Jennie melihat-lihat rumah yang akan ia tempati selama 4 bulan di Roma. Rumah sederhana itu memiliki nuansa woody yang sangat kental, hangat dan nyaman.
Jennie memasuki kamar tidurnya dan duduk di kasur sambil menunggu Mino yang sedang membawa masuk kopernya.
4 bulan, sebelum ia kembali ke Korea. Itu berarti kehamilannya akan menginjak usia 7 bulan. Ia sangat tidak sabar menunggu kehadiran anak pertamanya, bayi yang sungguh tak pernah ia rencanakan.
BRUKK...
Mino datang sambil menyeret koper besar mereka, sesekali terlihat terengah-engah kelelahan namun tersenyum saat melihat Jennie.
"Sini aku bantu."ucap Jennie berdiri menghampiri Mino.
Mino menepis tangan Jennie, "Annyia. Kamu siapin kopi aja. Nanti kita ngobrol ya."
Jennie tertawa lalu menurut pada suaminya itu. Ia berjalan kearah dapur dan menyiapkan segelas kopi untuk Mino dan segelas susu untuknya.
Jennie menyiapkan minuman tersebut dimeja yang terletak di balkon dan ia duduk di sana menunggu Mino selesai dengan koper-koper tersebut.
"Annyeong."sapa Mino seraya duduk disebelah Jennie.
Jennie tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di pundak Mino, "Annyeong."
Mino mengelus kepala Jennie dan mencium kening Jennie. Mino menghela nafasnya dan menegak kopinya perlahan.
"Gak ngerokok?"tanya Jennie pada Mino.
Mino menggeleng, "Gila nih perempuan. Masa aku ngerokok depan kamu? Dulu iya, sekarang nggaklah."
"Kok manis?!"teriak Jennie gemas.
"Emang aku manis."ucap Mino sambil menjulurkan lidahnya.
Jennie tersenyum dan bangun dari duduknya, "Aku mandi dulu ya."
"Ikut."ucap Mino ikut berdiri dan berjalan bersama Jennie masuk kedalam kamar.
Mino menatap wajah Jennie dari samping, wanita itu terlihat cantik sekali dimata Mino. Mereka memasuki kamar mandi dan Jennie bersiap untuk mandi. Ia menanggalkan pakaiannya, Mino hanya menatap Jennie terkesima. Dipikirannya ada satu hal yang terbersit, apa benar ini tubuh wanita hamil? Karena ini terlalu sempurna.
Jennie menoleh dan menatap Mino, "Wae?"
"You are beyond perfection."ucap Mino menghampiri Jennie lalu mencium bibir gadis itu.
Jennie mendorong pelan Mino dan menatap laki-laki itu, "Kamu tau aku gak bisa kan?"
"Tau. Benci."balas Mino.
Jennie tertawa lalu membantu Mino melepaskan pakaiannya, "Mandi dulu biar pikiran tidak kotor ya, Pak Mino."
"Nyebelin."balas Mino melihat Jennie mengejeknya.
Jennie menyalakan shower, Mino bergabung dan berhadapan dengan Jennie. Mino memeluk Jennie dan membisikan sesuatu pada wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(UN)FORTUNATE FATE
FanfictionKim Jennie, 22 tahun. Selalu sial. Ditinggal pacarnya yang kaya karena tidak direstui, gagal debut, ditinggal kedua orangtuanya yang kabur karena dikejar hutang, dipecat dari pekerjaannya karena penagih hutang selalu datang ke kafe tempat ia bekerja...