Chapter 22

108 9 0
                                    

The battle is just begin.

Roman mengerjap sesekali hal yang pertama menyerangnya adalah rasa sakit yang menjalar sekujur tubuhnya. Pusatnya ada di perutnya, dia meringis saat mencoba menggerakan tubuh. Ruangan tampak Gelap jendela di tutup tirai biru. Dia menengok ke sekeliling, di sana ada Gwen. Rambut pirangnya sedikit berantakan, wanita itu tertidur dengan posisi duduk di dekat tanggannya yang tidak tertancap infus. Roman tidak memerhatikan nya tadi, rasa sakit itu membuatnya agak lama berfikir. Selain itu kepalanya pusing, efek dari obat anestesi yang belum sepenuhnya hilang. Dia sebisa mungkin tidak membuat pergerakan pada tangannya, agar Gwen tidak terbangun.

Dia merebahkan kepalanya pada bantal berwarna biru, menatap langit – langit ruang rawatnya yang di cat putih bersih. Di samping ranjangnya ada tiang infus, yang menggantung satu labu berbentuk botol berwarna kuning keemas an. Dia mulai merasakan kering di tenggorokannya. Dia melirik nakas dekat ranjangnya. Disana ada segelas air, tapi dia khawatir jika dia bergerak itu akan membangunkan Gwen.

Ingatannya Kembali saat setelah sidang kemarin. Ancaman terhadap Mr. Montgomerry nyata adanya, bahkan tidak tanggung – tanggung kini mereka mulai menggunakan senjata api. Di lihat dari jaraknya bahkan mereka mulai menggunakan Sniper. Keberaniannya Roman acungi jempol. Orang waras macam apa yang menembak target di depan pengadilan. Roman sama sekali lupa kejadian setelahnya, bukan bahkan tidak sadar.

Gwen bergerak mencoba untuk bangun, dia kemudian melihat Roman yang kini terbaring dengan mata nya menatap Gwen sepenuhnya. Bibirnya yang kemarin tidak menampakan ekspresi apapun kini tersenyum. Gwen terbangun sepenuhnya.

"Hey." Roman menyapa Gwen dengan suara serak.

"Hey , kau haus?"

Roman mengangguk. Kemudian Gwen menyendokan air pelan – pelan mendekatkan sendok ke mulutnya. Pelan – pelan Roman menyesap air di sendok. Setelahnya Gwen memeriksa kondisi Roman.

"Ada yang sakit sayang?"

"Badan ku dan kepala ku sedikit pusing." Jawab Roman.

Gwen segera memeriksa perut Roman yang terkena tembakan. Setelah memeriksa infusnya yang berjalan dengan baik. Gwen meringis.

"Pusingnya efek dari anestesimu." Gwen menundukan kepalanya.

"Hey... Hey.." Roman yang melihatnya memanggil Gwen.

Dia mengulurkan tanggan nya pada Gwen. Menyuruh Gwen untuk berbaring bersamanya di ranjang. Gwen terisak pelan.

"Jangan Begitu lagi. You scared me to death." Gwen bergumam.

Roman memeluknya erat dengan satu tangan sementara satu tangannya yang lain yang tertancap infus mengelus kepala Gwen pelan.

"I'm Sorry.." gumam Roman.

"Kau sempat tidak bernafas."

"Aku memompa dadamu agak lama.. yang aku fikirkan kau harus hidup."

"Kau bahkan tidak bangun saat aku memanggilmu."

"Aku kira semuanya terlambat."

"Aku kira kau tidak mau Bersama ku lagi."

"Baby, hey tenang. Aku disini dan akan terus disini bersamamu." Roman memeluk Gwen lebih erat.

"Jangan membuatku takut lagi sayang." Gwen membalas pelukan Roman pelan. Takut – takut mengenai luka Roman.

"I'm here baby ... I'm here. I promise."

Mereka pun jatuh tertidur dengan Gwen yang ada di pelukan Roman.

Sarah masuk ke dalam ruang rawat Roman pagi – pagi, dia yakin tidak perlu memanggil dokter yang lain karena Gwen sendiri yang mengoperasi Roman. Tentu saja wanita itu berada di ruang rawat Roman. Wanita itu bahkan tidak beranjak dari sisi Roman kecuali ke kamar mandi. Sarah sendiri juga lah yang memberikan kotak makan malam pada Gwen tadi malam.

Somewhere in the MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang