Happy reading~
.
.
.“Jadi?”
“Hukuman dua belas tahun penjara.”
Kabar bahagia tersebut berembus menyapu Jepang.
Setelah melalui proses sidang yang cukup panjang, Tuan Miku dijatuhi vonis dua belas tahun penjara. Mengangkat beban berat dari bahu Neji dan Hinata, juga helaan napas lega dari orang yang di sekeliling mereka. Yang bersalah telah mendapat hukumannya.
Diketahui bahwa Tuan Miku sama sekali tidak membuat keributan, hanya diam menatap kosong bak raga tanpa nyawa. Banyak orang meyakini beliau amat terpuruk usai mengetahui kabar tentang kesehatan sang istri dan kematian putri tunggalnya. Kini yang tersisa hanya tinggal penyesalan tak berkesudahan saja.
Menyesal pun dirasa percuma, sudah terjadi dan tidak bisa diperbaiki. Akibat keserakahan, beliau harus rela kehilangan harta paling berarti. Satu lagi pelajaran hidup yang kita dapatkan, bahwa jangan terlalu jahat terhadap orang lain sebab bayarannya sungguh mahal sekali.
Melihat kehidupan Hinata sekarang, gadis itu sudah cukup bahagia. Dikelilingi orang-orang yang tahu bagaimana cara menghargai dirinya. Diperlakukan dengan penuh kasih sayang, tidak semena-mena.
Terima kasih banyak pada pahlawan sejatinya, Uchiha Sasuke. Hinata berpikir Tuhan mengirimkan pertolongan lewat pria itu. Hampir seluruh masalah yang ia punya teratasi berkat campur tangan si pria Uchiha. Bukankah begitu? Ia akan mengingat hal ini selamanya.
Nah sebagai perayaan kecil-kecilan, Neji mentraktir orang-orang terdekat sang sepupu makan siang di cafe Our Time hari Sabtu ini. Hanya Sakura, Naruto, Shikamaru, dan Sasuke yang diajak. Bersama Hinata, kelima anak SMA itu menikmati makanan dengan gembira.
Sementara Neji memilih pergi menemui Ayah Sakura di ruangan manajer. Beberapa minggu terakhir ia sangat sibuk hingga mereka tidak memiliki kesempatan bertemu atau sekadar bertukar sapa. Juga, ia ingin memberi waktu Hinata dan kawan-kawan untuk mengobrol bebas tanpanya.
Obrolan dibuka oleh Sakura saat makanan bagian masing-masing telah siap tersaji rapi di atas meja.
“Bagaimana perasaanmu sekarang, Hinata?”
“Aku merasa tenang dan lega.”
“Bahagia?”
“Itu juga, meski terkadang masih menyesali keputusan terakhir Shion, tapi... Sasuke dan Kak Neji bilang, aku tidak bisa berbuat apa-apa soal itu.”
“Benar, itu memang di luar kuasamu.”
Kita tahu bahwa Hinata pernah mengalami stress berat. Belum sembuh total, berita kematian Shion malah memperburuk keadaan. Rasa bersalah menghantui sang gadis, sebab demi menuntut keadilan, seorang Ibu jadi gila dan seorang gadis seusianya tewas bunuh diri.
Butuh waktu berhari-hari untuk Hinata bisa menerima kenyataan tersebut. Namun semua orang, terutama Neji dan Sasuke, meyakinkan bahwa tragedi keluarga Miku bukanlah tanggung jawabnya. Sama sekali bukan. Demikian kini ia sudah baik-baik saja.
“Ngomong-ngomong, apa rumor itu benar?” Naruto bertanya usai menelan makanannya.
“Soal?” balas Sasuke.
“Siswa-siswi Akatsuki Senior High School angkatan kita kemungkinan besar akan kesulitan mendapat pekerjaan, terutama mereka yang pernah sekelas dengan Hinata. Katanya itu adalah peringatan dari Kak Neji ketika terakhir kali mendatangi sekolah.”
“Oh itu..”
“Itu benar?”
“Kurang lebih begitu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl -SH ver- (END)
FanficTidak semua orang beruntung. Contohnya gadis itu... . . . FF REMAKE! Picture isn't mine, if it's yours pls let me know🖤 Warning: OOC! so cheesy, so drama, so absurd, so mainstream, so sorry..