Kai melewati begitu saja Reza yang ada di depan halaman rumah. Sejak insiden di rumah sakit,mereka tidak lagi pernah bertegur sapa. Reza sendiri tidak memperdulikan itu. Baginya,hal itu bukan kesalannya.Lebih baik dia bergegas pergi ke sekolah sebelum gerbang ditutup.
"Gue kira lo bakal telat,"ujar Aldi.
"Most wanted telat?" Reza bergurau menyombongkan diri. Juan menyikut lengan Reza."Aldi!!" teriak Sonya. Ia berlari menghampiri Aldi. Tidak seperti biasanya,Aldi tidak tersenyum melihat kedatangan gadisnya.
Reza sebenarnya tampak bingung. Pasalnya,sejak Aldi sadar dari koma,dia dan Sonya langsung pacaran.
"Kenapa So?" tanya Aldi.
"Ke taman yuk!" Aldi mengangguk. Mereka berdua berjalan beriringan ke taman. Dengan Sonya yang bergelayut manja di lengan Aldi.
"Gue heran kenapa si Sonya sama Aldi tiba-tiba pacaran,"
Juan mengangkat bahunya acuh. Lalu berjalan pergi ke kanti. Dengan Juan pun,ada hal yang aneh. Reza memilih mencari keberadaan Ara.
Gadis itu sedang duduk sendiri di meja kantin sambil menikmati bakso kantin.
"Hi!" sapa Reza.
Tapi Ara tidak menyahut. Gadis itu--Ara--sudah sangat berbeda. Dengan kaca mata minus yang ia pakai,ia terlihat lebih imut.
"Kacang muluk!" cibir Reza. "pacar datang disambut kek,"
Ara melotot. "Pacar? Pacar dari hongkong! Dengar ya,gue itu bukan pacar lo! Bukan berarti gara gara lo donorin darah ke gue lo sama gue jadi pacaran!"
Pria itu memilih menghembuskan nafas berat. Ia memesan bakso dan makan bersama dengan Ara. Walau tampilan Ara sekarang lebih feminim,tapi sikapnya tetal dingin.
"Kapan sih lo mau pacaran sama gue Ra?"
"Lo kenapa sih Za?! Gue sama lo baru ketemu sejak insiden di gudang 2 bulan lalu. Dan lo udah ngajak gue pacaran? Gilak,gue bahkan gak kenal tentang lo,"
"Tapi gue kenal lo udah lama!" jawab Reza. Ia menatap lamat Ara. Bahkan ditatap seperti itu,bukan hanya Ara tapi seluruh siswi di kantin teriak gak jelas.
"Lo gak tau. Sejak kelas X gue udah suka sama lo. Gue selalu ikutin lo pulang sekolah. Gue selalu mantau lo dari jauh. Gue cuman bisa mendem perasaan gue ke elo tampa berani ngucapin ke elo!"
Deg.
Ara tercekat. Sejak kelas X? Serius? Jadi selama ini Reza...
"Lo becanda..." Ara tertawa remeh. Ia memilih menghabiskan baksonya. Dan tidak menatap Reza.
Reza pun demikian. Ia menghabiskan baksonya. Sesaat terjadi suasana canggung diantara mereka.
***
[Ara's pov on]
Bel pulang sekolah.
Gue bergegas pulang sebelum Reza nemuin gue. Cowok itu bakal memaksa gue buat ngantarin gue ke kos.
Yah,udah seminggu gue tinggal di kos. Gue enggan pulang ke rumah. Toh apa? Orang tua gue bahkan gak ada yang nyari gue. Gue tertawa miris. Miris banget lihat hidup gue.
Gue kadang berpikir kehadiran Reza sangat berarti bagi gue. Saat ini,cuman cowok resek itu yang selalu ada di samping gue. Yah,walau perasaannya ke gue bikin gue sedikit risih.
Gue masuk ke dalam kos-an kecil gue. Walau kecil,tapi gue udah mulai nyaman dengan tempat ini. Tempat ini,walau kecil tapi gue selalu terhindar dari suara berisik papa gue. Bahkan banyak remaja seusia gue juga yang nge kos di sini.
Tok...tok...
Gue berjalan membuka pintu. Gadis yang berusia lebih muda 1 tahun dari gue berdiri dengan memegang bungkusan makanan ditangan kirinya.
"Halo kak!"
"Hi!" gue tersenyum kecil. Dia Lala,teman tetangga kos gue. Iyah,dia adalah orang yang donorin darahnya ke Aldi saat Aldi koma.
"Kakak baru balik sekolah ya? Pasti belum makan. Nih,aku bawain makanan tadi pulang sekolah,"
Aku mengangguk. Dan satu lagi,Lala adalah teman gue setelah Monic cs. Btw tentang Monic,gue gak pernah dengar lagi tentang mereka.
"Gak usah repot repot,La. Gue bisa beli makanan sendiri," ucap gue. Gue mempersilahkan dia masuk.
"Hehe,gak papa Kak."
"Btw,beberapa hari lalu gue lihat Aldi antar lo pulang," ucap gue.
"Ehem," wajahnya mendadak memerah. "Eh,itu...panjang ceritanya kak,"
Dia mulai menceritakan bagaimana ia bisa diantar pulang oleh Aldi. Gue tebak dari ceritanya,Lala suka sama Aldi.
"Ehem,jadi lo suka sama Aldi?"
Dia salah tingkah. "Ihh,kakak apaan sih?"
Gue tertawa pelan. Memasukkan potongan pizza yang dibawa Lala. "Jujur ae kali,"
"Kakak sendiri gimana? Aku gak pernah lihat kak Reza antar kakak pulang lagi,"
Mendadak gue batuk. Lala menyodorkan minum. Gue meneguknya sampai habis.
"Hubungan gue sama dia rumit,La,"
"Kakak cinta sama kak Reza?"
Gue menggeleng. "Gak tau,"
Jujur aja,gue gak tau perasaan gue sama Reza. Gue hanya merasakan kalau gue selalu nyaman saat di samping Reza.
"Oh,iya. Gue mau nanya dunk,La,"
Dia menatapku. "Nanya apa kak?"
"Emm,tapi kamu harus jawab jujur ya?!"
Lala mengangguk.
"Waktu Aldi koma,elo kan yang donorin darah lo ke Aldi? Kenapa lo donorin darah lo ke Aldi sedangkan lo sama Aldi belum saling kenal?" tanya gue.
Dia mendadak berhenti mengunyah dan menatapku ragu. Apa ada yang dia sembunyiin tentang itu? Gue udah lama penasaran,tapi baru bisa nanya sekarang.
"Em,itu kak..."
"Kenapa?"
"Se-sebenarnya a-aku dibayar-"
Aku terkejut. "Sama siapa?"
"Sama So-Sonya," jawabnhnya lalu menunduk.
"Lo dibayar? Emang lo dibayar berapa sama Sonya? Kok lo mau sih La?" geramku.
"Eh,itu--"
Huh,bego banget. Gue memperbaikin kaca mata gue yang sedikit longgar. Eh,jingan nih kaca mata nyusahin aye.
Gue harus bilang sama Reza tentang ini.[Ara'pov off]
***
Reza baru aja selesai belajar. Sebagai murid teladan,ia selalu belajar setiap malamnya. Jam menunjukkan pukul 21.55. Tapi ia sama sekali belum ngantuk.
Akhirnya Reza memilih mencari udara segar diluar.Bintang malam itu banyak sekali. Suara kendaraan yang bersahutan memenuhi jalanan kota. Reza seringkali berpikir,bahwa tinggal di desa tentu kan jauh lebih menyenangkan dari pada di kita.
"Gak bisa tidur lo?"Reza menoleh ke sumber suara. Ia cukup terkejut ternyata orang itu adalah Kairi.
"Hmm," jawabnya singkat.
Sejenak keduanya hening. Kedua pria tampan dengan ibu yang berbeda itu sama-sama menatap langit.
"Gue mundur,"
***
Sorry lama gak up
Maafkan author goblok ini readersSee you to next part
Jan lupa jejakJerniati
28 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS [On Going]
Teen FictionPutus dengan sang kakak trus jadian sama adiknya yang ternyata sudah lama menaruh rasa padanya bahkan jauh sebelum sang kakak. Kira kira gimana ya rasanya? Gimana kisah Ara didalam posisi ini? Dia bakal bisa move on gak? Atau... Penarasan? Cuss...