Happy reading~
.
.
.Pertemuan antara dua sepupu itu persis seperti yang kebanyakan dari kita bayangkan. Penuh kejutan serta tangisan. Terutama Hinata. Gadis itu tak mampu menyembunyikan betapa rapuhnya ia dalam dekapan sang sepupu. Menumpahkan segala rasa sedih, marah, benci, juga takut yang seringkali dipendam sendiri. Air matanya tak kunjung berhenti.
Sementara Neji, ia kehilangan kata-kata begitu sosok Hinata tertangkap mata. Selama beberapa saat tak dapat mempercayai bahwa sang sepupu ternyata masih hidup. Seseorang yang ia yakini telah pergi tiba-tiba hadir menampakkan diri. Apa yang sebenarnya terjadi?
Moment tersebut disaksikan langsung oleh Sasuke beserta orang tuanya. Membiarkan sepasang saudara itu menggunakan ruang tamu rumah mereka sebagai tempat saling mengadu dan melepas rindu. Masih mencoba mencerna kejadian serupa drama ini.
“Kabar itu tidak benar ‘kan, Kak? Ayah dan Ibuku masih hidup ‘kan? Mereka hanya sakit, mereka belum pergi ‘kan?”
“Maafkan aku, Hinata..”
Gadis itu melerai pelukan, “Di mana mereka sekarang?”
“Hokkaido. Jenazahnya sudah dikremasi pagi ini.”
“Kenapa...” tenggorokan Hinata tercekat, “Tiba-tiba aku kehilangan mereka, rumah sakit bilang pihak keluarga yang memindahkan... itu dirimu?”
“Ya, itu aku. Berita yang beredar adalah kau sudah meninggal, jadi saat aku mendatangi rumah sakit dan mereka bilang ada pihak keluarga yang menjaga Paman dan Bibi, kupikir itu adalah Tuan Miku. Makanya segera kupindahkan karena aku punya bukti bahwa akulah keluarga pasien. Tapi ternyata... kau masih hidup..”
“A-a-aku tidak mengerti maksudmu aku sudah meninggal..”
“Kau tidak tahu ada banyak artikel soal kematianmu di internet?”
Hinata menggeleng.
Oh jelas. Gadis itu tidak pernah mencari berita apapun terkait peristiwa naas orang tuanya dua tahun lalu. Bukan karena tidak punya ponsel, toh di sekolah ada lab komputer dan tiap kelas dapat jatah ke sana beberapa kali dalam seminggu, melainkan karena ia tak ingin membuka luka lama yang bahkan belum sempurna mengering.
Sayangnya, keputusan tersebut malah merugikan ia sampai sejauh ini.
“Aku mengerti sekarang. Tuan Miku menyembunyikan keberadaanmu lalu mengarang cerita kalau kau sudah meninggal untuk menguasai perusahaan Paman. Kau pewaris tunggal, ia mengincarmu dari awal.”
“B-berarti kecelakaan itu... ulah Ayah Shion juga?”
“Benar.”
Kepercayaan diri Neji perihal dapat menjebloskan Tuan Miku ke penjara tentu bukan tanpa alasan. Penyelidikan yang ia lakukan dalam waktu cukup singkat mengungkap hampir segalanya -kecuali fakta bahwa Hinata masih hidup-, dan itu termasuk fakta siapa dalang di balik kecelakaan Paman dan Bibinya. Tepat sesuai dugaan, nama Tuan Miku merupakan sebuah jawaban. Seperti yang ia katakan barusan.
Pertemuan di Tokyo malam itu, kecelakaan akibat adanya kerusakan pada mobil, Tuan Miku yang bersedia menjaga Hinata selama orang tua sang gadis koma... semua merupakan wujud dari rencana yang telah disusun rapi sejak awal. Rencana yang sukses besar. Yah... meski kesuksesan tersebut telah menemui akhir.
Hinata menyeka secara kasar air matanya, “Sekarang ayo kita ke Hokkaido, bawa aku ke tempat orang tuaku.”
“Tunggu, plester penurun demam di keningmu... kau jelas sedang sakit ‘kan? Sebaiknya kita ke sana setelah kau sembuh.”
“Aku baik-baik saja, aku mau ke sana hari ini.”
“Cukup, Hinata!”
Interupsi berkumandang menarik atensi semua orang. Pelakunya bukan Neji, melainkan Sasuke. Pria yang hanya berdiri bungkam itu agaknya sudah tidak tahan lagi dengan sikap keras kepala gadis di depan sana. Ia telah menghadapi ini sejak mereka berada di klinik sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl -SH ver- (END)
FanfictionTidak semua orang beruntung. Contohnya gadis itu... . . . FF REMAKE! Picture isn't mine, if it's yours pls let me know🖤 Warning: OOC! so cheesy, so drama, so absurd, so mainstream, so sorry..