Chapter 22

934 65 30
                                    

Plan tentu terkejut saat mendengar ucapan Mark, laki-laki itu memijit pelipisnya pelan. Bagaimana bisa Perth meninggalkan rumahnya dengan cara seperti itu, membuat diri Plan semakin bersalah padanya. Sedangkan Mark dia terus terisak sedari tadi dengan menundukan kepalanya.

"Perth pergi karena kedatanganku!" ucap Mark dengan terisak, namun Plan jelas tahu karena siapa. Laki-laki mungil itu menghela nafasnya dan mengelus bahu Mark untuk menenangkan laki-laki  itu. Plan akhirnya berdiri untuk beranjak dari kamar Mark.

"Aku akan menemui Perth!" hanya itu yang keluar dari mulut Plan sebelum meninggalkan Mark. Sedangkan Mark hanya menatap kepergian Plan dengan semakin terisak dan laki-laki  itu akhirnya menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

Plan meninggalkan rumah itu dengan mengendarai mobilnya yang tampak tergesa-gesa. Beruntunglah Plan dengan jelas tahu dimana Perth akan tinggal, hanya beberapa puluh menit untuk laki-laki mungil itu sampai dihotel milik Perth. Langkahya ia bawa untuk menghampiri seorang resepsionis dan menanyakan dikamar mana sahabatnya itu tinggal, setelah mendapat jawaban akhirnya Plan membawa langkahnya mencari kamar no 94. Dan disinilah Plan sekarang berdiri tepat didepan pintu kamar Perth, tangannya mulai mengetuk pintu itu tanpa berbicara berharap Perth mau membuka pintunya. Setelah beberapa detik Plan akhirnya mendengar knop pintu yang perlahan terputar, laki-laki itu menghela nafasnya lega. Setelah Perth membuka pintu Plan langsung mendorong tubuh Perth begitu saja hingga terduduk ditepi ranjang. Laki-laki  itu jelas terkejut dengan apa yang dilakukan Plan padanya.

"Kenapa kau pergi dari rumahku?" tanya Plan dengan suara pelannya yang kini sudah terduduk ditepi ranjang bersama Perth dan saling berhadapan.

"Bukankah ini yang kau inginkan?" Plan sontak langsung menggenggam kedua tangan Perth dengan erat, mata Plan tampak menatap mata Perth dengan perasaan bersalah.

"Kau pergi karena melihatku bersama Mean, sebenarnya kemarin aku ingin mengatakannya padamu namun aku takut menyakitimu. Namun pada akhirnya aku memang sangat menyakitimu!" ucap Plan dengan kedua matanya yang mulai memburam karena airmata sedangkan genggaman tangannya semakin mengerat menggenggam tangan Perth.

Laki-laki  itu menempelkan keningnya dengan kening Plan, sedangkan kedua tangannya yang sedari tadi digenggam Plan kini menangkup wajah Plan yang tengah mengeluarkan airmatanya.

"Aku akan benar-benar menyerah sekarang, kau bisa bahagia bersama Mean dan Tee." ucap Perth dengan sangat pelan dan Plan benar-benar bisa merasakan nafas hangat milik laki-laki  itu tepat dikulit wajahnya, laki-laki itu pun dengan perlahan memejamkan matanya saat Perth mendaratkan bibirnya tepat dibibir cherry Plan. Beberapa detik bibir keduanya saling menempel akhirnya dengan perlahan Perth mulai melumat bibir itu dengan sangat lembut dan melepaskannya. Kedua tangan Perth mengelus wajah Plan dengan senyuman hangatnya.

"Tapi apa aku masih bisa menemui Tee?"

"Hey, kenapa kau bertanya seperti itu. Tentu aku dan Mean akan mengijinkannya, kau akan tetap jadi Daddy nya Tee yang keren." Perth tampak terkekeh dengan ucapan Plan. Namun kekehan Perth terhenti saat Plan menggenggam tangan Perth kembali dan menatap laki-laki  itu dengan serius.

"Aku masih mempunyai satu permintaan!" Perth tampak menaikkan sebelah alisnya mendengar lontaran Plan.

"Maafkan kesalahan Mark! Dia datang dari Cina ke Thailand hanya untuk menemui mu dan mendapat maaf dari orang yang dicintainya. Jangan membuat hidupnya dalam rasa bersalah, dia berhak untuk dicintai olehmu dan kau pun berhak mendapatkan cinta dari seseorang yang tulus mencintai dirimu Perth!"

"Bukankah aku selalu menuruti keinginan mu?"

"Jadi kau akan memaafkan Mark?"

"Aku akan menunggunya!" Plan tersenyum dengan lebar saat mendengar ucapan Perth. Laki-laki mungil itu langsung berdiri dari duduknya dan merengkuh bahu Perth yang masih terduduk ditepi ranjang.

PLEASE DON'T! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang