Chapter 13

2.9K 445 27
                                    

Happy reading~
.
.
.

Sasuke pernah membaca di suatu tempat. Di sana tertulis bahwa sebuah pelukan bisa memberikan rasa aman pada seseorang.

Kalau diingat-ingat, Sasuke tidak pernah memeluk orang lain selain keluarganya sendiri. Itu pun terjadi sudah lama sekali.

Kemudian hari itu datang. Senja di pinggir jalan dekat sekolah. Seseorang yang tengah dicarinya hadir dalam keadaan sulit, bertemankan tas besar berisi segala yang gadis itu punya. Menelusuri jalan tanpa tahu arah tujuan. Kehilangan baik harta maupun orang yang paling berharga. Sendirian.

Detik itu Sasuke teringat akan tulisan yang pernah ia baca. Lalu tanpa pikir panjang segera merealisasi. Mencoba memberikan rasa aman pada gadis yang sesungguhnya rapuh di dalam. Pelukannya disambut tangisan keras. Bukti bahwa sang gadis telah berada pada batas kepura-puraan.

Mereka masih sangat muda, seharusnya masih menikmati masa-masa SMA, kesulitan yang si gadis hadapi bagi Sasuke benar-benar berlebihan. Segalanya keterlaluan.

Benar bahwa itu semua adalah bentuk cobaan hidup. Tapi orang-orang yang punya andil dalam menambah beban si Benalu sungguh tidak masuk akal. Termasuk teman-teman sekolah mereka. Sasuke... tidak mau jadi orang yang seperti itu. Ia... tidak mau menjadi bagian dari mereka.

Maka dari itu, Sasuke membuat keputusan penting ketika Hinata mencapai garis finish. Setelah semua tertawaan serta cemoohan yang gadis itu terima sepanjang berlari, Sasuke akan menunjukkan kalau masih ada satu yang peduli. Dia. Hinata aman bersamanya.

Tidak ada saksi mata pelukan pertama mereka di pinggir jalan senja itu. Pun pelukan di atap saat Hinata memutuskan pamit pulang ke Hokkaido. Dan jujur, waktu itu untuk satu atau dua alasan, Sasuke tak mau ada yang melihat mereka. Tapi sekarang berbeda. Pria Uchiha itu memeluk gadis yang sama secara terang-terangan, seolah ingin membuat pertunjukkan. Walau tujuan aslinya adalah mengungkapkan pada sang gadis kalau ia aman.

“Kau sudah bekerja keras.”

Hinata balas memeluk meski agak ragu di awal, “Terima kasih..”

Moment itu manis dan mengharukan, tapi tidak berlangsung lama. Sasuke melerai lebih dulu, menciptakan jarak, menarik Hinata duduk di tanah. Lantas secara tergesa melepas sepatu sebelah kiri sang gadis yang menurut instingnya tidak beres.

“T-tunggu, Sasuke-”

“Diam!”

Dan... terbukti benar.

Kaos kaki sebelah kiri Hinata berubah warna. Warna putih yang semula mendominasi bagian dasar tergantikan oleh warna merah darah. Benar-benar merah karena darah. Kondisinya sudah sobek di beberapa titik karena tembusan pecahan kaca.

“Mereka akan membayar semua ini, kau pegang omonganku.” Sasuke menatap tajam mata berkaca-kaca milik gadis di depannya.

Tubuh yang jadi lebih kurus dalam seminggu terakhir itu diangkat oleh sang kapten basket. Banyak siswi menjerit menyaksikannya. Baik karena adegan heroik tersebut, maupun karena pemandangan telapak kaki Hinata yang berlumur cairan kental merah pekat.

Tahu-tahu Shikamaru dan Naruto sudah di sana mendampingi sahabat baik mereka. Raut mereka juga khawatir dan ngeri atas pemandangan yang tersaji. Suasana mulai rusuh. Beberapa guru di sekitar turut menghampiri, tapi tindakan Sasuke lebih cepat dari siapa pun juga.

“Naruto, tolong bawa sepatunya, itu barang bukti. Dan Shikamaru, tolong temui tim basketku, bilang aku akan sedikit terlambat.”

Pria Uchiha itu segera membawa lari gadis dalam gendongan setelah meminta pertolongan pada dua kawan baiknya. Permintaan yang langsung dilaksanakan. Naruto mengekorinya menuju klinik sekolah sambil menjinjing sepasang sepatu bernoda darah, sementara Shikamaru pergi ke arena pertandingan basket.

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang