Chapter 2

3.7K 494 39
                                    

Note: aku tidak menggunakan sistem sekolah di Jepang yaa^^

Happy reading~
.
.
.

Cafe Our Time. Cafe itu sudah mereka kunjungi sejak SMP. Cafe yang cukup elit, makanan dan minuman di sana dibandrol dengan harga yang cukup fantastis. Bukan masalah, jika yang datang adalah para kaum elitis.

Ketiga siswa SMA itu langsung mendapat tempat kosong di dalam. Mereka duduk dan melihat sekilas ke sekeliling, menyadari cukup banyak siswa-siswi tengah bersantai di sini. Meski tidak ada yang berasal dari sekolah yang sama dengan mereka.

Seorang waitress menghampiri, membawa notes sebagai media untuk menulis pesanan pelanggan yang wajahnya sudah tidak asing lagi. Ia menulis semua pesanan dengan teliti. Takut ada yang salah, gadis dua puluh tahunan itu menyebutkan kembali pesanan, lalu setelah mendapat anggukan tanda bahwa ia benar, dirinya permisi pergi.

“Kita sudah kelas tiga sekarang, beberapa bulan lagi kita lulus dan masuk universitas. Wah waktu berjalan sangat cepat.” Naruto membuka percakapan di meja mereka.

“Kau akan masuk universitas apa?” tanya Shikamaru.

Naruto mengangkat bahu, “Entahlah, aku belum memutuskan. Tapi untuk jurusan, aku berpikir sesuatu yang berhubungan dengan olahraga. Kau sendiri?”

“Aku juga belum tahu, aku masih ingin menikmati waktu SMA-ku tanpa dibebani bayang-bayang universitas.” Jawab Shikamaru.

Naruto mencibir, “Itu karena kau tidak perlu belajar dengan keras, kau bisa masuk universitas mana pun yang kau mau dengan otak terlalu jeniusmu itu.”

Shikamaru tertawa. Omongan itu tidak salah.

Mereka terlibat obrolan menarik tapi santai dengan Sasuke yang hanya berkomentar sesekali. Bersahabat sangat lama tidak membuat mereka kehabisan bahan obrolan. Malah jangkauan topik mereka semakin luas.

Pembicaraan ketiga pria itu terjeda saat seorang waitress datang bersama trolley berisi pesanan mereka.

“Gadis... Benalu?” Naruto agak ragu saat melihat wajah si waitress.

Sasuke dan Shikamaru yang awalnya tidak menatap sang waitress, serempak menoleh dan sedikit mengangkat wajah ke arah gadis itu ketika Naruto menyebut namanya.

Dia memang Hinata, Naruto tidak salah mengenali. Walau bukan seragam sekolah yang melekat di tubuh sang gadis, melainkan seragam kerja berwarna abu-abu sama seperti waitress lainnya.

Hinata menatap pria pecinta olahraga itu sambil tersenyum dan mengangguk singkat, lalu melanjutkan pekerjaannya. Menaruh tiga gelas minuman dingin, tiga piring spagetti, dan dessert di meja teman satu sekolahnya. Hanya tatapan Naruto yang ia balas, itu pun karena pria itu menyebut namanya, tidak sopan jika ia abaikan.

“Selamat menikmati.” ucapnya ramah sebelum permisi undur diri.

Sementara Sasuke dan Shikamaru yang tidak bicara apa-apa tentang Hinata mulai menyantap makanan mereka, Naruto masih penasaran terhadap gadis itu. Karena mereka juga ke mari kurang dari seminggu yang lalu tapi tidak menjumpai Hinata sama sekali.

“Sejak kapan Gadis Benalu itu kerja di sini?”

“Pertanyaan kedua, siapa peduli?” balas Shikamaru. Sasuke hanya diam tanda setuju dengannya.

Naruto melirik sinis. Apa salahnya membahas tentang gadis itu? Sebagai seseorang yang terlalu ramah dengan lingkungan, sebenarnya agak sulit untuk benar-benar ikut membenci Gadis Benalu. Kenyataannya ia memang tidak membenci si gadis. Maksudnya, memang benar ia sering kesal saat mendengar gadis itu berteriak memanggil Sasuke yang semua-orang-tau-kenapa, tapi selain itu tidak ada kesalahan fatal yang diperbuat hingga harus menerima begitu banyak kebencian dari hampir seluruh warga sekolah.

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang