Chapter 14

2.8K 428 46
                                    

Happy reading~
.
.
.

Jika situasi ini terjadi di lain hari, mungkin Sasuke akan gembira luar biasa. Keluarganya berkumpul sebelum jam makan malam. Lengkap. Ada Ayah, Ibu, serta sang kakak. Ini ‘kan yang selalu ia inginkan? Tapi sayangnya tidak untuk sekarang. Sasuke sama sekali tidak senang.

Bayangkan reaksi Uchiha Fugaku dan Mikoto ketika melihat putra bungsu mereka masuk rumah sambil membopong seorang gadis. Priceless. Buru-buru saja Sasuke menjelaskan -bahkan sebelum ditanya- kalau sang gadis mengalami cedera saat lomba. Kemudian segera Hinata dipinta duduk di sofa untuk menerima interogasi. Sesuai dugaan akan jadi begini.

“Jadi siapa dirimu?”

Oke, pertanyaan pertama telah diluncurkan.

“Namaku Hyuuga Hinata. Teman sekolah Sasuke.”

“Aku tahu itu, Itachi sudah bercerita sedikit,” balas Mikoto, “Tapi latar belakangmu belum jelas, aku tidak mau putraku bergaul dengan orang yang salah.”

Ah... jadi Itachi telah memberikan informasi lebih dulu pada Tuan dan Nyonya Besar. Yah, memang seharusnya begitu. Orang asing tinggal di rumah keluarga terpandang, riwayat hidupnya tentu harus jelas dan bersih. Jangan sampai ada noda berupa catatan kriminal di sana.

“Aku berasal dari Hokkaido. Pindah ke kota ini sekitar dua tahun lalu. Orang tuaku... sakit, jadi orang lain yang membiayai sekolahku.”

“Sakit? Sakit apa?”

“Mereka koma setelah mengalami kecelakaan tunggal.”

“Sampai sekarang?”

Hinata menggeleng pelan, “Aku tidak tahu, mereka menghilang. Rumah sakit bilang ada pihak keluarga yang memindahkan dan meminta untuk dirahasiakan. Orang itu memiliki bukti valid bahwa dirinya adalah keluarga. Aku menemui jalan buntu.”

Suasana hening.

Kalau kalian berpikir Hinata kelewat santai menjalani hidup padahal eksistensi orang tuanya masih dipertanyakan... selamat, kalian tertipu. Gadis itu memikirkan orang tuanya tanpa henti, tapi tidak ditunjukkan. Status sebagai pelajar SMA yang tidak punya apa-apa sungguh membatasi gerak. Seperti yang baru saja dikatakan, ia menemui jalan buntu.

Satu-satunya cara adalah terus meneror Ayah Shion sampai orang tua itu mau buka mulut. Mustahil beliau tidak tahu keberadaan orang tuanya. Siapa lagi kalau bukan beliau pelakunya? Tidak ada. Walau entah apa motif dibalik perbuatan tersebut.

“Siapa yang membiayaimu selama ini?”

“Ayahnya Shion teman sekelas Sasuke.”

“Ah beliau... kami kenal. Rekan bisnis,” Fugaku menyahut, “Malam ini kami ada janji temu dengan keluarganya di restoran. Dinner.”

Hinata hanya bisa mengumbar senyum canggung dan mengangguk. Ia tak perlu menceritakan ada permasalahan apa antara dirinya dan keluarga Miku juga ‘kan? Biar itu tetap menjadi urusan pribadi.

“Lalu kenapa beliau menghentikan bantuan padamu?”

Huft~ padahal si Benalu baru saja berpikir dirinya sudah aman, ternyata masih ada pertanyaan susulan dari Mikoto, pemirsa! Ia harus jawab apaaa? Alibi, alibi, alibi!

“Itu... beliau berpikir aku terlalu banyak merugikan, jadi bantuan untukku dihentikan.”

“Oh..”

Jantung Sasuke berdentum keras. Sulit memprediksi apa Hinata akan diterima di rumah ini atau tidak. Orang tuanya bukanlah tipe yang memandang rendah orang-orang dengan ekonomi menengah ke bawah, melainkan lebih mementingkan sopan santun dan personality seseorang.

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang