Chapter 6

3K 438 52
                                    

Happy reading~
.
.
.

“Sasuke, mau ke cafe?”

Tawaran pergi ke cafe tidak pernah terdengar semenarik ini untuk Sasuke. Rasanya begitu bersemangat sampai langsung mengiyakan, meski yang ia berikan sebagai respon hanya berupa anggukan.

Sejak memiliki hubungan yang... bisa dikatakan cukup baik dengan Hinata, ada beberapa hal yang membuatnya penasaran tentang gadis itu. Salah satunya adalah alasan mengapa si Benalu terlihat berbeda saat mereka bertemu di cafe waktu itu? Seperti pura-pura tidak kenal. Sasuke ingin tahu alasannya.

“Oke, ayo ke cafe! Sudah berapa minggu kita tidak ke sana karena segala kesibukan sebagai pelajar.” Naruto bicara sambil sibuk membereskan buku-bukunya.

Tiga sekawan itu ada di perpustakaan. Mereka ke tempat penuh buku itu untuk mengerjakan tugas kelompok tepat setelah bel pulang berbunyi. Tugas yang dengan kejam harus selesai malam ini juga dan dikumpulkan besok sebelum jam istirahat makan siang.

Betapa beruntung Naruto dapat sekelompok dengan dua murid paling jenius seangkatan. Bagi Sasuke dan Shikamaru tugas itu bisa dikerjakan sendiri, tapi guru mereka berpikir lain. Katanya agar membantu teman yang tidak mengerti. Naruto adalah contoh paling tepat.

Jam tangan masing-masing menunjukkan angka yang sama. 6:54 JST. Masih belum terlalu malam untuk me-refresh otak di cafe langganan mereka.

Ponsel Sasuke berdering dalam perjalanan menyambangi koridor. Nama kakaknya terpampang di layar. Setengah hati pemuda itu menjawab panggilan sang kakak.

“Ada apa?”

“Kau di mana? Aku pulang kau tidak ada di rumah.”

“Masih di sekolah, ada tugas kelompok. Ah, aku akan mampir ke cafe dengan Shikamaru dan Naruto.”

“Jangan pulang terlalu malam, nanti Ayah dan Ibu marah. Hati-hati.”

Obrolan berakhir. Ponsel keluaran terbaru milik si Bungsu Uchiha kembali masuk ke dalam saku celana.

“Kak Itachi?” Shikamaru dan Naruto kompak bertanya.

“Siapa lagi?”

“Oh oke.”

Beberapa lampu di gedung sekolah tampak masih menyala, tanda ada murid yang belum pulang ke rumah. Kemungkinan besar karena tuntutan tugas, persis seperti Sasuke malam ini.

Ketiga pria itu memasuki mobil masing-masing, meninggalkan tempat parkir sekolah yang sepi hanya tersisa sedikit kendaraan saja.

****

Berkat makanan pemberian Sasuke tadi siang, Hinata merasa lebih siap menjalani tugas di cafe. Yah, meski telah lewat berjam-jam lalu, tapi cukup untuk mengganjal perut. Lagipula di tempat kerja ia akan dapat jatah makan.

“Hinata, tolong antar pesanan ini ke meja nomor delapan, dua belas, dan dua puluh.”

Baru selesai mengantar pesanan, ada lagi yang harus Hinata antar. Dan masih banyak daftar antrean menanti. Sedari datang, ia tak berhenti bolak-balik membawa trolley mengantarkan makanan dan minuman dari dapur.

Gadis itu bingung serta bertanya-tanya kenapa karyawan part-time yang masuk kerja hanya dirinya seorang, yang lain libur. Menyebabkan cafe sangat kekurangan waitress. Lihat saja nasibnya sekarang.

Hanya ada dua waitress bertugas dan sialnya selalu Hinata yang disuruh-suruh, sedangkan waitress lain hanya perlu mencatat pesanan lalu memberikan pada juru masak di dapur. Katanya ini tentang senioritas. Hah, jidatmu!

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang