Pamit

226 19 9
                                    

Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi?
🌹🌹🌹

"Lama tak bertemu. Sepertinya kau bahagia, ya?"

Membuat langkah Risma terhenti. Dan membalik badan menghadap Jaehyun yang membelakanginya.

"Maksudnya?" tanya Risma.

Jaehyun tertawa kecil sambil menggaruk dahinya yang tak gatal menggunakan ibu jari. Lalu berdehem dan berbalik juga.

"Maksudku kau sekarang benar-benar bahagia dengan pria itu ya? Sedangkan aku sendiri--" jaehyun menghela nafas kasar, "-aku gila, sangat gila".

"Bukankah kau sendiri yang berkata didepan publik kalau dia calonku, Jaehyun-ssi?"

"Dan bukankah itu hanya sebuah alasan? Hanya sebuah kebohongan?" balas Jaehyun.

Risma menghembuskan nafas pelan, agar dadanya tak terlalu sesak. Dan mengalihkan pandangan kearah lain.

"Tapi kau yang mengatakan itu kan? Bahkan aku saja tidak tau. Sudahlah Jaehyun-ssi, mari kita jalani kehidupan kita masing-masing. Jangan seperti ini terus. Kita akan menyakiti diri sendiri bila terus-terusan seperti ini" jelas Risma.

"Aku sudah berkali-kali mengatakan ini kan? Aku tidak bisa. Hatiku sakit. Jika akhirnya begini, kenapa kau memberiku harapan saat itu. Kau sendiri juga bilang padaku jika perasaanmu sama sepertiku. Bahkan kau berdo'a pada tuhanmu saat itu pun aku masih sangat mengingatnya. Kenapa?" tutur Jaehyun dengan lirih diakhir kalimat.

"Aku sudah berkata kalau aku kembali kejalanku, bukan? Tolong pikirkan. Meski kita melanjutkan perasaan ini, apa kita akan mendapat hasilnya? Apa kita akan berakhir seperti mereka-mereka yang sampai pelaminan? Tidak Jae. Bahkan dari hal terkecil saja seperti saat ini. Lihat kalungmu dan lihat kerudungku. Apa sama?"

Jaehyun memegang kalung yang bertengger dilehernya. Memang benar. Hanya dilihat dari ini saja sudah cukup membuatnya terdiam.

"Tapi bukan berarti kita memutuskan semuanya. Setidaknya kita masih saling sapa, tidak baik memutuskan tali silahturahmi"

Jaehyun tertegun mendengar wanita didepannya ini. Wanita yang masih ia cintai. Wanita yang menjunjung tinggi agamanya. Wanita yang membuatnya bertanya-tanya apa arti kehidupan. Dan juga sempat mewarnai hari-harinya dengan sikap tulusnya.

Tapi ia teringat sesuatu yang membuatnya sedih. Jaehyun menatap wanita didepannya itu dengan sayu. Seakan takut akan benar-benar ditinggalkan atau mungkin ia yang akan meninggalkan.

"Maaf Risma. Seharusnya aku-" ucapannya terpotong oleh perkataan Risma.

"Sstt, sudah. Aku pernah berfikir kalau kemarin itu sebuah kesalahan dan sebuah dosa. Tapi bukan, itu adalah cara Allah mengingatkan hambanya untuk tetap pada jalan yang seharusnya. Tapi aku beruntung. Aku yang bukan seorang fans mu bisa dicintai olehmu yang bahkan banyak didambakan perempuan-perempuan disana" Risma tertawa kecil.

"Aku hanya berdo'a, semoga kita sama-sama bahagia meski tidak dengan cara seperti kemarin. Siapapun jodohku, semoga ia imam yang baik dan tepat untukku. Dan siapapum jodohmu, semoga ia bisa membahagiakanmu dan menuntunmu kejalan yang sudah diatur tuhanmu" lanjutnya.

"Amin" jawab Jaehyun.

Risma tersenyum. Mereka hanya punya satu kesamaan. Yaitu amin yang sama. Hanya itu.

"Baiklah, ayo masuk" ajak Risma.

"Tunggu sebentar" panggil Jaehyun.

Risma menoleh menunggu apa yang akan dikatakan oleh pria itu.

Love Of Different ReligionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang