Jennie terbangun setelah mendengar gedoran pada pintunya, dengan terkejut ia melihat kearah jarum jam dan menunjukkan pukul 10 pagi. Ia menoleh ke kasur Rose dan menyadari adiknya itu sudah berangkat ke sekolah.
Dengan wajah ngantuknya ia berjalan kearah pintu dan membuka pintu tersebut. Pemilik rumah berdiri menatap Jennie dengan amarah dimatanya.
"Mana bayaranmu untuk bulan ini?"tanyanya ketus.
"Ah... aku belum ada uangnya. Maaf."jawab Jennie.
Pemilik rumah tersebut menyilangkan kedua tangannya dan mulai mengancam Jennie, "Ku beri waktu 3 hari. Kalau dalam kurun waktu itu kau tidak melunasinya, silakan angkat kaki dari rumah ini."
Jennie terdiam lalu mengangguk pelan. Pemilik rumah tersebut pergi meninggalkan Jennie.
Jennie menutup pintu rumahnya dan berjalan masuk dan menjatuhkan dirinya di sofa tua yang sudah ada disana sejak ia pindah.
"Dasar nenek tua!!! Apa salahnya hanya telat sebentar saja?! Dasar keriput!!!"teriak Jennie kesal. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia memikirkan bagaimana ia mendapatkan uang untuk membayar sewa rumah dan membayar biaya sekolah Rose.
Jennie bangun dari kasur dan mengingat laki-laki bernama Song Minho. Ia bergegas bangun dan mengambil handphonenya, ia menekan nomor yang ada di lembar kartu nama.
Tut... tut....
"Yoboseoyo."sapa suara diseberang sana.
"Yoboseoyo. Apakah ini dengan Song Minho?"tanya Jennie hati-hati.
"Iya betul. Ini dengan siapa?"tanya balik Mino.
"Ini aku. Jennie. Wanita yang bertemu dengamu semalam."ucap Jennie. Terdapat jeda disana, sebelum Mino merespon kata-kata Jennie.
"Oh... ya. Aku ingat. Ada apa? Kau berubah pikiran?"
"Nde."
"Datanglah ke alamat yang ada di kartu namaku. Kita bicara di kantorku."
"Baiklah. Sampai ketemu."
"Eo."
Jennie mematikan teleponnya dan berpikir sejenak. Apakah ini langkah yang tepat untuknya? Tapi ia sudah kehabisan ide untuk bertahan hidup.
***
Mino menaruh handphonenya setelah menerima telepon dari wanita yang ia tak sengaja temui semalam. Senyum di wajahnya mengembang, menganggap rencananya berhasil.
Ji-hoon menatap Mino dengan sinis, "Kenapa kau tersenyum seperti itu?"
"Kau tau wanita semalam yang kuceritakan padamu? Ia meneleponku. Sepertinya ia tergiur. Bukankah ini bagus?"ucap Mino senang.
"Kau yakin dengan rencanamu itu?"tanya Ji-hoon.
"Ya, hanya bertemu orangtuaku sekali, lalu pura-pura memiliki masalah dan putus."jawab Mino yakin.
"Kalau kau yakin yaudah. Aku hanya ragu dengan rencanamu karena kau bodoh."ucap Ji-hoon sambil tertawa.
"Ya... kau pikir kau pintar?"omel Mino.
Mino berjalan kearah meja kerjanya dan menekan nomor yang tersambung ke sekretarisnya.
"Nona Ji, tolong sampaikan kepada resepsionis jika ada seorang wanita bernama Jennie yang ingin bertemu dengan saya antarkan langsung keruangan ya."
~
KAMU SEDANG MEMBACA
(UN)FORTUNATE FATE
FanfictionKim Jennie, 22 tahun. Selalu sial. Ditinggal pacarnya yang kaya karena tidak direstui, gagal debut, ditinggal kedua orangtuanya yang kabur karena dikejar hutang, dipecat dari pekerjaannya karena penagih hutang selalu datang ke kafe tempat ia bekerja...