26. RENCANA

22 16 15
                                    


"Ck,masih ngelak padahal kalian udah tertangkap basah," ejek Aldi.

"Bukan urusan lo! Lebih baik lo putusin Sonya sekarang," kata Juan dingin.

Aldi melotot. "Buat apa? Biar lo bisa ngambil Sonya juga dari gue?"

Ara memilih diam. Dia memerhatikan kalau mereka menjadi pusat perhatian di kantin.

"Lebih baik kita selesain di tempat lain," bisik Ara kepada kedua pria itu.

Mereka mengangguk setuju. Lalu mereka menuju taman belakang.

"Jadi apa maksud lo nyuruh gue putus sama Sonya?" tanya Aldi. Dia berusaha bersikap santai.

"Lo gak tau siapa Sonya sebenarnya. Di licik," terang Juan.

Juan dan Ara secara bergantian menjelaskan siapa sebenarnya Sonya itu. Aldi mendengarkan. Dan cukup kaget.

"Kalian serius?" tanya Aldi ragu.

"Lo pikir?" tanya Ara balik.

Aldi mengangguk.

"Lagi pula,lo ditipu sama Sonya. Sonya pasti bilang ke elo kalau dia yang donorin darah ke elo. Tapi nyatanya tidak," kata Ara lagi.

"Tunggu,maksud lo?" tanya Aldi.

"Lala yang donorin darah ke elo,"

Aldi terkejut. "Lo serius? Gila,gue ditipu! Kalau gini gue bakal–"

"Tunggu,Al," sela Ara. Aldi berhenti merogoh ponselnya. "Jangan sekarang. Kita harus selamatin Lala dulu. Lala disekap Sonya. Kalau lo putusin Sonya,dia bisa marah dan menduga ini ada hubungannya sama Lala. Karena–yah,lo sama Lala saling suka,"

Aldi cukup berdehem sejenak. Ternyata Ara sudah tau perasaannya kepada Lala.

Ara berdecak. "Kalian tau kan,Sonya psikopat. Sonya gak bakal segan hilangin nyawa Lala. Dan gue yakin lo gak mau itu terjadi,"

Aldi mengangguk. Ia mengerti sekarang. "Gimana dengan Reza? Dia salah paham ke elo?" tanya Aldi. Dia juga paham Reza hanya salah paham ke Ara.

Juan menatap Ara. Gadis itu berubah raut wajahnya menjadi datar.

"Reza urusan belakangan. Dia biar gue yang ngurus," jawabnya.
Dua pria itu mengangguk.

"Jadi kapan kita mulai cari Sonya?"

"Pertama kita lacak lokasinya,"

***

Pulang sekolah.
98% pelajar akan senang mendengarnya.

Siang itu,Reza hanya melewati Juan yang cuek saja kepadanya. Dia memerhatikan Juan yang berjalan beriringan memasuki mobil hitam. Lalu ditutup oleh Aldi.

Reza mengeryit.
Jadi sekarang Aldi mendukung tingkah menjijikkan mereka.

Reza menggeram pelan. Dia masuk ke dalam mobil. Mengabaikan teriakan siswi siswi 2 meter dibelakangnya.

Sesampainya dirumah Reza sudah mendapati Kairi di ruang depan sedang makan sambil menonton televisi.

"Tumben lo pulang deluan dari gue," kata Reza.

Kairi cukup terkejut lalu berdecak. "Ngagetin aja lo. Hm,hari ini gue gak ada jadwal latihan camp atau basket. OSIS juga kosong,"

"Gue tebak lo bahagia," Reza melempar asal tas sekolahnya. Lalu memgambil makanan ke dapur tampa mengganti seragam.

"Hm,lo benar banget," jawab Kairi setelah Reza balik dari dapur. "Jorok banget sih lo. Ganti seragam dulu kek,"

"Males"

"Dasar!" balas Kairi.

Sesaat hening. Keduanya menikmati makanan masing masing dan menonton.

"Muka lo kusut banget," kata Kairi memecah keheningan diantara mereka.

Reza menoleh. "Tau ah,"

Kairi mengeryit penasaran. Bila nada suara Reza sudah dalam mode manja pasti ada masalah. "Lo kenapa? Ada masalah?"

"Apaan sih lo? Mendadak cerewet," kesal Reza.

"Cerita gak?!" ancam Kairi.

Reza menghela nafas berat. Terpaksa ia menceritakan kejadian di sekolah tadi.

"Gue gak yakin Ara gitu," ucap Kairi.

"Nyatanya emang gitu. Bahkan sekarang Aldi mendukung tingkah mereka," tambah Reza.

"Gue yakin lo salah paham. Gue kenal Ara lama. Dan Ara gak bakal lakuin itu. Terlebih Juan. Lo kenal Juan lebih dari gue. Kalian udah temenan lama dan gak mungkin dia nikung lo," kata Kairi yakin.

Reza tampak ragu setelah Kairi mengatakan itu. Mendadak selera makannya hilang. Dia langsung menyimpan piring bekas makanannya yang bahkan belum habis.

***

"Gue udah dapat lokasi Sonya sekarang," teriak Ara.

"Wow? Serius? Lo hebat juga,"

Ara tersenyum mendengar pujian Aldi. "Hm,mereka ada di apartemen sekitar sini kok,"

"Oke,kita kesana," kata Juan tampa mengalihkan tatapannya dari jalanan.

"Kita gak bakal panggil polisi nih?" tanya Aldi.

Mendadak mereka terdiam.

"Menurut lo gimana Ju?" tanya Ara melirik Juan yang duduk di bangku mengemudi.

"Ya,gue rasa kita perlu polisi buat pengamanan," jawab Juan. "Al,lo telfon polisi. Lo nanti sama polisi jaga dari luar. Gue sama Ara masuk kedalam,"

"Serius nih? Gak mau gue yang diluar ajah?"

"Lo takut?"

"Lo ngeledek gue?" tanya Ara tak terima.

Keadaan kembali hening. Juan fokus dengan jalan,Aldi menelfon polisi,dan Ara yang sibuk dengan pikirannya.

Jujur gadis itu memikirkan Reza. Dia sangat terluka dengan kata kata Reza satu hari ini. Dia kecewa. Ternyata Reza masih berpikiran sempit tentangnya.

***

Jejaknya readers tercinta:)

Jerniatisilalahi
06 Juli 2020

8 LETTERS  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang