Happy reading~
.
.
.Hinata bukanlah satu-satunya gadis yang harus bekerja keras di usia remaja dan merupakan seorang siswi SMA. Banyak yang bernasib kurang lebih sama seperti gadis itu. Namun, Hinata adalah satu-satunya yang berhasil mendapat perhatian Sasuke.
Tidak pernah dalam hidupnya, Sasuke memberi perhatian pada seseorang yang tengah berusaha keras menjalani kehidupan. Itu bukan urusannya. Tapi Hinata mungkin sebuah pengecualian.
Segala kesulitan yang dialami gadis itu membangkitkan sisi manusiawi dalam diri Sasuke. Entah sejak kapan rasa ingin mengulurkan tangan itu ada. Saat sadar bahwa Hinata adalah supporter sejatinya? Saat melihat Hinata berpakaian compang-camping di rooftop? Atau saat pertama kali melihat Hinata menangis dan mengeluh pada angin di halaman belakang sekolah? Entahlah, Sasuke tidak tahu.
Yang jelas... sekarang Sasuke sama sekali tidak menginginkan ujian lain menimpa Hinata melebihi apa yang telah gadis itu terima sejak datang ke kota ini. Sasuke tidak bisa kembali ke awal dan bersikap apatis seperti dulu.
Maka saat menemukan gadis yang seharusnya sedang beristirahat nyaman di rumah sesuai perintah dari sang kakak -yang mendapat dukungan penuh darinya- malah ada di pinggir jalan membagikan selebaran berisi entah apa, Sasuke tidak bisa tinggal diam. Gadis itu maunya apa?
Benalu... gadis bodoh... Semakin dekat, semakin Sasuke ingin memaki gadis yang kelewat sibuk mencari uang di sana. Namun demikian, semua makian itu tidak berarti apa-apa karena yang sesungguhnya menguasai hati adalah rasa khawatir.
Takdir terbukti merupakan sebuah misteri ketika secara kebetulan lembar terakhir brosur yang Hinata bagikan jatuh ke tangan Sasuke.
“Ini brosur gym-”
“Apa yang kau lakukan di sini?”
Angin musim gugur tiba-tiba menjadi lebih dingin karena suara familiar itu. Perlahan Hinata mendongak dan menemukan Sasuke berdiri tegap di depannya.
“Sa-Sasuke..” brosur yang dipegang hampir ia tarik lagi, tapi gerakan Sasuke lebih cepat. Brosur terakhir itu sempurna berpindah tangan. “A-a-aku-”
“Kau ini keras kepala ya. Kakakku menyuruhmu untuk istirahat saja di rumah.”
“T-tapi ‘kan Kak Itachi hanya bilang aku tidak boleh bekerja di rumah, artinya boleh kalau di luar..”
“Bodoh. Kalau di rumah saja tidak boleh, apalagi di luar!”
Benar juga.
Hinata menunduk dalam, “Maaf..”
Sasuke menatap kepala yang dipamerkan padanya itu, lalu menghela napas. Onyx-nya kemudian beralih pada brosur. Bukan karena penasaran promosi apa yang ada di sana, melainkan penasaran apa yang membuat si Benalu melakukan pekerjaan ini.
“Masuk ke mobilku, kita pulang.”
“T-tunggu dulu, aku minta bayaranku dulu di sana.” telunjuk Hinata mengarah pada sebuah mobil sedan yang sejak tadi mengawasi.
“Kuantar.”
Tidak ada protesan. Sang gadis menurut saja saat tangannya ditarik untuk segera menyelesaikan urusan di sini. Ia tak mau mendebat Sasuke. Pria itu sudah memperlihatkan tanda-tanda kemarahan, Hinata tak ingin memperparah.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl -SH ver- (END)
FanfictionTidak semua orang beruntung. Contohnya gadis itu... . . . FF REMAKE! Picture isn't mine, if it's yours pls let me know🖤 Warning: OOC! so cheesy, so drama, so absurd, so mainstream, so sorry..