Chapter 4

3.3K 482 37
                                    

Happy reading~
.
.
.

Usai waktu latihan untuk festival olahraga berakhir, ditambah istirahat satu jam, kelas kembali dimulai. Seluruh siswa-siswi yang tadinya ramai memenuhi area sekitar lapangan kini telah memasuki kelas masing-masing. Well, semua kecuali Sasuke. Mungkin.

Pemuda itu memutuskan untuk membolos hingga jam pulang nanti. Peduli setan Ayahnya akan marah habis-habisan jika pihak sekolah sampai mengadu. Ia sedang tidak ingin bertemu siapa-siapa. Ia ingin sendiri.

Rooftop sekolah adalah tujuan utama. Sasuke pikir selama ini bisa jadi hanya ia seorang yang berani ke sana sendirian. Lagipula memang tidak ada hal aneh atau menakutkan di tempat yang benar-benar kosong itu meski beberapa kali dijadikan tempat bunuh diri.

Sasuke takkan memilih halaman belakang sekolah lagi untuk menyendiri sejak bertemu dengan Gadis Benalu yang sedang menangis di sana. Rasanya justru tempat itulah yang berhantu karena dirinya entah kenapa mau membantu si gadis. Ia yakin kerasukan pada saat itu.

Suara lirih tangisan dari balik pintu akses menuju rooftop hampir membuat si Bungsu Uchiha mundur selangkah dari tangga. Mau tak mau ia merinding juga.

Mungkinkah ada murid lain yang membolos seperti dirinya? Sasuke tidak begitu yakin. Kalau pun ada, mustahil memilih tempat ini sebagai pelarian. Karena sekali pun belum pernah ia bertemu orang lain di atas sana.

Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, Sasuke menolak berbalik. Entah apa yang ada di atas sana, ayo hadapi. Arwah penasaran atau iblis apapun terserah.

Kriettt~ kriettt~

Suara pintu tua berbahan seng yang dibuka dan kembali ditutup terdengar cukup nyaring.

Mengedar pandangan, Sasuke menemukan seorang gadis duduk di sudut dekat pintu. Kepalanya menunduk, menghalangi onyx si pria untuk melihat seperti apa wajahnya. Gadis itu siapa? Manusia atau bukan?

“Hei..”

Sapaan atau mungkin teguran bernada ragu sanggup menghentikan tangis sang gadis seketika. Tubuh itu menegang. Kepala bermahkotakan rambut indigo yang tergerai perlahan terangkat menampilkan siapa dirinya.

Sasuke terkejut.

“...Benalu?”

Ya, dia Hinata. Wajah yang biasa dihiasi senyum lebar itu terlihat penuh air mata. Hanya seperkian detik ia berani menatap Sasuke, sebelum kembali menunduk karena malu. Pelukan pada tubuhnya sendiri mengerat.

Pergerakan tersebut menyadarkan Sasuke akan sesuatu. Seragam sang gadis tidak melekat sempurna melainkan berada dalam dekapan tubuh ringkih gadis itu. Hanya tersisa rok saja yang... sobek-sobek di beberapa bagian.

Apa gadis di hadapannya ini baru saja mengalami pelecehan? Sebab keadaannya menjelaskan demikian.

“Kau... apa seseorang melecehkanmu di sini?”

Hinata menggeleng.

“Lalu kenapa dengan seragammu?”

Diamnya si gadis Hyuuga memancing decak keras dari Sasuke. Pria itu berjongkok mensejajarkan tubuh dengan Hinata.

“Kau dibully lagi?”

Dan lagi-lagi Hinata menggeleng! Astaga, apa susahnya bicara? Kesabaran Sasuke langsung habis.

“Kalau begitu bicaralah apa yang terjadi!”

“Ha-hanya sedikit kesalahpahaman, bu-bukan masalah besar..” Hinata menyeka air mata yang tak kunjung berhenti dan berusaha tersenyum.

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang