[Ara's pov]Kesal.
Itu yang gue rasain sekarang. Gue udah cemas setengah mampus sama Lala tapi polisi gagalin semua rencana gue,Juan dan Aldi.
[Flashback on]
"Guys kita kayaknya harus balik deh," kata Aldi.
Gue dan Juan melirik Aldi. "Kenapa?"
"Gue udah kasih tau polisi dan mereka udah terima laporan kita,"
"Terus?"
"Pihak polisi bilang biar mereka nanganin masalah itu. Katanya terlalu bahaya buat lawan psikopat. Gue udah kasih semua informasi ke polisi dan mereka langsung terjun ke TKP," tambah Aldi.
Gue menggeram kesal. "Apaan sih? Emang dikira kita masih anak kecil apa?!"
Juan mendesah kesal. "Kalau udah polisi yang bilang yah,mau gimana lagi?"
Juan memutar arah mobil kembali.
"Jadi gimana?" tanya Aldi.
"Apanya?" tanya gue.
"Kita balik aja nunggu polisi selidikin Lala?"
"Sebaiknya kita cari petunjuk kalau foto yang tersebar di sekolah itu hoax,"~Juan.
"Kalau itu kayaknya gue bisa urus," kata Aldi yakin.
"Serius?"
"Lo raguin gue?"
"Ck!" Juan berdecak. "Ya udah. Besok jangan sampai satu sekolah masih bullyng Ara,"
"Asyiaap,"
[Flashback off]
Gue duduk ditepi kasur. Detik berikutnya gue berbaring. Gue cemas banget sama Lala. Ponselnya gak aktif.
Huh
Dring...dring...
Gue mengambil ponsel dan mengecek pesan yang masuk.
Mama Ara
Ra,kamu gimana?
Sehat kan? Baik?
Kamu skarang tinggal dimana?
Mama mau jenguk kamuRead
"Ck," gue melempar asal ponsel. Tak berniat membalas pesan sang mama.
"Bacot aja terus. Pura pura cemas. Nyatanya enggak. Udah 1 bulan gue pergi dan mama baru nongol sekarang? Selama ini kemana?" ujar gue yang entah ke siapa.
Gue membuang nafas berat. Sejujurnya gue kangen sama mama. Gue pengen pulang. Tapi kayaknya mama sama papa gak cemas. Gue jadi malas pulang.
Apalagi hidup sendiri itu sulit. Harus menghemat. Untungnya tabungan gue lumayan banyak jadi bisa mencukupi kehidupan gue. Tapi tabungan gue mulai menipis. Jadi gimana lagi gue buat terus hidup?
[Ara's pov end]
***
Pagi hari menyapa bumi. Lagi. Setiap orang kembali melakukan rutinitasnya masing masing. Para pekerja sibuk bahkan dipagi buta. Dan pelajar juga tidak kalah sibuk.
Seperti pagi ini.
SMA GARUDA sudah ramai saja. Siswa/i disini yang dikenal teladan memiliki kedisiplinan tinggi sehingga murid muridnya banyak yang selalu datang pagi.Yah,kala itu suasana di SMA Garuda sangat tenang. Karena mereka semua tengah berbaris di tengah lapangan.
"Selamat pagi anak anak!" sapa Kepala Sekolah SMA Garuda,Pak Barron.
"Pagi Pak!"
"Pagi hari ini bapak tidak ingin mengatakan banyak hal. Bapak hanya ingin memberi sebuah pengunguman penting,"
Beberapa siswa/i mulai berbisik.
"Kira kira apa ya?"
"Gak tau gue,"
"Tumben pengunguman gak dikabarin lewat mading,"
"Tau tuh!"
"Udah diam,dengar Pak Barron selesai bicara,"
Pak Barron berdehem. "Seperti pemberitahuan sebelumnya kelas XII akan melaksanakan ujian kelulusan minggu depan. Tapi karena suatu alasan ujian diundur hingga 2 minggu ke depan,"
Murid murid mulai berbisik lagi. Anak anak kelas XII bersorak senang. Banyak diantara mereka mengatakan senang karena belum sempat belajar. Ada juga yang senang karena memiliki waktu untuk menetralkan rasa gugup mereka.
Pak Barron bertepuk tangan meminta perhatian. "Tolong perhatiannya! Untuk minggu depan tim basket SMA kita akan bertanding melawan tim basket SMA Darma. Pertandingan ini hanya untuk bersenang senang sebelum ujian. Tapi bapak harap sekolah kita selalu membawa kabar menyenangkan,"
"Tim basket akan dipinpin oleh siswa teladan kita Reza Fallofi," sambung Pak Barron.
Banyak siswa menatap Reza. Reza yang risih dilihatin memilih tidak mengacuhkan. Ia menatap Pak Barron menuntut penjelasan.
"Seperti kabar yang kita dengar,Ketua tim basket kita Aris Jordan masuk Rumah Sakit karena suatu hal yang mungkin kalian tau. Dan untuk menggantikan ketua basket kita bapak beserta guru guru disini memilih Reza sebagai pengganti. Mengingat Reza adalah seorang pemain basket yang handal," terang Pak Barron menjawab pertanyaan Reza.Reza menghembuskan nafas berat. Ini akan menguras waktunya. Dan tenaga tentu saja.
"Selain itu bapak ingin mengatakan bahwa foto tentang siswi bernama Rara Febriani yang sedang beredar di sekolah kita adalah hoax. Aldi Devara melaporkan kepada bapak. Dan kami sudah mengecek keaslian foto itu. Dan foto itu dinyatakan HOAX!"Semua tatapan kini beralih kepada Ara. Gadis itu menatap Pak Barron senang. Sedangkan Reza? Ia merutuki kebodohannya karena salah berpikir tentang Ara. Ia menduga pasti gadis itu membencinya sekarang.
Lama Reza menatap Ara,hingga gadis itu balas menatapnya dengan tatapan...em,yang sulit diartikan. Tapi apapun itu,Reza mencium akan ada perjuangan besar dirinya untuk membujuk Ara.
Jujur saja pria itu merasa sangat bersalah. Salahnya yang menuduh seenak jidat tidak pakai pikiran.
"Kena batunya lo,Za"
Reza tersentak. Tiba tiba saja Aldi berbisik kepadanya. Dia baru menyadari bahwa Aldi berbaris di belakangnya dan disampingnya ada Juan.
Reza menatap kembali Ara yang ternyata sudah mengalihkan pandangannya.
"Kalian udah tau?" bisik Reza.
Aldi dan Juan mengangguk.
"Mampus lo! Gak bakal deh lo bisa nenangin Ara. Dia muarahhh banget sama lo," bisik Aldi.
"Kecewa,lebih tepatnya," ralat Juan.
Reza kini merasa lebih bersalah. Dia akan segera menemui Ara nanti.
"...sekian dulu pengunguman hari. Buat Reza,persiapkan tim mu sebaik mungkin dalam waktu 1 minggu ini. SMA Garuda yakin kalian tidak akan mengecewakan. Tampa penghormatan,bubar Jalan!"
Murid murid mulai bubar. Reza menangkap seorang gadis yang kesulitan di tengah kerumunan. Ia menarik cepat tangan gadis itu.
"Apaan sih?!"
"Ra,gue mau ngomong,"
***
Eh,mampus gantung😂
Jejak dulu guys:)
Vote
Voment
ShareJerniatisilalahi
09 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS [On Going]
Teen FictionPutus dengan sang kakak trus jadian sama adiknya yang ternyata sudah lama menaruh rasa padanya bahkan jauh sebelum sang kakak. Kira kira gimana ya rasanya? Gimana kisah Ara didalam posisi ini? Dia bakal bisa move on gak? Atau... Penarasan? Cuss...