Happy reading~
.
.
.Siang itu sama seperti dua hari belakangan. Paling tidak begitulah pendapat Naruto dan Shikamaru. Seorang kawan dari geng mereka tampak tidak menikmati makan siang. Jika mereka belum mengetahui soal kedekatan antara Sasuke dengan si Gadis Benalu, mungkin mereka akan berasumsi kalau suasana hati sang kawan sedang buruk karena ada masalah dengan orang tua.
Tapi tidak. Ini jelas bukan karena itu.
“Bro, ceritakan saja apa yang mengganggu pikiranmu. Jangan dipendam sendiri.” Naruto lama-lama tak tahan hanya sekadar menjadi penonton.
“Soal Benalu yang tidak masuk sekolah hampir seminggu ini ‘kan?” timpal Shikamaru. Entah kenapa, pria satu ini selalu tepat sasaran.
Kegiatan Sasuke yang mengaduk-aduk makanan terhenti. Matanya menatap dua kawan baik bergantian. Ia memang bungkam, menyimpan masalah soal kepergian Hinata sendirian. Ternyata tidak berbagi membuatnya sungguh tersiksa. Ia seolah lupa bahwa Naruto dan Shikamaru sudah tahu semuanya dan siap mengulurkan bantuan.
Menimbang sejenak, akhirnya Sasuke buka mulut. Menceritakan apa yang terjadi di rumahnya minggu lalu pada Naruto dan Shikamaru. Bagian di mana sang Ibu kini menolak Hinata karena hasutan keluarga Shion hingga gadis malang itu harus pergi.
“Ia kuberi ponsel agar mudah dihubungi, tapi panggilanku sama sekali tidak diangkat. Sempat kuputuskan untuk tak lagi memikirkannya, tapi ternyata tidak bisa.”
“Kau peduli padanya terlalu jauh.”
“Mungkin.”
“Kenapa tidak mencarinya seperti yang pernah kau lakukan?” tanya Naruto.
Sasuke menggeleng pelan, “Sekarang di rumahku dipasang cctv. Walau sibuk bekerja, orang tuaku akan tahu jika aku pergi dari rumah. Aku berniat mencari Hinata sepulang sekolah, tapi kemudian aku menyadari Miku Shion akan mengabari Ibuku jam berapa sekolah berakhir dan Ibuku akan langsung mengecek cctv untuk memantau aku sudah pulang atau belum.”
“Wah, kau benar-benar dibatasi.”
Shikamaru setuju, “Sekarang aku mengerti kenapa kau sefrustrasi ini.”
“Begitulah,” Sasuke menghela napas, “Kuharap gadis itu baik-baik saja.”
“Ya... semoga.”
Meski tidak dekat dengan si Gadis Benalu sebagaimana Sasuke beberapa minggu ini, Naruto dan Shikamaru mengharapkan hal yang sama. Setelah mendengar kisah hidup gadis bernama Hyuuga Hinata itu... mereka mengalami sedikit perasaan bersalah karena selama ini memilih diam saja menyaksikan apa yang disebut sebagai pembullyan dan bukannya maju memberi perlindungan.
“Ngomong-ngomong, hari minggu mau ke cafe?” Naruto tersenyum lebar sambil memainkan alis. Mengalihkan topik karena pembicaraan tadi sangat membuat stress.
“Tidak, terima kasih.”
“Jangan basa-basi, kau ingin berduaan saja bersama anak baru itu ‘kan?”
Tebakan Shikamaru membuat Naruto cengengesan karena itu memang benar. Sungguh tebakan seorang Nara Shikamaru hampir tidak pernah meleset. Jenius sejati contohnya begini.
Ada seorang siswi baru di kelas mereka. Haruno Sakura namanya. Baru pindah minggu lalu.
Ketika gadis itu masuk kelas, Naruto yakin ia mengalami cinta pada pandangan pertama. Sudah beberapa hari pria heboh satu itu mendekati sang gadis. Gas tipis-tipis adalah gaya Uzumaki Naruto.
“Ya sudah kalau tidak mau. Aku berdua saja dengan Sakura.”
“Dari awal niatmu memang begitu, sialan. Kau hanya basa-basi mengajak bermaksud ingin pamer pada kita berdua.” kata Shikamaru sebelum menenggak minuman dinginnya sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl -SH ver- (END)
FanfictionTidak semua orang beruntung. Contohnya gadis itu... . . . FF REMAKE! Picture isn't mine, if it's yours pls let me know🖤 Warning: OOC! so cheesy, so drama, so absurd, so mainstream, so sorry..