Chapter 3

202 13 0
                                    

You make me feel blessed, I meet you then I know you. It means so much.

"Kau harus jujur padaku Rayn. Kau tau kan meretas sistem adalah perbuatan yang illegal. Kau membobol salah satu bank. Dan jujur saja kau memilih target yang salah. Kau bahkan di tuntut oleh jaksa federal. Jadi jelaskan padaku mengapa." Roman duduk di atas meja.

Mereka sedang berada di ruangan Roman, Ryan duduk di depan meja besar. Alih-alih di sofa mengkilat di sisi lain, Ryan sudah terlebih dulu duduk di kursi depan meja kerjanya. Tubuhnya menyender pada sandaran kursi hitam. Nampak tak terganggu dengan tatapan Roman yang menatapi lurus dirinya. Rayn Gilbert sama sekali tak bersuara. Dia menunduk memainkan tangan di kedua pangkuannya. Rambut coklatnya berantakan. Roman tahu matanya tak memancarkan kebencian.

"Aku tak bisa membelamu, jika kau tak mengatakan hal jujur padaku." Roman mencoba lagi.

Tak ada pergerakan yang mengartikan dia siap untuk menjelaskan kasusnya. Remaja itu bergeming. Roman tau dia bukan dari keluarga kekurangan uang. Tapi 1 juta dollar bukan uang yang sedikit. Untuk apa dia mengambilnya. Bahkan keluarganya mampu menyewa pengacara dari firma elit ini. Roman semakin kebingungan.

Orang tua nya hanya meminta tolong untuk menyelesaikan kasusnya. Bahkan hari ini Rayn hanya datang sendiri ke ruangannya. Sedikit banyak nya menjadi tanda tanya untuk Roman. Usia nya baru 17 tahun bulan lalu.

"Baik, bicara padaku apapun itu. Aku akan disini dan mendengarkanmu. Aku pendengar yang baik, aku juga bukan ayahmu jadi aku tidak akan memarahimu." Roman duduk di mejanya. Menatap Rayn lurus.

"Kau harus." Dia baru mengeluarkan suaranya setelah 30 menit duduk di ruangan Roman.

Alis Roman tertaut. Bingung dengan apa yang di katakana remaja itu.

"Harus? Maksudmu?"

"Kau harus memarahiku karena aku meretas bank. Aku membobolnya dalam kurun waktu 4 jam. Dan tak ada seorang pun yang menyadarinya. Aku berlama-lama di sana." Rayn mulai berbicara.

"Kau bahkan harus memukulku dengan tongkat baseball." Ryan memokuskan mata nya pada Roman.

Roman tentu saja tak gentar. Tidak mungkin dia menyerah dengan kasus ini. Puzzle ini harus dia selesaikan.

"Anggap aku sudah memukulmu, okay. Tapi mengapa kau di sana begitu lama?"

"Firewall mereka kuat tapi aku disana hanya diam." Ryan kembali diam.

Roman menyernyit. Dia tak mengerti tapi pasti ada alasan. Tapi dia tak tahu alasannya. Belum lebih tepatnya.

*

Gwen memeriksa laporan pasien sekali lagi, memastikan tidak ada yang terlewat. Tapi ada sesuatu yang menganggunya. Penunggu pasien yang baru saja siuman tadi. Pasiennya baik-baik saja. Operasi nya berhasil dan tidak menunjukan tanda-tanda bahaya. Tapi istri nya Gwen tidak merasa baik-baik saja.

Demi memuaskan rasa penaasarannya, Gwen kembali lagi ke ruangan itu.

"Suamiku tidak apa-apa kan dok?" Istri pasien itu langsung menghampirinya begitu Gwen masuk ke ruangan.

"Mr. Smith tidak apa apa Mrs." Gwen menenangkan.

"Ekhem , maaf boleh saya bertanya .." Gwen agak ragu sejenak.

"Tidak perlu ragu, aku akan menjawabnya jika aku tau jawabannya tentu saja." Mrs. Smith mengenggam tangan Gwen.

"Mrs. Pernahkah anda menghitung jumlah anda bersendawa? Dalam kurun waktu tentu saja."

"Maaf sebelumnya saya lancang." Gwen sedikit tidak enak dengan kekhawatirannya.

"Tidak, tidak apa-apa. Aku tidak pernah menghitungnya. tapi aku merasa perutku sedikit bermasalah." Mrs. Smith menjawab.

Somewhere in the MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang