Chapter 14

94 10 0
                                    

I'm home. Wherever you are, as long as your're with me. I'm home.

Di ruang Pertemuan, Randolf masih termenung. Dirinya mungkin mengingat – ingat saat umurnya masih 10 tahun. Natalnya tidak pernah kesepian, dia juga ingat ciuman ibu nya atau ajakan ayahnya membeli komik superhero dan beberapa mainan. Mungkin tidak pernah di belikan barang – barang kelewat mewah semacam Xbox untuk anak 10 tahun. Tapi dia sangat menikmati kehidupan masa kanak – kanaknya. Dirinya sadar tak semua anak beruntung seperti dirinya.

Orang yang di dakwanya sungguh jenius. Dia yakin, 13 tahun mulai mengenal daring dang pengodean bukan satu hal yang akan anak – anak lain lakukan di masa remaja nya. Dia juga tidak merasakan di kucilkan di lingkungan sekolahnya, dia adalah seorang bintang quarter back. Tapi anak itu walaupun berwajah ganteng dan dari keluarga kaya. Dia malah di kucilkan di lingkungannya. Dia kurang mengerti , biasanya anak – anak orang kaya akan menggunakan kekayaan orang tuanya untuk berteman, tapi remaja itu tidak. Dia memilih bergelung dengan teman tak bernyawa nya, mempelajarinya.

"Mr. Randolf." Panggil hakim lagi.

Nampaknya hakim sudah memanggil sebelumnya.

"Ya, yang mulia." Jawab Randolf

"Silahkan berbagi pendapat. Kita berada di dalam ruangan ini untuk menyelesaikan kasus ini. kita akan berdiskusi dengan juri jika di ruangan ini sudah membuat keputusan." Ucap hakim.

Belum ada yang membuka suara, kemudian gumaman lirih itu terdengar.

"Akulah penindas itu. Padahal seumur hidup aku berjuang untuk melindungi orang – orang dari penindas. Tapi hari ini aku lah penindas itu. Maafkan aku." Randolf berbicara pelan juga lirih.

"Aku merasa kuat, itulah kesalahanku." Gumam Randolf sekali lagi.

"Rayn.... Anak itu bukan criminal... dia hanya kesepian dan bingung. Terlebih dia punya bakat di bidang computer. Dia hanya ingin di akui." Kata Roman.

Randolf mendudukan diri lebih tegap sudah menguasai diri.

"Jadi apa tawaranmu?" Tanya nya pada Roman.

"Permohonan bersalah ku harap tidak memengaruhi Rayn untuk masa depannya. Hukuman kerja social mungkin cukup untuknya atau hukuman percobaan. Segala hal tentan pemrograman dan daring ada baiknya di awasi FBI atau homeland security. Orang- orang itu bisa membantu Rayn mengembangkan bakatnya sekaliagus mencegahnya untuk menjadi hacker jahat. Tapi bisa di arahkan ke hal – hal yang lebih positif."

Randolf mendengarkan dengan seksama dan hakim mengangguk – angguk.

"Dengan ini dia akan tetap berkembang, tetap belajar, tetap mencintai dirinya. Dia tidak akan meretas sistem keamanan dan melancarkan bom nuklir hanya karena tidak di cintai. Dia akan jadi orang yang berguna suatu saat nanti. Orang- orang FBI pasti akan sangat membutuhkan peretas sekelas Rayn."

"Saya rasa itu putusan yang tepat , yang mulia. Tentu saja kita masih harus memikirkan ke depannya. Dengan itu remaja itu akan lebih berkembang. Kita akan butuh dia suatu hari lagi jika dia di arahkan dengan baik. Hal yang di takutkan adalah dia bisa saja terjerumus ke dunia underground, mereka akan sangat kuat dengan adanya Rayn. Kita tentu tidak mengharapkan hal itu terjadi." Randolf menyetujui usul Roman.

Akhirnya serigala itu berpihak pada Roman. Roman yakin kehidupan Rayn kedepannya akan lebih baik. Mungkin Orang tua brengsek nya masih akan bertingkah sama. Tapi dua orang korban – Mr dan Mrs. Anderson. Sekali melihat pun mereka sudah memaafkan Rayn. Dan Roman tidak akan meninggalkan Rayn. Dia akan terus berhubungan dengan Rayn. Mendengar cerita anak itu sesekali. Mengajaknya makan malam dengan Gwen dan mungkin dengan anak – anak mereka nantinya.

Memikirkan itu membuat hati Roman terasa sangat ringan. Terasa menyenangkan membayangkan hal itu akan terjadi suatu saat nanti.

Memasuki ruang para juri, Roman, Randolf dan hakim masuk Bersama – sama. Para juri nampak duduk melingkar mengelilingi meja bundar terbuat dari kayu oak nampak kokoh. Nampaknya para juri juga sudah selesai berbagi pendapat.

Hakim membuka diskusi. Mendiskusikan saran putusan yang Roman , Randolf dan dirinya sendiri diskusi kan beberapa waktu lalu. para juri – diantaranya ada 6 wanita , 5 orang dipastikan seorang ibu seorang lagi calon ibu. 8 orang yang lainnya berjenis kelamin laki – laki 4 orang ayah dan sisanya paman. Para wanita nampak habis menangis, mungkin karena mendengar kesaksian Rayn yang begitu menyakitkan untuk mereka.

Mereka berdiskusi agak lama. Mereka memikirkan masak – masak, bagaimana kelanjutannya. Tentu saja mereka harus juga berfikir bagaimana kondisi psikis Rayn dan masa depannya kelak. Mau bagaimana pun Rayn masih belum mencapai umur legal 18 tahun. Masih berada di bawah hukum anak.

Sejam kemudian mereka sudah selesai berdiskusi dan membuat putusan yang dirasa paling tepat. Roman merasa lega. Dia bisa membantu Rayn mendapatkan keputusan yang paling tepat untuk dirinya.

Sidang baru selesai pukul 5 sore, Roman sudah kelelahan. Sandwich yang di beli Inggrid hanya mampu bertahan hingga tadi. Kini Roman sudah mulai kelaparan. Begitu membuka pintu apartment, baru wangi masakan dan suara nyanyian Gwen terdengar. Dia segera menanggalkan jas dan menarik dasinya hingga terlepas. Membuka 2 kancing teratas kemejanya setelah menyimpan tas dan jasnya di sofa dekat pintu lalu mendekat ke arah Gwen, memeluk wanita itu dari belakang dan mencium tengkuk Gwen yang tidak terhalang rambut. Gwen terkekeh geli. Tangan kiri Gwen membelai pipi kiri Roman lembut.

"Lelah?"

"Huum." Balas Roman memeluk perut Gwen lebih erat.

"Hasilnya?" tanya Gwen lagi.

"Tentu saja aku menang , Tiger. Well sebetulnya kita membuat keputusan paling baik saat- saat terakhir. Tapi semuanya aku sudah rencanakan."

Gwen terkekeh.

"That's my lawyer."

Gwen berbalik setelah mematikan kompor, meraih leher Roman dan tersenyum. Roman mencium Gwen lama. Menyalurkan segala hal yang di rasakan nya. Perasaan lega yang membuncah.

"Aku ingin mengajak Rayn sekali – kali makan Bersama kita. Mungkin di restoran pizza atau kita undang ke apartment dia pasti akan sangat suka." Kata Roman setelah melepaskan ciumannya. Kini roman memeluk pinggang Gwen.

"Tentu, aku suka dengan idemu." Gwen memeluk Roman juga.

"jadi bagaimana harimu?" tanya Roman setelah mengecup puncuk kepala Gwen cepat.

"Aku belum bisa masuk ruang operasi. Dokter Donovan belum mengizinkan lagi. Kau tau mereka masih cemas aku tidak bisa menggerakan tanganku secara cepat. Padahal aku sudah merasa baik – baik saja. Mereka baru mengizinkan aku masuk ruang operasi satu minggu lagi. Mereka itu dokter Donovan dan para perawat. Alhasil aku hanya memeriksa dan memerintah."

"Mereka menyayangimu, tiger."

"Oiya aku lupa menanyakan padamu, bagaimana dengan pelaku yang membuatku terluka?" mereka mulai menata fusilli yang di masak Gwen ke dalam piring.

"Aku lupa bilang, sidang nya baru 3 hari lalu kan tiger."

"Dia di dakwa hukuman seumur hidup. Karena beberapa korbannya yang lain ada yang cedera lebih parah dari pasien yang kau tangani dan kau sendiri, ada juga beberapa di antaranya meninggal. Dia itu seorang pembunuh bayaran. Sebetulnya aku akan lebih senang dia di hukum mati. Tapi bukan begitu cara hukum berjalan." Mereka meletakkan makanan di atas meja makan Gwen. Mengambil limun yang sudah Gwen buat lalu menatanya di meja juga.

Gwen mendekati Roman meraihnya dan meletakan tangannya di dada Roman menenangkan lelaki itu.

"Itu sudah hukuman yang berat. Aku masih disini, aku terluka tapi aku tetap disini kan. Kau menjagaku dengan baik. Bonusnya kau menjebloskan pelaku nya ke penjara dalam waktu yang lama."

Roman memeluk Gwen menghirup bau Gwen dalam – dalam. Wangi Gwen selalu bisa membuatnya lebih tenang.

"Baiklah, hero harus makan agar bisa menyelamatkan orang lebih banyak lagi."

Mereka pun terkekeh dan mulai duduk di kursi masing – masing dan mulai makan.

***

yuuhuuu..... aku balik lagiii.... 

enjoy the story yaaa

Salsa ❤

Somewhere in the MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang