Mino mencoba menelepon nomor Jennie berkali-kali namun tidak diangkat, padahal ia ingin mengajak perempuan itu belanja baju yang pantas untuk bertemu Ibunya besok malam dan juga merancang skenario bohongan mereka dengan baik.
Mino dengan kesal melempar handphone nya dan merungut, "Kemana sih? Udah perjanjian juga."
Belum lama setelah ia melemparnya, handphone nya berdering dan ia segera mengangkatnya.
"Ya... kemana saja? Kau pikir kau siapa mengabaikan teleponku?!"omel Mino.
"Berisik sekali. Meskipun aku miskin, aku sibuk tahu."balas Jennie cuek.
"Apa sih yang orang miskin lakukan?"ejek Mino sombong.
"Hal-hal yang orang kaya tidak lakukan."jawab Jennie lagi.
"Baiklah, rumahmu dimana?"tanya Mino.
"Kenapa?"
"Aku akan menjemputmu untuk membeli pakaian. Aku yakin kau tidak memiliki baju bagus."ejek Mino lagi.
"Ya... aku punya banyak baju bagus. Mantanku orang kaya, masih banyak pemberiannya yang ku simpan."
"Ya ya ya... terserah. Dimana rumahmu?"
"Aku akan mengirimkannya. Tolong jemput aku dengan mobil termahal mu. Annyeong!"ucap Jennie seraya mematikan teleponnya. Mino tertawa sinis mendapat perlakuan seperti ini dari seorang gadis miskin.
"Dia pikir dia siapa?"ucap Mino sinis.
***
Mino menunggu Jennie diluar sebuah rumah kecil, akses jalanpun tidak begitu bagus. Ia melihat Jennie keluar dari dalam rumah kecil di rooftop mengenakan sweater merah.
Jennie masuk kedalam mobil Mino tanpa mengucap salam.
"Ya... tidak sopan. Outfitmu ok juga, kau pura-pura miskin ya?"tuduh Mino.
"Annyeong haseyo, Sajangnim. Puas? Sudah ku bilang, mantanku orang kaya. Masih banyak barang-barang mewah ku."ucap Jennie jutek sambil memasang seat beltnya.
Mino menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya, "Kenapa tidak kau jual saja barang-barang itu?"
Jennie terdiam dan tidak merespon Mino. Mino tahu bahwa Jennie sepertinya masih menyayangi mantannya.
"Tapi karena kau miskin jadi terlihat jelek memakai baju mahal."ejek Mino.
Jennie mendengus kesal dan menoleh kearah Mino, "Kau tahu? Banyak cowok-cowok antri untuk menjadikanku pacar."
"Lalu? Kenapa tidak mau?"tanya Mino.
Jennie terdiam lagi dan membuang wajahnya dari Mino dan menatap keluar jendela, "Hanya tidak mau saja."
Mino menoleh dan melihat Jennie menatap keluar jendela, ia tahu ada hal-hal yang ditutupi oleh Jennie darinya.
Mino menepi disebuah butik mahal dan menghentikan mobilnya untuk diparkir oleh valet. Jennie turun mengikuti Mino.
KAMU SEDANG MEMBACA
(UN)FORTUNATE FATE
FanfictionKim Jennie, 22 tahun. Selalu sial. Ditinggal pacarnya yang kaya karena tidak direstui, gagal debut, ditinggal kedua orangtuanya yang kabur karena dikejar hutang, dipecat dari pekerjaannya karena penagih hutang selalu datang ke kafe tempat ia bekerja...