Selama beberapa hari ini Donghyuck tidak pernah tidur bersama dengan Mark lagi. Hari itu dimana Jeno menghampiri mereka, Mark selalu pulang lebih larut dan saat pulang lebih awal katanya ada perkerjaan yang harus di selesaikan. Dan hanya memberinya pelukan.
Chenle selalu menawarkan diri untuk menemaninya untuk tidur, dan dengan senang hati Donghyuck menerimanya meskipun ada kekosongan yang hinggap di hatinya. Tak jarang Jisung juga ikut tidur bersamanya, dengan dirinya berada di tengah antara Jisung dan Chenle.
Donghyuck masih belum menutup mata, ini sudah menunjukan pukul 1 dini hari dan Donghyuck tidak mendengar tanda-tanda Mark akan pulang. Sementara Chenle sudah tidur pulas sejak pukul 11. Dari tadi Donghyuck hanya menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong.
Donghyuck tak lagi mimpi buruk hanya saja ia masih tidak tenang dalam tidurnya. Berangsur-angsur Donghyuck mulai terbiasa dengan kepergian orang tuanya, meskipun ia tidak akan pernah bisa melupakannya.
Donghyuck berjalan keluar kamar, ia ingin jalan-jalan. Dengan mengendap-endap Donghyuck meninggalkan Chenle agar anak itu tidak terganggu. Langkah kakinya membawanya entah kemana, tujuannya tak tertentu arah, dan hanya mengelilingi rumah tanpa maksud apapun.
Saat tiba di dapur Donghyuck melihat Mark yang sedang membuat kopi, tanpa menunggu lama Donghyuck berjalan ke arah Mark yang membelakanginya dan memeluknya dari belakang. Sempat membuat Mark berjengit kaget.
“Kau sudah pulang dan aku tidak mengetahuinya” cicit Donghyuck pelan.
“Kau belum tidur?” tanya Mark mengelus tangan Donghyuck di perutnya.
“Seperti yang kau lihat” jawab Donghyuck seiring Mark yang melepas tangannya dan membuat keduanya saling berhadapan.
“Aku sibuk sekali akhir-akhir ini” jawab Mark dengan membingkai wajah Donghyuck.
“Aku tahu, konsekuensi dari pekerjaan mu” jawab Donghyuck mengerti.
Tiba-tiba Mark memeluk Donghyuck erat, serta menghirup dalam-dalam aroma Donghyuck. Hingga membuat yang di peluk bingung.
“Mark, kau tak apa?”
“Aku tidak, biarkan seperti ini dulu” kemudian keduanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Selang beberapa saat Mark melepas pelukannya.
“Kau kembalilah ke kamar, kasihan Chenle”
“Lalu kau?” tanya Donghyuck.
“Aku masih harus bekerja” jawab Mark dengan membawa secangkir kopi yang ia buat tadi, dan pergi meninggalkan dapur.
Donghyuck menahan tangan Mark, dan menatapnya sendu, namun senyum terpasang di wajahnya.
Cup!!
Donghyuck mencium bibir Mark sebentar, dan lagi-lagi Mark sedikit terkejut “Jangan terlalu lelah, tidurlah yang cukup” pesan Donghyuck lalu melangkahkan kakinya pergi ke kamar. Mark hanya menatap kepergian Donghyuck dalam diam.
****
Beberapa hari Donghyuck merasa aneh, jika biasanya Mark akan pergi dengan Jeno, Jaemin, Renjun, dan bila perlu akan membawa Jisung atau Chenle. Donghyuck lebih sering melihat Mark pergi berdua bersama dengan Jeno.
Pernah Donghyuck bertanya pada salah satu antara Jaemin dan Renjun, jawaban mereka selalu sama “Sebenarnya mereka berdua bisa mengatasinya sendiri. Kami hanya membantu karena kami Tim” dan selalu itu yang keluar dari mulut keduanya.
Jika setiap malam saat Mark pulang lebih awal akan memberinya pelukan, hari ini Mark melewatinya begitu saja. Dan aura yang di tunjukan oleh Mark sangat tidak bersahabat, Donghyuck lebih memilih untuk diam, dan tidak ingin membuat suasana hati Mark semakin buruk. Dan itu masih terus terjadi, bahkan penghuni rumah lain juga heran dengan perubahan sikap Mark, tidak seperti Mark biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts ... || Markhyuck || [ Completed ]
FanfictionAwalnya semua terasa begitu indah, entah apa yang terjadi semua berubah begitu menyakitkan Satu hal yang tidak bisa ia terima yaitu kehilangan. Yang merubahnya dari seorang malaikat yang berwujud manusia tanpa sayap, menjadi manusia berdarah dingin...