepuk-nepuk punggung nya sendiri .

"aku bukan tukang pijit , Plan", cibir Perth .

"Baiklah kalau kau tidak mau . kau bisa membelikan ku sepuluh Cup ice cream ukuran jumbo", Plan tengah memberikan pilihan dan decakan lah yang Plan dengar . tidak lama setelah itu tangan Perth mulai memijit dengan perlahan membuat Plan merasa nyaman dengan pijitan tangan Perth . Sedangkan Mean yang melihat nya hanya memandang dengan tatapan tak terbaca .

Plan mulai menguap dengan mata setengah tertutup , laki-laki manis itu mulai masuk menuju alam mimpi nya . Namun sayang Plan gagal masuk kealam tidurnya .

Brukkk...

"oughhh", desis Plan yang jatuh begitu saja dari sofa nya membuat Perth dan Mean tertawa dengan terbahak .

"apa yang kau lakukan , Plan", itu Mean masih dengan tawa nya .

"apa kau sampai tertidur karena pijitan ku", sambung Perth .

"ini benar-benar sakit", decak Plan yang tengah memegang pinggang nya .

Dan bangkit dari lantai itu , berjalan dengan desisan nyeri di pinggangnya .

sontak membuat Mean menghentikan tawa nya saat itu juga .

"Perth", panggil Plan kembali . Dan Perth langsung berjalan kearah Plan .

"gendong aku dan antarkan aku ke tempat tidur ku", tanpa aba-aba Perth langsung berjongkok dan Plan memeluk leher Perth . Sedangkan Mean lagi-lagi hanya memandangnya dengan pandangan tak terbaca .

.

.

.

Kini Plan tengah berbaring diatas ranjang nya , dengan jari manis yang terus ia pandangi dan ia sentuh .

"bagaimana bisa jantung ku berdetak dengan cepat dan aku tersenyum saat kau menyematkan cincin milik orang lain dijari ku ini", gumam Plan pada dirinya sendiri .

"aku tampak bodoh dan kau yang membuat ku bodoh", lanjut Plan dengan senyuman miris nya .

Plan terus memandangi jari itu tanpa lelah . hingga perlahan mata nya tertutup dengan rapat .

.

.

Sedangkan dikamar lain ..

Mean tengah duduk diatas ranjang nya dengan mata sipit nya yang memandangi photo dirinya dan ketiga sahabat nya . Plan yang berada disampingnya lalu Perth kemudian Neena .

"sudah sembilan tahun", gumam Mean dan menghela nafas nya .

Kini Mean menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong . Hingga suara dari luar menyadarkan Mean dari lamunan nya .

Mean langsung beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar itu .

Saat kaki nya melangkah keluar , ia melihat seseorang sudah tersungkur dilantai dengan desisan nya .

"aishh..." .

.

.

.

.

.

TBC...




PLEASE DON'T! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang