19. MASALAH DIMULAI

22 15 11
                                    


Follow author kek:)

__________

Lala baru saja menyelasaikan tugas piketnya. Ia mengeluh karena ia selalu piket sendiri. Sedangkan teman piket lainnya tidak pernah peduli dengan kebersihan kelas.

Ia memperhatikan kelasnya sekali lagi. Bersih dan rapi. Tidak ada yang kurang. Ia keluar dari kelas lalu mengunci pintu. Ia mengeluh sekali lagi. Sekolah selalu sepi saat ia selesai piket. Terkadang itu membuatnya merinding. Padahal saat ini masih jam 15.00.

Lala melanjutkan langkahnya untuk segera pulang. Jam 16.45 nanti dia harus bekerja sebagai pengantar pizza. Memang menyedihkan hidup sebatang kara. Ia harus membiayai hidupnya seorang diri sejak kedua orang tuanya meninggal 5 tahun lalu.

Tapi untungnya,sejak kamar kos an di samping kamarnya diisi oleh Ara,rasa sepinya berkurang. Ia menganggap Ara sebagai kakaknya sendiri.

"Woi!"

Lala terkejut. Ia menoleh kebelakang. Ia tentu mengenali wajah itu.

"Kenapa?"

"Ada yang perlu gue omongin sama lo. Masuk mobil!" perintah gadis itu.

***

Gadis dihadapnya masih sibuk berbicara. Sesekali ia menyeruput cokelat panas. Lala sendiri menyimak pembicaraan gadis itu yang sudah ia tebak. Ia tidak memesan apa pun.

"...lo jangan pernah macam macam sama gue,ya La!" ujar Sonya.

"Maksud kamu?"

"Cih,gue tau kalau lo kasih tau sama Ara  tentang gue yang bayar lo buat donorin darah ke Aldi,"

Kerutan di wajah Lala semakin bertambah. "Memangnya apa yang salah dengan itu? Kita gak pernah buat perjanjian tentang itu,"

"Lo gak boleh ngomong ke siapa pun! Ara saat ini sedang dekat dengan Reza. Kalau Ara sampai ngomong ke Aldi gimana?"

"Memangnya kalau itu terjadi kenapa?"

Sonya menggeram kesal. "Goblok! Kalau itu terjadi,gue dan Aldi bisa putus! Asal lo tau aja,gue berbohong sama Aldi kalau gue yang donorin darah ke dia bukan elo!"

Lala terkejut. "Kenapa kamu bilang kayak gitu?"

Sonya berdecak. "Gue udah lama suka sama dia. Tapi dia gak peka.  Jadi itu kesempatan bagi gue,"

"Kak Ara,Juan dan Reza tau?"

Sonya menggeleng. "Tentu enggak. Mereka itu bodoh. Mereka pasti gak curiga,"

Lala mengerti sekarang. Sonya memang kelewatan. Bagaimana bisa dia melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau?

"Kamu kelewatan Sonya!"

"Sssst,lebih baik lo diam deh! Gue udah ngomong banyak ke elo jadi lo harus tutup mulut. Atau..."

"Atau?"

"...nasib lo bakal kayak Ara,"

Lala membeku. Kayak Ara? Memang apa yang terjadi dengan Ara?

"Mak–maksud kamu a–apa?"

Sonya tersenyuk licik. "Lo lihat ajah. Sebentar lagi mental dia bakal rusak. Gue bisa bayangin gimana dia gila,depresi, stres...hahaha. Bayangin aja gue udah puas,"

Lala menggeram. "Jangan sangkut pautkan masalah ini ke Kak Ara! Dia gak tau apa apa!"

"Dia tau. Dan gue takut kalau dia buka mulut ke Reza atau Aldi. Jadi gue terpaksa lakuin ini,"

"Lo licik Sonya!"

Sonya tertawa renyah. "Makasih. Dan gue peringatin sama lo sebaiknya lo tutup mulut! Atau lo akan berakhir lebih miris dari Ara!"

***

Lala berjalan gemetar. Pembicaraannya dengan Sonya di kafe tadi membuatnya takut. Bagaimana bisa Sonya tau kalau ia memberitau rahasia itu kepada Ara?

Ia menghembuskan nafas berat. Lala tidak jadi bekerja hari ini. Dia ijin kepada bos nya dengan alasan kurang enak badan. Dia ingin memastikan kalau Ara baik baik saja.

Ditengah pergulatan pikirannya. Sebuah mobil hitam berhenti didepannya. Pintu depan mobil itu terbuka. Menampakkan wajah tampan dan dingin.

Lala mengenal pria itu. Walau tidak mengetahui namanya.

"Punya waktu sebentar?"

***

Jejaknya readers tercinta ★
Vote itu gratis kan? ★
Mkasih buat yg udh vote&voment

Jerniati Silalahi
01 Juli 2020

8 LETTERS  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang