Chapter 24

914 65 18
                                    

Di siang hari yang cerah terparkir sebuah mobil mengangkut bunga mawar merah dan putih. Seorang wanita keluar dari dalam rumah saat ia mendengar suara mesin mobil berhenti tepat dihalaman rumah itu. Namun saat ia membuka pintu matanya langsung membulat karena terkejut, untuk apa bunga sebanyak itu pikirnya. Mean Phiravich si tersangka yang memesan bunga itu akhirnya membawa langkahnya kearah wanita yang saat ini tengah terkejut. Wanita dengan seragam maid nya tersadar dari keterkejutannya saat Mean menepuk bahunya dengan pelan. Mean berbisik sesuatu tepat ditelinga wanita itu dengan senyuman lebarnya.

.

.

Sedangkan ditempat lain lebih tepatnya di R'Cafe, Plan seperti biasa sibuk dengan berkas-berkasnya yang berserakan dimeja kerjanya. Sedangkan anak mungilnya yang menggemaskan sedang diasuh oleh Blue, laki-laki yang pernah Plan patahkan hatinya. Tapi Plan bersyukur laki-laki itu tidak menyimpan dendam ataupun merasa tersakiti, Blue tetap menjadi seorang teman yang bisa Plan andalkan.

.

Laki-laki tinggi itu berdiri dengan melipat kedua tangan di dadanya sedangkan kedua matanya sibuk menatap anak kecil yang kini berlari kesana kemari dan sesekali ia akan berceloteh lucu, membuat para pelanggan merasa gemas melihat tingkah Tee begitupun dengan Blue. Blue hanya tersenyum dengan lebar dan sesekali laki-laki itu akan menggeleng-gelengkan kepalanya saat Tee diciumi oleh para gadis di R'Cafe. Saat Tee sudah merasa bosan ia akan menarik-narik ujung baju Blue untuk kembali keruangan Plan, seperti halnya sekarang anak kecil itu memeluk kaki Blue dengan menarik-narik celana Blue.

"Apa sudah bosan?" Tee tampak menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebarnya.

"Tee ingin Mommy!" Tangan Blue langsung menggendong tubuh mungil Tee dan membawanya keruangan kerja Plan. Disaat pintu terbuka, Blue bisa melihat laki-laki mungil tengah sibuk dengan lembaran-lembaran kertas diatas meja kerjanya. Anak kecil itu Blue dudukkan diatas kursi di sampingnya.

"Plan, anakmu masih kecil tapi dia sudah populer dikalangan para gadis. Dan astaga, bahkan para gadis itu menciumi Tee!" Plan yang mendengar celotehan Blue hanya terkikik tanpa mengalihkan tatapannya dari lembaran kertas itu.

"Bagaimana jika dia sudah besar nanti?"

"Tee akan mirip seperti Mean, tap..." ucapan Plan terpotong begitu saja.

"Mean, Mommy siapa Mean?" Blue yang mendengar pertanyaan polos Tee hanya menaikkan sebelah alisnya, sedangkan Plan ia hanya menghela nafasnya pelan.

"Apa keponakan uncle yang tampan ini tidak tahu siapa Mean itu?" Tee hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Blue. Tangan Blue tampak mengelus lembut rambut Tee dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah anak kecil itu.

"Tee tahu, laki-laki tinggi yang mata sipit itu..."

"yahhk, kenapa kau malah mengatai Mean. Walau mata nya terlalu sipit tapi dia tetap tampan." cibir Plan. Blue yang mendengar cibiran laki-laki itu hanya terkekeh tak berdosa.

.

.

Berjam-jam dilalui oleh Plan, kini ia merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal. matanya melirik jam dilayar ponselnya yang sudah menunjukan pukul 08.45 malam, sedangkan Tee sang anak ia sudah tertidur sangat lelap diatas sofa dengan selimut hangatnya. Tangan Plan dengan pelan mengangkat Tee kedalam gendongannya.

"Waktunya pulang baby, sepertinya kau tidur sangat nyenyak." ucap Plan dengan pelan. Langkahnya ia bawa keluar dari ruangannya, namun saat Plan hendak melanjutkan langkahnya tiba-tiba Blue datang dan mengambil alih Tee dari gendongan Plan. Dengan senang hati laki-laki mungil itu menerima bantuan dari Blue. Keduanya melangkah bersama keluar dari R'Cafe menuju parkiran. Dengan sangat pelan Blue menidurkan Tee di Jok belakang, sebelum pergi meninggalkan area parkiran R'Cafe Plan mengucapkan terimakasih terlebih dahulu pada Blue dan diangguki oleh laki-laki tinggi itu.

PLEASE DON'T! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang