Chapter 23

904 64 12
                                    

Mark membawa langkahnya kearah tiga laki-laki dan seorang anak kecil yang tengah duduk dikursi meja makan dengan dua cangkir kopi yang Mark bawa untuk Mean dan Plan. Laki-laki  itu menyodorkan cangkir kopinya kearah dua laki-laki yang duduk di hadapannya. Plan langsung berucap terimakasih saat Mark memberikan kopi padanya. Namun tidak dengan Mean, ia malah menatap tajam kearah Mark dengan mata sipitnya. Mark yang melihat tatapan tajam dari Mean tampak tak nyaman. Sontak Plan langsung memukul paha Mean dan mengingatkan laki-laki itu agar tidak menatap Mark dengan cara seperti itu.

"Jangan menatapnya dengan cara seperti itu Mean, mata sipitmu membuatnya takut!"

"Aku hanya bercanda!" hanya itu yang keluar dari mulut Mean.

"Plan, aku akan kembali ke Cina nanti sore!" ucap Mark tiba-tiba dan sontak Plan langsung terkejut dengan ucapan laki-laki  itu.

"Kenapa secepat itu?"

"Urusanku di sini sudah selesai dan aku harus kembali bekerja, aku akan kembali ke Thailand saat kau menikah" ucap Mark dengan senyuman lebarnya dan menatap Plan lalu Mean secara bergantian.

"Apa itu menikah uncle?" tanya Tee dengan penasaran.

"Ah, menikah itu..." Mark langsung menatap kearah Perth meminta bantuan agar menjelaskannya pada anak kecil yang tengah penasaran.

"Mommy, apa itu menikah?" Tee terus bertanya karena ia tampak penasaran sedangkan empat orang dewasa tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

"Menikah itu dua orang dewasa yang akan jadi Mommy dan Daddy nya Tee." sahut Perth.

"Mommy dan Daddy akan menikah?" tanya Tee kembali dan ia langsung berdiri di kursi tempat duduknya. Tee langsung tersenyum dengan lebar dan ia terus bertepuk tangan dengan lucu. Plan tampak gemas dengan prilaku Tee, sedangkan Mean dan Perth mereka saling pandang saat mendengar pekikan anak kecil itu. Mean jelas tahu yang dimaksud 'Daddy' oleh Tee bukanlah dirinya melainkan Perth.

"Dia hanya anak kecil Mean!" ucap Perth. Ia tidak mau Mean menjadi salahpaham dengan ucapan polos Tee. Akhirnya laki-laki  itu hanya menghela nafas beratnya.

"Mommy, jika Tee sudah dewasa Tee juga ingin menikah sepelti Mommy dan Daddy Pelt. Tee ingin menikah dengan olang yang sepelti Mommy yang cantik dan Tee akan tumbuh sekelen Daddy Pelt." Tee terus berceloteh dengan lucu, cubitan gemas dipipi Tee akhirnya terhenti saat Plan tiba-tiba mendengar celotehan polos anaknya. matanya ia bawa langsung menatap Mean yang tengah menghela nafas beratnya, tangan Plan tampak mengelus bahu Mean agar kekasihnya itu bisa mengerti dengan ucapan polosnya Tee.

.

.

Siang ini Plan tengah membantu Mark membereskan pakaiannya. Sedangkan dua laki-laki tampan itu hanya duduk disofa ruang santai bersama Tee yang berada dipangkuan Perth. Tee terus berceloteh sedari tadi tanpa henti dengan tawa riangnya, sedangkan Mean ia hanya memandang kebersamaan anaknya bersama Perth yang seharusnya dipanggi uncle oleh anaknya itu bukannya Daddy. Bukankah seharusnya dirinya yang dipanggil dengan panggilan Daddy, tapi anaknya sendiri malah memanggilnya uncle. Mean jelas cemburu dengan kedekatan anaknya bersama Perth, namun ia juga tidak memungkiri jika hatinya ikut menghangat dan bahagia saat bibir imutnya Tee tertawa dengan riangnya.

Sudut bibir Mean terus tersenyum saat ia membayangkan jika dirinya berada diposisi Perth.

"Daddy harus melihat uncle Malk, Tee tunggu di sini ok!" ucap Perth saat ia melihat senyuman Mean yang tengah memandangi kebersamaannya dengan Tee. Dan anak kecil itu tampak mengangguk dan Perth menurunkan Tee dari pangkuannya. Laki-laki  itu membawa pandangannya kearah Mean dengan senyumannya, sebelum Perth melangkah pergi ia menepuk bahu Mean. Awalnya Mean tidak mengerti dengan tepukan Perth dibahu nya, namun saat laki-laki  itu mengeluarkan suaranya Mean langsung tersenyum dengan lebar.

PLEASE DON'T! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang