Mino menatap Jennie yang masih terduduk di kasur rumah sakit memakan buah yang ia bawa. Sudah seminggu sejak Jennie sadar, besok Jennie sudah boleh pulang.
"Kamu gak ngantor?"tanya Jennie yang masih sibuk memakan buahnya.
"Gak mau."jawab Mino.
"Wae?"tanya Jennie lagi kali ini sambil menoleh kearah Mino.
"Takut kamu pergi lagi kalo aku tinggal."jawab Mino yang seraya meletakan kepalanya disisi kasur dekat dengan tangan Jennie.
Jennie terkekeh lalu membelai kepala laki-laki itu, "Waktu aku koma, aku denger kamu manggil-manggil aku loh."
"Jinjja? Waktu itu kamu nangis pas aku ngomong ke kamu."cerita Mino sambil mengangkat kepalanya dan matanya membulat menatap Jennie.
"Jinjja? Daebak. Aku gak inget banget, cuma inget aku ketemu perempuan cantik yang mirip sama aku. Dia bilang aku harus pulang, gak boleh ikut dia. Sumpah beneran mirip aku banget!"lanjut Jennie dengan wajah serius.
"Mungkin Ibu kamu."
"Uri Eomma? Eomma aku buruk hatinya, masih gak nyangka aku."
Mino menelan ludahnya dan menceritakan hal yang ia tahu mengenai Jennie dan keluarganya. Mata Jennie terbelalak kaget, sesungguhnya tak tahu harus berkata apa.
"Jadi, mungkin yang bantu aku balik Eomma ku?"tanya Jennie dengan wajah sedih.
"Eomma! Eomma disini gak? Makasih ya udah bantu Jennie balik kesini, aku janji bakalan jaga Jennie dan Hana dengan baik. Kalau aku ingkar, Eomma boleh hantui aku sampai aku mati!"teriak Mino menatap angin kosong di ruangan VIP itu.
"Ya! Hahahaha apa sih."ejek Jennie bingung melihat tingkah suaminya itu.
"Aku serius tau. Tangan ini gak akan aku lepas lagi."lanjut Mino mengenggam tangan Jennie erat.
~
Jennie menggendong Hana ditangannya, ini pertama kalinya ia dapat menggendong Hana dengan tangannya sendiri.
"Uri Hana, yeppuda."ucap Jennie terus menimang-nimang bayinya.
"Untung banget mirip Jennie. Pusing kalo mirip Mino."ejek Ibu Mino sambil tertawa.
"Eomma!"ucap Mino bete.
"Kamu istirahat sana. Sini Eomma yang gendong Hana."ucap Ibu Mino mengambil Hana dari pelukan Jennie. Jennie tersenyum dan pamit lalu masuk kedalam kamarnya, untuk sementara mereka akn tinggal di rumah Ibu Mino agar dapat bantuan mengurus Hana. Mino berlari kecil mengekori Jennie yang masuk kedalam kamar.
Mino datang lalu memeluk Jennie dari belakang, "Belahan jiwaku pulang."
"Apaan sih? Gombal amat."ejek Jennie.
Mino terdiam, ia hanya memeluk Jennie. Tubuh kecil itu sekarang kembali ada dipelukannya. Harum yang sempat ia lupa, sekarang bisa ia hirup kapanpun ia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
(UN)FORTUNATE FATE
Fiksi PenggemarKim Jennie, 22 tahun. Selalu sial. Ditinggal pacarnya yang kaya karena tidak direstui, gagal debut, ditinggal kedua orangtuanya yang kabur karena dikejar hutang, dipecat dari pekerjaannya karena penagih hutang selalu datang ke kafe tempat ia bekerja...