Chapter 11

112 9 0
                                    

I'm Scared. Save me. When I see I'm Scared. Save me. When I see you, you give me one lesson. I can lean on you and I'll find my self home.

Jam 14.00 wanita paruh baya yang masih cantik di usia nya memasuki ruang rawat Gwen. Baju hijau tuanya membuat wanita itu masih memukau rambut pirang nya di sanggul ke atas kepalanya anggun. Lelaki jangkung di belakangnya mengikuti. Kemeja biru muda berbalut jaket Armani membalut tubuh nya erat. Nampak sekali kekalutan dan cemas memenuhi raut wajah mereka. Roman segera menghampiri mereka. Wajahnya masih sama khawatirnya dengan mereka.

Wanita itu melihat Gwen dengan tatapan rindu dan cemas. Matanya beralih pada Roman yang kusut namun terlihat masih tampan.

"Gwen.." Suara wanita itu lirih memanggil nama anak gadis satu-satunya.

"Hallo Mr and Mrs. Wheleers." Roman menyapa ramah.

"Kau pasti Roman McKandy." Ucap wanita itu. Ayah Gwen masih bungkam.

"Betul Mrs. Wheleers." Roman mencoba tersenyum.

"Kau seperti yang putri ku ceritakan." Tangannya yang halus mengenggam tangan Roman seolah memberikan kekuatan dari genggaman tangan halus nya.

"Gwen. Akan segera sadar bukan?" Mr. Wheleers bergumam. Suaranya berat tapi sarat akan kasih sayang.

Mereka mendekat ke arah blankar Gwen mereka memegang tangan kanan Gwen yang terbebas dari jarum infus. Tangan Mr. dan Mrs. Wheleers bertumpuk di atas tangan Gwen seolah memberikan kekuatan dan berkata mereka ada di sini Bersama Gwen.

"Gwen di berikan obat bius, sir. Kita hanya tinggal menunggunya sadar. Tidak ada yang harus di khawatirkan kata para perawat." Jelas Roman.

Mereka pun beranjak duduk di sofa panjang di dekat jendela. Sofa yang keberadaanya sempat tidak di sadari. Sofa berwarna lavender itu sangat cocok berada di ruangan fuchsia itu terlihat megah tapi nyaman. Mr dan Mrs Wheleers duduk bersampingan di sana sementara Roman menarik kursi yang tadi di duduki nya di dekat Gwen. Dirinya mendudukan dirinya masih berada di dekat blankar Gwen tidak ingin jauh – jauh.

"Jadi kau pacar putriku?" Mr Wheleers bertanya.

Kekalutan wajahnya sedikit teredam, tapi masih berada di sana. Lelaki gagah itu masih ingin mengetahui lebih lanjut lelaki yang berpakaian berantakan di depannya ini adalah pria yang di pilih putrinya yang sangat ia sayangi.

"Iya Mr. Whel-"

"Matheo, kau bisa memanggilku Matheo." Potong Matheo.

"Iya, Matheo. Aku Roman McKandy. Maaf aku lupa memperkenalkan diri di awal tadi."

"Tidak apa – apa nak. Kami mengerti kami pun kalut. Jadi lupa memperkenalkan diri kami sendiri. Panggil aku Margareth."

Ibu dan ayah Gwen saling merangkul di sofa. Tapi mata mereka menatap roman lekat.

"Gwen, tidak merepotkan mu kan? Atau malah dia selalu mengambil keputusan sendiri?" tanya Margareth.

"Gwen, dia wanita yang paling mengagumkan yang pernah ku temui seumur hidupku. Hadirnya dia membuatku merasa utuh dan sempurna. Aku tak bisa membayangkan hidupku jika aku tak bertemu dengannya. Mungkin aku akan masih mengurung diri di tengah tumbukan berkas. Tapi Gwen mengajarkanku untuk berbagi. Dia tidak merepotkanku sama sekali Margareth. Aku lah yang merepotkannya."

Margareth dan Matheo saling berpandangan. Lelaki di hadapannya ini memuja putri mereka. Sedikitnya mereka lega, anaknya yang kelewat mandiri itu menemukan seseorang yang bisa dia ajak berbagi. Dan nampaknya lelaki itu sudah jatuh dalam pesona Gwen lebihnya seorang Roman McKandy sudah mencintai Gwen.

Somewhere in the MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang