Chapter 22

2.7K 338 24
                                    

Happy reading~
.
.
.

Sepanjang musim ujian, suasana Akatsuki Senior High School menjadi lebih tenang. Hampir semua murid sibuk belajar dan mengurangi waktu bermain. Karena kebanyakan dari mereka membawa nama besar keluarga yang mana akhir tahun nanti pasti ada pesta para pengusaha dan di sanalah tiap orang tua akan memamerkan hasil belajar sang anak. Mau ditaruh di mana muka mereka kalau tinta merah sampai menghiasi rapor?

Tapi yah... Hinata berbeda. Gadis itu tidak berusaha terlalu keras untuk mendapat nilai bagus seperti yang lain. Toh, tidak berpengaruh juga pada hidupnya. Neji bilang ia hanya perlu datang, kerjakan, lalu lupakan. Selesai.

Kesehatan si putri tunggal keluarga Hyuuga harus prima jika ingin segera pulang ke Hokkaido. Dan stress sama sekali tak membantu. Makanya Hinata tidak dituntut ini itu. Kalau pun nilainya mencapai nol, Neji tetap akan memeluk sang sepupu dengan penuh rasa bangga.

Namun demikian, Hinata selalu ikut belajar bersama Sasuke. Setiap hari. Baik di rumah maupun di sekolah. Yah... walau sekadarnya saja.

Meski merupakan seorang jenius, Sasuke juga merasa harus belajar guna mempertahankan nilai. Orang tuanya hanya memperbolehkan ia kalah dari Shikamaru. Akan jadi bencana kalau peringkatnya turun drastis. Bisa-bisa Hinata turut disalahkan karena siapa pun tahu, belakangan ini ia sibuk mengurusi gadis itu.

Bagian paling penting dari segalanya adalah... Sasuke dan Hinata tidak pernah terpisah. Mereka terlihat bersama di mana pun. Kecuali toilet tentu saja.

Contohnya sekarang ini, mereka berdampingan keluar kelas usai ujian hari terakhir selesai. Ramai para murid bersorak riang. Masa-masa belajar tanpa henti telah menemui akhir. Walau tahun depan kelas 12 akan lebih sibuk karena menjelang kelulusan, paling tidak ada sedikit jeda.

“Sasuke~!” Hinata memeluk pria itu dan tersenyum, “Ujian selesai, aku bisa segera pulang ke Hokkaido!”

Si Uchiha balas memeluk, “Ya, aku akan menemanimu ke sana.”

“Eh? Serius?” sang gadis benar terkejut. Sebab baru sekarang Sasuke mengungkapkan keinginan untuk mendampinginya pulang.

“Serius. Aku pernah bilang akan mengajakmu jalan-jalan ‘kan? Rencana itu kuganti dengan ini. Takkan kubiarkan kau sendirian.”

Interaksi mesra antara dua manusia itu tak lagi asing, tapi masih sulit dipercaya oleh siswa-siswi di sana. Masih terasa bagai mimpi. Namun mereka diam, tidak berani berkomentar macam-macam. Tak ingin bernasib sama seperti Toneri dan Karin.

Masih ingat keduanya? Ya, apa yang pernah mereka lakukan pada Hinata sampai ke telinga Neji. Tentu saja berkat Sasuke. Lantas tanpa berpikir dua kali, Toneri dan Karin ditendang dari sekolah ini serta bisnis keluarganya dibuat berantakan. Yap, Hyuuga Neji mampu berbuat sekejam itu.

Beritanya heboh, sampai semua khawatir -terutama mereka yang pernah jahat pada Hinata- akan jadi target juga. Jelas bahwa kini keselamatan dan kenyamanan sang gadis Hyuuga di sekolah sangat terjamin. Betapa kehidupan bisa berubah sebegitu drastis.

“Shikamaru, menurutmu mereka itu apa?” Naruto mengarahkan dagu pada sang kawan yang betah pamer kemesraan.

“Orang.”

“Bukan itu maksudku!”

“Bertanya yang jelas makanya.”

“Mereka itu apa? Hanya berteman atau pacaran?”

“Jangan tanya padaku, aku tidak tahu apa-apa.”

“Ah sial bicara padamu membuang waktuku sia-sia.”

“Mereka pasti pacaran,” Sakura di sisi kiri Naruto buka suara, “Dilihat dari sudut pandang mana pun, jelas mereka pacaran. Atau paling tidak sama-sama menaruh perasaan. Aku yakin.”

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang