Hai masih ingat ...
But ...
Enjoy it 🙂🙂
Mark sedang melatih tangan kirinya. Sejak saat itu ia sama sekali tidak menggunakan tangan kirinya untuk menggunakan senjata. Jangankan menggunakan hanya memegang pun ia tidak di perbolehkan.
Di mulai dari senjata sederhana Mark melatih tangan kirinya. Meski masih merasakan nyeri setidaknya tangan kirinya masih berfungsi untuk beraktifitas. Mark juga di larang untuk mengambil misi bersama yang lainnya. Irene melarangnya keras begitu juga dengan Yeri. Kedua perempuan itu menerapkan peraturan untuk membuatnya cepat pulih.
Bosan? Tentu saja Mark sangat bosan, selama ini dirinya hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan. Barulah saat emosinya tidak dapat di tahan, ia baru di perbolehkan mengikuti misi, itupun hanya melihat.
Pemulihannya memakan waktu sangat lama. Sekeras kepalanya Mark, ia masih patuh pada peraturan yang menurutnya baik untuk ke depannya. Saat ini Mark sedang melatih reflek tangan kirinya dengan melakukan serangan bayangan bersama seorang instruktur bela diri.
"Apa masih kaku?" tanya Jeno yang sejak tadi memperhatikan Mark.
"Ya sedikit" jawab Mark sekenanya "Cukup" kata Mark pada intrukstur yang melatihnya.
Jeno melempar handuk dan langsung saja Mark menerimanya. Ia menyeka peluh yang membasahi tubuhnya yang basah.
"Sudah menemukan, pemalsuan kematian Donghyuck?" tanya Mark dengan menegak minuman isotonik yang tersedia.
"Belum. Tidak ada tanda-tanda juga dari Lucas Hyung dan kerabatnya" jawab Jeno.
Mark mengangguk "Seseorang yang di curigai?" tanya Mark lagi.
Jeno duduk di sebelah Mark menatap pria yang lebih tua dengan pandangan yang sulit di artikan "Belum ada"
"Ada apa?" tanya Mark mengerti tatapan Jeno.
"Bagaimana jika aku menjadi malaikat pencabut nyawa mu sungguhan?" tanya Jeno, mengenai apa yang mengganggu pikirannya.
Mark terkekeh mendengarnya "Aku tidak keberatan"
Jeno menghela nafas pelan "Banyak yang sudah mengetahuinya" balas Jeno.
"Tapi tidak dengan cara memanggilnya" ucap Mark membuat Jeno bungkam "Kalau memang harus, itulah janji ku padanya"
"Ada tanda-tanda keberadaan Donghyuck?" tanya Mark mengalihkan pembicaraan.
"Sama sekali tidak ada, sepertinya yang memalsukan kematian Donghyuck bukan orang biasa" Jeno menghela nafas pelan "Bersih tanpa jejak"
Mark hanya mengangguk mengerti, selama hampir setahun dirinya mencari tahu alasan dan siapa di balik pemalsuan kematian Donghyuck. Namun nihil tidak ada jejak sama sekali, atau mungkin dirinya yang tidak teliti. Entahlah ia juga tidak tahu.
****
Di tempat lain, di sebuah bangunan yang cukup besar seorang lelaki tengah mengikuti lelaki lain yang sedang meliuk-liuk kan tubuhnya pada tiang.
"Tubuh mu masih belum lentur, Haechan. Kau tidak akan bisa menarik lelaki hidung belang di luar sana"
"Aku sudah berusaha, Chitta-san. Aku tidak sanggup lagi" kata Donghyuck, atau mungkin saat ini kita harus memanggilnya Shin Haechan. Haechan mengatakan itu dengan susah payah.
"Ini baru permulaan, dan kau sudah menyerah" Chitta turun dari tiangnya, tatapan marah ia berikan pada Haechan.
"Aku bukan profesional seperti mu" kata Haechan masih berusaha terlihat sempurna di mata Chitta, pelatih pole dance nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts ... || Markhyuck || [ Completed ]
FanficAwalnya semua terasa begitu indah, entah apa yang terjadi semua berubah begitu menyakitkan Satu hal yang tidak bisa ia terima yaitu kehilangan. Yang merubahnya dari seorang malaikat yang berwujud manusia tanpa sayap, menjadi manusia berdarah dingin...