Chapter 18

96 8 0
                                    

You are my priceless gift from God.

Roman membuka – buka kertas kasus lama. Beberapa nya ada keterkaitan. Kapan pun Mr. Montgomerry memenangkan suatu tender besar atau desain yang pasti akan booming di masyarakat pasti ada kasus yang mengatasnamakan dirinya. Ini menambah kecurigaan Roman dengan adanya pihak yang dekat dengan Mr. Montgomerry yang ingin menginginkannya jatuh.

Ingrid di bantu seorang para legal dan seorang associate masih berada di ruang sebelah ruangan Roman, membuka – buka berkas setahun kebelakang yang melibatkan nama Mr. Montgomerry. Sementara Roman di ruangannya sedang menemui client nya yang lain untuk berkonsultasi masalah perusahaan nya.

"Kasus ini menyebutkan bahwa Mr. Montgomerry tidak membayar mereka sesuai yang di janjikan. Di kasus nya yang di Atlanta." Kata Thomas associate Roman

"Entah ini hanya pendapatku, tapi sepertinya ada orang di balik ini, entah orang itu bekerja sendiri atau ada orang yang menjadi dalang dari beberapa rangkaian kasus yang melibatkan Mr. Montgomerry." Kata Emily si paralegal.

Inggrid mendengarkan, dahinya berkerut. Difikir – fikir lagi jika hanya satu orang tanpa bantuan siapapun pasti akan sulit membuat kasus nya berkesinambungan dan berturut – turut bahkan mungkin tidak mungkin. Berbeda jika ada satu otak yang mendalanginya dan ada lagi orang – orang di lapangan yang mengawasi rencana berjalan sebagai mana yang sudah di rencanakan.

Inggrid juga beberapa kali memergoki asisten Mr. Montgomerry melihat berkas secara lekat dan lama. Awalnya dia mengira bahwa asistennya itu hanya melihat dan berniat membantu. Tapi dia tidak bisa menaruh curiga dan membuatnya menjadi salah satu tersangka.

"Aku selalu melihat Mr. Montgomerry yang baik hati dan suka tersenyum. Agak aneh jika dia punya banyak musuh." Kata Thomas lagi.

Mereka mengangguk menyetujui.

"Semakin banyak hal yang rancu dalam kasus – kasus ini, maka semakin banyak hal yang perlu kita lihat dan cek lagi." Kata Inggrid.

Mereka pun mulai membuka lagi tumpukan berkas berkas di meja bulat besar itu.

Gwen memakan seporsi mix fruit di cafetaria rumah sakit. Dia ingat sudah beberapa hari Roman selalu pulang dengan keadaan mengenaskan. Maksudnya wajahnya tidak berseri – seri. Lebih sering memperlihatkan wajah lesu dan lelahnya. Sebenarnya Gwen khawatir Roman akan sakit. Melihat berapa sering dia menekuni bertumpuk- tumpuk berkas yang di bawa nya pulang hingga tengah malam. Yang bisa Gwen usahakan hanya asupan sarapannya dan makan malam. Di bantu dengan suplemen kesehatan yang sengaja Gwen siapkan.

Hampir 2 minggu ini Roman bertingkah demikian. Bagi Gwen, Roman yang selalu bisa di andalkan kini mulai kalut. Beberapa kali dia melamun di dekat balkon saat lewat tengah malam. Kadang berlama – lama di kamar mandi. Roman belum menceritakan apa masalah yang sedang di hadapinya. Gwen pun tidak bertanya. Gwen kira Roman akan bercerita padanya saat dia siap tapi mengingat bagaimana khawatirnya dia pada Roman membuatnya bertekad untuk menanyakannya.

Masih ada 1 operasi yang harus dia lakukan hari ini. Setelahnya dia akan pulang ke apartment menunggu Roman dan membuatnya bercerita apapun yang membuatnya tertekan.

Gwen baru selesai memanggang lasagne. Seperti biasa senyum Roman saat pulang tidak pernah benar -benar cerah. Wajahnya lebih murung hari ini.

"Hei." Sapanya.

Belum menjawab sapaanya Roman segera memeluk Gwen. Gwen pun membalas pelukan Roman sambil mengusap punggungnya sayang. Roman menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Gwen mencium nya sesekali.

"Kau pasti lapar ayo makan dulu. Baru setelah itu kau mandi, akan ku siapkan air untuk kau berendam." Kata Gwen lagi.

Mereka pun makan dengan cepat. Gwen masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar menyiapkan air. Roman mandi lebih lama, 30 menit dia baru selesai.

Somewhere in the MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang