Chapter 3

3.3K 485 42
                                    

Happy reading~
.
.
.

“Paman?”

Keberadaan Ayah Shion di kursi depan ruang rawat orang tuanya cukup mengejutkan Hinata. Sudah terlalu larut untuk sekadar datang berkunjung ke rumah sakit. Sebulan tanpa kunjungan tidak menjadi alasan kuat orang tua itu datang malam-malam seperti ini.

“Kau baru pulang?”

Hinata mengangguk, mengambil tempat duduk di samping Tuan Miku. “Ada apa, Paman? Ini sudah malam sekali.”

“Aku mendapat telepon dari rumah sakit terkait pembayaran bulan ini. Besok aku ada urusan ke luar negeri, makanya pulang kerja langsung ke mari,” beliau mengeluarkan map dari tas kerjanya, “Seperti biasa, ada dokumen rumah sakit yang perlu kau tanda tangani.”

Map tersebut Hinata buka, dibaca secara teliti deretan huruf yang tercetak di sana sebelum membubuhi tanda tangannya di bagian bawah surat. Semua terkait persetujuan akan tindakan rumah sakit terhadap orang tuanya serta jumlah biaya yang harus dibayar.

Hinata sedikit membungkukkan badan, “Terima kasih banyak Paman, maaf belum bisa mengembalikan semua uangmu. Setelah lulus aku janji akan mencari uang yang banyak untuk menggantinya.”

“Jangan dipikirkan. Hiashi adalah teman baikku, sudah sepantasnya aku membantu. Bahkan tawaran untuk kau tinggal bersama keluargaku masih berlaku.”

“Ah itu...” Hinata tersenyum tipis, “Shion tidak akan suka. Tidak apa-apa, aku tetap tinggal di sini sampai orang tuaku sadar.”

Ayah Shion mengangguk-angguk. Anak gadisnya memang selalu sensitif terhadap segala sesuatu tentang Hinata. Pria nyaris paruh baya itu mengerti kalau putrinya cemburu. Namun tetap, ia tidak bisa mengabaikan Hinata begitu saja.

“Bagaimana dengan uang jajan? Penghasilanmu cukup?”

“Tenang saja, dua minggu ini aku bekerja part-time di tempat yang lebih baik dan baru hari ini aku menerima gajiku.”

“Huh? Kau sudah berhenti dari toko kue?”

“Begitulah, pemilik tokonya galak sekali dan gajiku di sana kecil. Kebetulan cafe buka lowongan dan gajinya lebih besar, jadi sekarang aku bekerja di sana.”

“Cafe?”

“Ya, cafe Our Time.”

“Ohh cafe besar itu..”

Tidak ada pembahasan lebih lanjut. Memeriksa jam tangan, malam semakin larut, akhirnya Tuan Miku memutuskan untuk pulang. Ia yakin Hinata pasti ingin segera beristirahat karena besok Senin, gadis itu sekolah.

Sepeninggal Ayah Shion, Hinata masuk ke ruang rawat orang tuanya. Membersihkan diri juga merapikan barang-barang yang belum sempat dirapikan tadi pagi. Tiap weekend ia akan bekerja full time karena cafe sangat ramai dan membutuhkan tenaga kerja lebih. Lumayan menambah pemasukan.

Segalanya terasa begitu melelahkan hari ini. Tapi semua itu seketika lenyap saat manajer memanggilnya sebelum pulang dan memberikan seamplop uang. Gaji pertamanya, plus uang lembur. Hinata senang sekali.

Sebelum tidur, sang gadis menyempatkan diri bercerita pada kedua orang tuanya. Hal yang seminggu belakangan tidak dilakukan karena kelelahan. Sebuah kursi ditempatkan di antara dua ranjang lalu ia duduk di sana. Menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

Kaasan, Tousan, hari ini cafe ramaiii sekali. Rasanya tubuhku hampir remuk. Tapi setelah menerima bayaranku dua minggu ini, aku langsung semangat lagi. Uangnya tiga kali lipat gajiku di toko kue!”

Hinata begitu semangat menceritakan apa saja yang terjadi di cafe hari ini. Ia juga menceritakan hari-hari di sekolah selama seminggu terakhir. Tentu dengan memisahkan hal-hal buruk yang menimpanya.

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang