20. Our Hell

364 39 12
                                    

Jennie terbangun dan melihat jam didinding yang sudah menunjukan pukul 3 pagi. Tenggorokannya terasa kering, oleh sebab itu ia pergi meninggalkan kamarnya dan bermaksud kedapur untuk meminum segelas air.

Jennie berjalan dengan sempoyongan karena rasa kantuknya, mengambil segelas air dan menegaknya. Matanya tertuju pada kamar Mino yang pintunya terbuka sedikit. Dari jauh Jennie bisa melihat Mino sedang mencium mesra figur seorang wanita entah siapa.

Rasa sakit di dadanya tidak bisa dihindari, ia juga tak bisa bohong bahwa ia merasakan kesedihan saat ini. Tapi ini adalah pilihannya, ia yang memilih untuk berjuang dalam hubungan aneh ini.

Jennie melihat kearah handphone yang ada digenggamannya, entah kenapa Seunghoon meneleponnya. Jennie menolak panggilan tersebut tapi Seunghoon ters menelepon. Jennie memutuskan untuk mengangkatnya sambil melangkah ke balkon.

"Wae?"tanya Jennie.

"Kim Jennie, bolehkah kita bicara? Apakah kamu dirumah? Tolong temui aku di parkiran apartmentmu. Aku... ingin bicara."jawab Seunghoon dengan suara lirih.

"Aku tidak mau bertemu denganmu."ucap Jennie tanpa ampun.

"Aku mohon. Ini kali terakhir."balas Seunghoon.

"Baiklah. Aku kesana."ucap Jennie menutup teleponnya. Dengan malas ia memakai hoodie dan berjalan keluar menuju parkiran.

Dari kejauhan ia bisa melihat sosok tinggi dengan topi menunggu dirinya. Dengan menguatkan hati Jenni menghampirinya.

"Hoony Oppa."panggil Jennie. Sosok itu menoleh dan tersenyum dengan mata yang sembab.

"Jennie, bolehkah aku bicara denganmu?"tanya Seunghoon. Jennie mengangguk dan mereka berjalan ke taman komplek apartment berdampingan.

Dini hari itu, angin sangat kencang dan udara cukup dingin. Jennie memeluk tangannya untuk menghangatkan dirinya.

"Maafkan aku meninggalkanmu. Itu semua demi kamu. Jika aku tetap bersamamu, entah apalagi yang akan dilakukan oleh keluargaku padamu."ucap Seunghoon memecah keheningan.

Jennie hanya terdiam tidak tahu harus berkata apa, ia hanya menatap kekosongan dihadapannya.

"Mereka bilang jika aku tidak meninggalkanmu, mereka akan membuatmu sulit. Aku... tidak bisa membiarkan itu terjadi."lanjut Seunghoon.

"Lalu? Maksud Oppa apa?"tanya Jennie.

"Tak pernah seharipun aku tidak memikirkanmu. Aku tersiksa, Jennie. Maukah kamu kabur bersamaku? Kemana saja, berdua. Aku sudah tidak sanggup lagi jauh darimu."jawab Seunghoon menatap Jennie dengan kedua tangannya memegang tangan Jennie.

"Oppa... aku sudah menikah."ucap Jennie melepaskan genggaman Seunghoon.

"Arrayo. Tapi aku sudah tidak bisa lagi. Aku sangat mencintaimu sampai mau mati."tambah Seunghoon dengan air mata mengalir.

"Oppa, tolong hentikan."

"Jennie..."

"Keluargamu benar, aku tidak akan pernah pantas untukmu. Pergilah, bahagiakan Lisa."ucap Jennie seraya pergi meninggalkan Seughoon, Seunghoon menarik tangan Jennie dan memeluk Jennie.

"Aku mencintaimu, Jennie."bisik Seunghoon.

Jennie hanya terdiam, tubuhnya terasa kaku. Air mata yang ia tahan akhirnya mengalir deras. Ia rindu pelukan ini, tapi ia tidak mau kembali merasakan perjuangan sia-sia itu. Jennie mendorong tubuh Seunghoon.

Jennie menatap Seunghoon, wajah laki-laki itu, yang sudah membuat hidupnya sesulit ini. Tanpa berkata-kata Jennie pergi dan berlari kembali ke pent house Mino. Saat Jennie membuka pintu ia bersenggolan dengan wanita yang Mino bawa.

(UN)FORTUNATE FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang