Chapter 5

3.2K 446 35
                                    

Happy reading~
.
.
.

Latihan untuk festival olahraga diadakan tiga kali dalam seminggu. Tiap hari Senin, Rabu, dan Jumat sehabis istirahat makan siang. Acara besar itu akan berlangsung kira-kira dua minggu lagi.

Hinata benar-benar memenuhi permintaan Sasuke ketika insiden rooftop. Sang gadis selalu ada di tribun, berteriak keras-keras mendukung kapten tim kelas 12-1 dan 12-2. Walau lirikan sinis siswi-siswi lain tak terelakkan, tapi tidak masalah. Sudah biasa ‘kan? Toh ia melakukan ini atas permintaan Sasuke sendiri. Yah, meski sebenarnya tanpa dipinta pun ia akan tetap melakukannya, hehe.

Reaksi Sasuke mendengar teriakan penyemangat dari Hinata di tribun adalah... biasa saja. Tidak ada yang spesial. Kelihatannya. Padahal dalam hati ia mengakui perasaan senang itu ada. Hanya pria kelewat dingin itu menolak menunjukkan secara terang-terangan. Nanti si Benalu jadi besar kepala. Oh, malas.

Di sesi latihan Rabu dan Jumat minggu lalu, lagi-lagi tim Sasuke kalah. Cara main dan strateginya sudah bagus, tapi memang tim lawan lebih kuat. Atau... tidak juga. Sasuke sengaja. Teringat obrolan dengan Hinata soal membuat lawan meremehkannya, kemudian memberi kejutan di pertandingan sesungguhnya.

Sang coach membatalkan perintah agar ia mundur dari jabatan kapten. Beliau menilai permainan Sasuke jauh lebih baik, memang hanya tim lawan lebih kuat. Jika saja beliau tahu ini merupakan kesengajaan seorang Uchiha Sasuke, mungkin kapten tampan kita telah menerima satu pukulan di belakang kepala.

Sekarang sudah hari Senin lagi. Latihan untuk para partisipan festival olahraga akan dimulai usai makan siang, seperti biasa. Bukan hanya untuk cabang olahraga basket, tapi olahraga lainnya juga. Sepak bola, voli, renang, estafet, marathon, dan lainnya.

Sasuke datang saat bel masuk jam pelajaran pertama akan berbunyi sepuluh menit lagi. Ia kesiangan. Semalam Ayah dan Ibunya mengajak ia dan sang kakak menghadiri sebuah pesta bisnis. Sejujurnya ia malas, tapi orang tuanya memaksa dengan alasan kesopanan karena banyak kolega turut mengajak anak mereka.

Di sana Sasuke bertemu Shion beserta orang tuanya. Oh jelas, sejak dua tahun lalu perusahaan Ayah Shion melonjak pesat, menjadikannya sebagai salah satu yang mengisi jajaran pengusaha sukses di Jepang. Tidak lucu kalau beliau tidak hadir di pesta semalam.

Miku Shion memanfaatkan kesempatan tersebut untuk dekat-dekat dengan Sasuke. Betapa pria itu sangat ingin memaki saat orang tua mereka berdua berpendapat bahwa mereka sangat serasi dan berpikir untuk melakukan perjodohan. Berterimakasihlah pada Uchiha Itachi, kakak Sasuke, yang menyelamatkan adik kesayangannya dari situasi itu dengan mengatakan mereka masih terlalu muda untuk memikirkan tentang pernikahan.

“Sasuke-san!”

Suara yang pemuda itu hafal membuyarkan segala pikiran dalam kepala. Ia menoleh, menemukan seseorang berjalan di sisinya sambil memamerkan senyum manis yang... terlihat lelah. Ada apa dengan si Gadis Benalu ini?

“Kau... kelihatan kurang sehat.”

“Ah, aku hanya sedikit lelah. Pekerjaanku sedang sibuk-sibuknya.”

“Oh.”

Yah, sejak manajer cafe diganti, entah kenapa pekerjaan jadi terasa berat sekali. Seolah seluruh masalah yang terjadi di cafe adalah kesalahan Hinata. Tak ada satu hari pun di mana ia tidak menerima kemarahan sang manajer.

Hari Jumat lalu, seorang karyawan secara tidak sengaja memecahkan beberapa piring. Saat manajer masuk ke dapur, karyawan itu justru memfitnah Hinata dan manajer percaya begitu saja. Aneh? Sangat.

Selain menerima kemurkaan pria tua itu, Hinata juga wajib ganti rugi. Dan dikarenakan ia kekurangan uang untuk menutupi biaya piring yang pecah, sebagai gantinya hari Sabtu dan Minggu kemarin ia harus rela kerja full-time tanpa bayaran lebih.

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang