Saat telinga Plan mendengar seseorang memanggil namanya, ia langsung menoleh kearah orang itu. Namun matanya langsung membulat karena terkejut, Tee yang berada digendongan pun langsung ia turunkan. Dihadapannya kini berdiri seorang wanita cantik yang dulu selalu ia anggap sebagai adik perempuannya bahkan sampai sekarang Plan masih menganggapnya seperti itu.
"Apa ini benar-benar kau Plan?" wanita itu langsung memeluk Plan dengan senyuman lebarnya.
"Kau kemana saja selama ini, aku merindukanmu." lanjutnya. Plan hanya tersenyum dibalik punggung wanita itu. Saat kedua maniknya melihat stroller dengan bayi yang lucu membuat Plan melepaskan pelukan wanita itu.
"Neena, apa ini anak kalian?" ucap Plan dengan senyuman yang sedikit dipaksakan. Sedangkan Neena mengangguk dengan senyumannya menyahuti pertanyaan Plan. Tak tahukah senyuman Neena membuat Plan berspekulasi sendiri. Lagi-lagi pikiran Plan kembali pada laki-laki yang dulu ia cintai bahkan sampai sekarang, sedangkan matanya terus memandangi wajah bayi itu.
"Kau tidak bersama Mean?"
Neena yang mendengar pertanyaan tiba-tiba Plan menaikan sebelah alisnya dan kemudian tersenyum kearah laki-laki mungil itu. Tangan Plan Neena genggam dan ia tatap mata milik Plan, saat Neena hendak mengeluarkan suaranya tiba-tiba seseorang merangkul pinggangnya dari arah belakang.
"Apa kau sudah mendapat ice cream mu? Ah.. bukankah ini Plan?"
"Apa kabar Phi?" ucap Plan dengan sopan. Ia tengah bingung bagaimana bisa senior nya bersama istri dari Mean dan kontak fisiknya benar-benar tidak pantas mereka lakukan. Apa jangan-jangan Neena berselingkuh dibelakang Mean pikir Plan. Dan laki-laki itu bahkan selalu datang padanya seorang diri tanpa Neena, kini Plan tengah melamun dengan spekulasinya sendiri. Neena tampak melambai-lambaikan tangannya namun Plan masih tetap diam dan akhirnya wanita itu menepuk bahu Plan menyadarkan laki-laki mungil itu dari lamunannya.
"Ini suami ku Plan."
"Apa?" Plan benar-benar terkejut. Apa telinganya saat ini mendadak rusak, apa yang coba Neena katakan. Plan akhirnya tertawa menanggapi ucapan wanita itu, lontaran Neena seperti sebuah lelucon bagi Plan.
"Aku tidak jadi menikah dengan Mean. Dia membatalkan pernikahan kami 2 bulan sebelum hari H, karena Mean sangat mencintaimu Plan. Apa kau tidak tahu tentang hal ini, apa kau belum bertemu dengan Mean?" ucapan Neena benar-benar menampar Plan. Kenyataan macam apa ini, apa ini sebuah lelucon. Plan rasanya tidak bisa mencerna penjelasan Neena, otaknya bahkan mendadak tak bekerja.
Neena berjongkok tepat dihadapan Tee, tangannya merengkuh bahu anak kecil itu dengan lembut dan menatap kedalam manik Tee. Jari-jari Neena mengelus rambut Tee dengan sayang dan tersenyum kearah anak itu.
"Aku seperti melihat Mean." (Gambaran Tee bayangin Mean kecil yah 😎)
Deg...
.
.
Setelah kepulangannya dari pusat perbelanjaan Plan langsung menjatuhkan tubuhnya diatas sofa sedangkan Tee sudah terlelap didalam kamar tidur Plan. Saat ini laki-laki berambut blonde itu tengah berpikir tentang kenyataan yang sama sekali tidak pernah ia duga. Bagaimana bisa Mean membatalkan pernikahannya bersama Neena sedangkan laki-laki itu tahu sendiri jika sang Mae tak akan merestui hubungan sesama jenis. Plan terus menghela nafasnya berulang kali, rasanya ia masih tidak percaya dengan apa yang sudah ia dengar hari ini. Saat Plan tengah sibuk berpikir tiba-tiba saja suara dering ponselnya memecahkan lamunan Plan.
Drrtt...Drttt...
Dengan sigap tangannya langsung mengambil ponsel miliknya yang tergeletak diatas meja. Satu nama tertera dilayar ponselnya, sudut bibir Plan tampak terangkat dan menjawab panggilan masuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE DON'T! (Completed)
Fanfictionremake kali ini dari fanfiction lagi dengan nama akun @.Defirelight 🙏