Jennie telah selesai melakukan perawatan khas pengantin, sampai-sampai ia dipesankan sebuah perawatan khusus genital untuk malam pertama. Padahal ia tidak akan melakukan apa-apa di malam pertama.
Tapi perawatan-perawatan itu tidak begitu buruk karena ia merasa sangat wangi dan cantik sekarang. Dengan riang ia berdiri dipinggir jalan mencari taksi.
Handphone Jennie berdering begitu kencang membuatnya sedikit terkejut. Ia memeriksa siapa yang meneleponnya, ternyata Mino.
"Yeoboseyo.."sapa Jennie.
"Bukankah mulai besok kau harus menyapaku dengan kata Yeobo saja tanpa seyo?"goda Mino.
"Tidak akan."balas Jennie datar.
"Hahaha... Ke kantorku ya."
"Ngapain? Males ah."
"Mau ku perkenalkan ke karyawanku. Oke? Ku tunggu. Bye."ucap Mino seraya mematikan teleponnya. Jennie hanya merungut dan menghentikan taksi dan pergi menuju O'Sechill Properties.
~
Dengan langkah berani Jennie masuk ke dalam perkantoran, padahal ia menggunakan pakaian yang sebenarnya kurang pantas dipakai ke kantor. Tapi masa bodoh, dia adalah calon Ibu Negara untuk mereka semua.
Kini pun Jennie masuk ke dalam kantor tidak perlu dijemput, karena begitu ia menunjukkan wajahnya semua orang langsung membukakan semua akses untuknya.
Jennie tersenyum pada sekretaris Mino dan masuk ke dalam ruangan Mino. Tapi laki-laki itu sudah berubah lagi rambutnya.
"Eo?! Rambutmu kembali normal."ucap Jennie masuk dan menghampiri Mino.
"Eomma ku marah-marah katanya masa di hari pernikahan rambutmu pirang kayak nenek-nenek."curhat Mino sambil berdiri menghampiri Jennie.
"Memang kayak nenek-nenek."balas Jennie sambil tertawa. Mino menyentil jidat Jennie. Mino berjalan menuju pintu dan memunculkan kepalanya sedikit untuk bicara pada sekretarisnya.
"Nona Ji, tolong kumpulkan semua karyawan di hall ya."ucapnya seraya kembali menghampiri Jennie.
"Kau benar-benar akan memperkenalkan ku seperti itu? Mereka sudah tahu aku dari berita-berita, kenapa kau harus memperkenalkanku seperti ini sih?"tanya Jennie agak kesel.
"Kenapa kau berisik sekali sih? Kau harus menuruti ku kan? Itu peraturannya."ucap Mino kesal.
"Mian."ucap Jennie menutup mulutnya.
Pintu diketuk dan sekretarisnya mengisyaratkan bahwa semua karyawan sudah berkumpul. Mino mengangguk dan menggandeng tangan Jennie keluar dari ruangannya. Entah kenapa perasaan Jennie jadi tidak karuan saat ada Mino semenjak malam tragedi pertemuannya dengan Seunghoon.
Mereka berjalan melewati beberapa lorong, seringkali bertemu beberapa karyawan yang juga sedang berjalan menuju hall. Semua orang menatap mereka takjub dan tidak sedikit juga perempuan yang memandang Jennie dengan tatapan iri.
Mino dan Jennie memasuki hall luas milik O'Sechill Properties, dihadapan mereka sudah ada ratusan karyawan yang duduk berdampingan menatap mereka dengan tatapan tidak percaya. Mino naik ke atas podium di dampingi oleh Jennie, dan Mino menggenggam mic yang disediakan.
"Selamat siang semuanya."sapa Mino.
"Selamat siang, Sajangnim."balas mereka bersamaan.
"Sudah lama yang kita tidak berkumpul seperti ini. Kali ini aku ingin berbagi kabar bahagia bersama kalian. Besok aku akan menikah dengan wanita disampingku ini."lanjut Mino sambil tersenyum dan memberikan mic pada Jennie.
Jennie menerima mic tersebut dan memperkenalkan dirinya, "Halo, semuanya. Namaku Kim Jennie. Senang bertemu kalian semua."
Jennie mengembalikan mic pada Mino dan Mino menerima mic tersebut.
"Pernikahanku akan digelar sederhana dan tertutup untuk keluarga dan sahabat dekat saja. Jadi, mohon maaf jika aku tidak bisa mengundang kalian semua."lanjut Mino lagi.
"Yahhhh...."keluh karyawan Mino bersamaan. Mino terkekeh melihat karyawannya.
"Tapi... setelah bulan madu dan kembali bekerja aku akan mentraktir kalian semua makan enak."
Karyawan Mino seluruhnya berteriak heboh dengan girang.
"Song Sajangnim, berbahagialah!!!"teriak salah satu karyawan di kerumunan.
"Eo. Terima kasih. Jangan lagi gosipin aku homoseksual ya kalian semua dasar karyawan tidak tahu diri."keluh Mino bercanda yang di susul oleh tawa karyawannya.
***
Mino, Jennie dan Rose terduduk bersama di ruang makan bersama Ibu dan Ayah Mino. Makanan buatan chef keluarga Mino memang nikmat sekali, Jennie menghabiskan makanan itu dengan cepat.
"Jennie, adikmu nanti tinggal disini saja ya. Untuk temani istriku."ucap Ayah Mino memulai pembicaraan.
"Ah?"ucap Jennie terkejut.
"Kan gak baik kalau pengantin baru ada yang mengganggu. Kamu dan Mino akan tinggal di pent house Mino, berdua saja."tambah Ibu Mino.
"Eomma..."peringat Mino sambil melirik Ibunya.
"Jebal?"pinta Ibu Mino menatap Jennie tanpa menoleh sedikitpun ke anaknya.
"Ah... Rose kamu mau?"tanya Jennie pada Rose yang kebingungan.
"Kalau boleh tinggal disini, dengan senang hati."jawab Rose sambil tersenyum.
"AHHH GOMAWO..."ucap Ibu Mino excited.
Jennie tersenyum melihat reaksi Ibu Mino yang sangat hangat terhadap dirinya dan Rose. Mino melihat senyum diwajah Jennie dan ikut tersenyum. Meskipun wanita yang akan ia nikahi pura-pura ini miskin dan tak sepadan secara pendidikan dan materi dengannya, tapi wanita ini bisa membawa warna lagi pada keluarganya. Warna yang selalu ia rindukan.
'She's the light in a dark room
She smiles with her eyes, it'll hold you
In a moment you'll know you'll never walk awayShe's never been one to hold back
If there's something on her mind you're gonna know that
And you're gonna wanna listen to everything she'll sayShe's a bullet that's about to fire
She's the steady that'll keep you sane
If loves a fool then I'm a liar
I know she's the only wayShe sees colors that I can't see
And she knows me, even when I don't
She knows where she goes
I will go because I'm home
Where she is.'
Jake Scott - She
KAMU SEDANG MEMBACA
(UN)FORTUNATE FATE
FanficKim Jennie, 22 tahun. Selalu sial. Ditinggal pacarnya yang kaya karena tidak direstui, gagal debut, ditinggal kedua orangtuanya yang kabur karena dikejar hutang, dipecat dari pekerjaannya karena penagih hutang selalu datang ke kafe tempat ia bekerja...