Walaupun Lucky sebegitu ngeselinnya sama gue, tapi dia yang selalu ada buat gue.
Lucky itu adek gue, kawan berantem gue, kawan curhat gue selain Micha dan Molla, dan gue anggep dia seperti pacar sendiri. Ckck!
Gue sering banget curhat ke Lucky tentang Babang Argan yang cuek dan dinginnya setengah mampus.
Responnya kadang kasih saran, kadang bikin gue down.
Tapi gue sayang!"Udah jam 11, selesai belom?" Tanya Lucky sambil uring-uringan dikasur gue.
"3 soal lagi," jawab gue kilat dengan mata yang tetap terfokus pada tugas Lucky.
"Udah lah, ga usah, lanjut besok disekolah, kasian lu nya, capek," ucapnya sambil memberesi buku dimeja gue.
"Tumben ngertiin gue, Ky, biasanya cuma ngadu ngadu doang," sindir gue.
"Gue juga manusia njir, punya empati. Dah tidur lu kak, besok bareng gue lagi ya."
"Siap, Night!"
"Too, have a nice dream!"
Serasa pacar sendiri kan? Haha.
Gue pun langsung terlelap.×××
"Ly, Lolly! Bangun nak!" Seru Mama dari luar.
"Iya, Ma," jawabku yang masih setengah sadar. Ku ayunkan kakiku ke lantai dan mulai menapakkannya perlahan. Gue pun memasukki kamar mandi. Menggosok gigi, mencuci muka, dan pastinya mandi!
Seusai mandi, gue pun langsung memakai seragam, menyisir rambut, memberi sedikit bedak bayi dimuka, dan tidak lupa memberi parfum di baju seragam agar ga bau apek.
Lagi-lagi, Lucky si adek Durjanam, ke kamar gue.
"Ka Ly, lo liat Pomade gue?" Tanya nya sambil mencari-cari disekeliling kamar gue.
"Dih, emang lo taro mana?" Tanya gue balik.
"Dimeja lo kemaren."
Cukup heran. Bisa-bisanya, dia menaruh pomade nya dikamar gue."Kok bisa dikamar gue anjir." Gue masih heran sama tuh bocah.
"Ya bisa lah!"
"Ini bukan?" Tanya gue ketika menemukan benda bulat setinggi kurang lebih 4 Cm berwarna hitam.
"Nah iya, makasih, Kak, muachh," katanya sambil terkekeh.
"Idih alay lo."
"Bacot mwah."
"Sarap lo! Cepetan sarapan!"
"Iye bentar, belom siap ini, ga liat apa?"
"Ga."
Lalu, gue dan Lucky pun turun untuk sarapan.
"Ly, Ky, Papa sama Mama dapet proyek ke luar Kota," kata Papa disela sarapan yang membuat gue dan Lucky menganga tak percaya.
"What?!" teriak gue dan Lucky bersamaan.
"Iya, cuma sebulan kok."
"Pa, sebulan itu ga kayak sehari," ucap Lucky sambil menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.
"Tumben pinter," ledek gue.
"Diem lu!"
"Kalian jangan nakal, jangan boros." Mama memperingatkan kami.
"Ish, Pa, Ma, ga bisa sehari doang tah??"
"Ga bisa Lolly sayang, terus kalau sahabat kamu, siapa itu namanya?" Tanya Mama ke gue.
"Molla sama Micha?"
"Iya, nginep sini boleh kok."
Sontak saja aku kaget. Jarang sekali Mama memperbolehkan Molla dam Micha untuk nginep dirumah.
"Really??" tanya gue yang masih tidak percaya.
"Yeaa!"
"Lah aku cowo sendiri dong?" Tanya Lucky pada kami.
"Yowis, ra popo," jawab Papa sambil tertawa.
"Eh, Pa, berangkat jam berapa?" Tanya gue sambil berdiri dari meja makan dan mengambil minum.
"Jam 12 siang." Jawaban yang singkat namun dapat dipahami.
"Yah, oke deh, hati-hati ya Pa, Ma."
"Iya Ly, Ky, sekolah yang pinter, jangan lupa kerjain tugas." Nasihat tidak berhenti keluar dari mulut Mama. Ya itulah seorang ibu.
Gue sama Lucky pun berangkat. Sedih banget asli kalo ditinggal sama ortu karna ada proyek. Tetapi ya sudahlah, namanya kerja. Yang penting kerjanya jujur, dan tidak merugikan orang lain.
Saat gue udah nyampe depan lift, seseorang makhluk ciptaan Tuhan yang 'halu' nya setengah hidup menghalangi jalan gue.
"Eyoo wasaapp Ly!!" Serunya tepat ditelinga gue.
"Ka Frann! Minggir dulu, buru-buru nih!"
Ya, orang itu adalah Afran. Manusia yang tak henti-hentinya menjahili penghuni SMA Normezza."Sesibuk apa sih lu, kalo mau gue minggir, ada syaratnya!" Katanya.
"Apaan?"
"Bilang Babang Apran kembaran Shawn Mendes 3 kali, yang kenceng banget," sambungnya sambil tersenyum miring.
"Ogah! Ntar dikata gue carper!" Tolak gue.
"Nggak, cepetan!" Paksanya.
"Ah lama ka Pran mah."
Gue pun langsung memutar arah badan dan menaiki tangga yang ada dibalik gue tadi."Lolly! Selesain syaratnya dulu!" Teriak Afran sambil menghentakkan kakinya kelantai. Mungkin dia tak punya kerjaan lain.
"Huh huh huh, cape anjir," kata gue sambil terhuyung dan langsung duduk di tempat duduk gue.
"Tarik nafas dalem dalem, yak ga usah dibuang," balas Molla yang diikuti gerakan tangannya.
"Cha, tengok Fisika dong?" Tanya gue ke Micha.
"Nih nih," jawab Micha sambil melemparkan buku Fisikanya ke gue.
"Makasih Caca Cendol yang sangat baik ulala, ga kaya penjual nasi goreng," balasku sambil menyindir. Walau akhirnya tak tahan untuk tertawa juga sih. Haha!
×××
Selamat malam semua...
Ada yg kangen sama Lolly?Vote, komen, dan share ya!
Makasih semua😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lolly [END]
Teen FictionKenalin, gue Lolly Muzema. Gue biasa dipanggil Lolly, ya, panggilan yang imut menurut gue. Gue adalah anak dari Pak Dito Valenzha Muzema dan Ibu Ardhila Putri. Murid SMA Normezza, kelas 11 Ipa 3 yang bisa dibilang ga pinter, dan sedikit bodoh. Tetap...